Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengasah dan Melatih Intuisi Bisnis

INTUISI menurut KBBI adalah : daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari/tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Atau dengan kata lain bisa disebut ; bisikan hati, gerak hati.

Salah satu keluhan pengusaha pemula atau calon pengusaha adalah tidak punya jiwa bisnis dan tidak punya intuisi bisnis.

Apakah memang begitu,,,? 
Untuk memulai bisnis harus punya jiwa dan intuisi bisnis dulu,,,? 
Saya pikir tidaklah demikian.

Kemampuan berbisnis bukanlah gen bawaan orang tua atau berdasarkan keturunan. 

Bisnis menurut saya adalah gabungan SKILL dan SENI. Bisnis adalah skill karena memang kemampuan berbisnis bisa dipelajari dan bisa diajarkan / ditularkan kepada orang lain. 

Sama seperti skill kita dalam membaca, menulis, dan berhitung, itu semua bisa dipelajari dan diajarkan. Bisnis juga seni karena memang ada unsur-unsur emosi/kemampuan berfikir, keindahan dalam berinovasi, merancang strategi dan juga itu tadi karena adanya intuisi yang berperan di dalamnya.

Jadi sebenarnya semua orang punya peluang untuk menjadi pebisnis!

Nah, yg membedakan adalah tingkat ketajaman intuisi seseorang dalam berbisnis. 
Karena bisa berbeda-beda tergantung pengalaman dan kekuatan karakter berfikirnya.
MENGASAH & MELATIH INTUISI BISNIS
Contoh perbandingan.

Tipe orang pertama :

Seseorang yang merintis dan membangun usahanya dari bawah (misal berdagang kaki lima) dan sering jatuh bangun. Modalnya juga sangat minim. Sehingga menuntut dia untuk berfikir kreatif dan berusaha lebih keras.
Karena kegigihan dan kerasnya dalam berusaha, sehingga mampu mengumpulkan modal sedikit demi sedikit dari keuntungan hasil usahanya. 
Belasan tahun kemudian akhirnya dia berhasil mempunyai sebuah toko dan beberapa cabang usaha.
Nah, orang dengan tipe seperti ini biasanya punya ketajaman intuisi bisnis yang tinggi, karena telah terasah melalui pengalaman.

Tipe orang kedua : 

Seseorang yang tiba-tiba langsung membuka usaha dengan 'level tinggi' seperti toko, namun tanpa merintis dari bawah sama sekali. Belum pernah mencoba merintis dari bawah seperti berdagang dikaki lima, atau ikut pasar malam, pameran dan even-even lainnya, maka skillnya sama sekali belum terasah.
Apalagi kalau modal untuk buka usaha semuanya/sebagian besar didapat dari pinjaman bank, bukan didapat melalui proses usaha. 
Wah bahaya ini, karena pebisnis pemula seperti ini sangat rapuh! 
Sekali terkena terpaan masalah, usahanya bisa cepat ambruk dan bangkrut!

Kenapa rapuh?

Karena belum pernah terlatih dalam memecahkan masalah. 
Belum terlatih dan belum merasakan bagaimana berfikir keras mencari solusi agar dapat bertahan ditengah persaingan yang keras. 
Bingung dan tidak mampu menciptakan strategi dan inovasi baru agar dapat memenangkan persaingan.

Tidak tahu harus melakukan apa, daya intuisi bisnisnya mentok karena kurang pengalaman!
Tipe orang yang pertama ibarat pohon besar yang akarnya kokoh menghujam jauh ketanah.

Kenapa akarnya kokoh?

Sebab tumbuhnya secara alami dan rajin dipupuk sejak masih berbentuk benih. Benihnya pun berasal dari bibit yg unggul! 
Sehingga setelah pohonnya besar, walau terkena terpaaan angin badai, akan tetap mampu bertahan dan berdiri tegak.
Ketika telah berbuah, rasanya pun manis.

Sedang tipe orang yang kedua ibarat pohon yang tumbuh besar karena dipaksa. Direkayasa tumbuh cepat dengan bahan kimia, sehingga besar secara tidak alami. 
Sekali kena badai langsung tumbang, mati dan tidak mampu untuk hidup lagi.
Demikianlah perumpamaannya.

Oleh karena itu kalau kita ingin sukses, 'wajib hukumnya' untuk menggali dan mengasah kemampuan berbisnis dari bawah dahulu. 

Karena semua pengusaha yang telah sukses itu rata-rata merintis usaha dari bawah terlebih dahulu. Setelah berpuluh kali mengalami jatuh bangun, akhirnya barulah mereka dapat menikmati hasilnya.
Umumnya bagi pemula, ketika di awal berbisnis biasanya akan mengalami gagap dalam menyikapi situasi bisnis.

Belum bisa membaca situasi dan membaca peluang, apalagi kalau sama sekali belum punya pengalaman. Orang tipe nomor 2 diatas itu adalah sebagian contohnya. 
Di taraf ini, intuisi sepertinya belum banyak/sulit untuk berperan. 

Padahal di awal-awal berbisnis itulah intuisi kita harus mulai terlatih.

Misal :

- bagaimana mencocokkan produk dengan kemauan pelanggan. 
- bagaimana menata barang dagangan.
- bagaimana berpromosi, dan lain-lain.

Namun kebanyakan pebisnis pemula, apalagi yang belum berpengalaman akan merasa kaku dan cenderung mengarah ke teks book saja.

Tapi saya yakin bagi yang sudah lama berbisnis, setelah melewati masa awal ini akan mulai mengerti peran intuisi. Bisikan batin dan daya imajinasi dalam berbisnisnya sudah cukup terlatih. 
Ketika memilih barang dagangan misalnya, akan lebih mudah setelah punya pengalaman dan jam terbang yang lebih tinggi. Tapi tetap ingat, perhitungan logis dan akal sehat tetap diperlukan. Itu juga anugrah yang harus disyukuri dan harus digunakan secara seimbang.

Perlu juga dipahami bahwa intuisi boleh dibilang merupakan bagian dari kerja otak bawah sadar. 

Dan menurut beberapa literatur, otak bawah sadar merupakan gudang informasi yang lengkap dan punya kemampuan lebih dari 80% dari kemampuan otak kita. 
Jadi saya pikir wajar untuk mulai memperhatikan peran yang 80% tadi.
Nah berikut ini saya ingin berbagi sedikit cara bagaimana mengasah intuisi ala Fuad Muftie berdasar pengalaman dan dari beberapa literatur.
Mohon maaf kalau tidak lengkap, silahkan lengkapi sendiri berdasarkan pengalaman Anda.

# Tips 1 #

Mulai sadari seolah-olah adanya diri anda yang lain di dalam diri anda sendiri (nggak bingungkan,,? hehe)

Intinya begini, sadar tidak sadar kita sering berdialog dengan diri sendiri. Iya kan, hayo ngaku aja!

Contoh:

Misalkan ada seorang pedagang mainan namanya Bang Rizal sedang berbelanja stok mainan ke asemka kota, ketika akan memilih salah satu mainan terbaru, dia bergumam dalam hati ;

Bang Rizal 1 : “Hmm ini barang bagus banget, boleh juga nich buat ngisi toko”

Bang Rizal 2 : “Tapi harganya kan mahal, emang dgn harga segitu bisa laku di toko?”
Bang Rizal 1 : “Nggak apa-apa lah beli sedikit dulu, dicoba kan nggak ada salahnya”
Bang Rizal 2 : “Ach tapi sayang, mending uangnya buat beli yang lain, yang sudah jelas laku”.

Kurang lebih begitu kan? 
Makanya pertama-tama, sadari dulu kalau kita punya dialog seperti itu. 
Pelan-pelan coba kontrol dan ajak pada dialog yang lebih terarah, tidak melompat-lompat. 
Misalnya:

Bang Rizal 1 : “Barangnya sich bagus, tapi harganya mahal”

Bang Rizal 2 : “Oke, barangnya memang bagus, dan harganya memang mahal, terus baiknya gimana?”

Bang Rizal 1 : gak apa-apalah mahal, tapi produk mainan die cast ini kan ada pangsa pasarnya tersendiri, yaitu para pehobi model kit, jadi gak ada matinya,,,gak usah kuatirlah,,,

Bang Rizal 2 : oke deh klo begitu,,,bungkuuus,,,!

Jadi prosesnya :

Coba dengarkan apa jawaban Bang Rizal 1, atau mungkin yang akan menjawab lain dari Bang Rizal 2 atau Bang Rizal 3.

Kalau ada jawaban, ucapkan terimakasih, sebagai ungkapan penghargaan bagi alam bawah sadar kita.

Tetapi kalau tidak ada jawaban, ucapkan terimakasih juga atas masukan sebelumnya dan mohon kepada alam bawah sadar kiranya berkenan memberi jawaban. ☺☺

Latihan seperti ini bisa dilakukan setiap saat, tidak hanya dalam kondisi sedang berbisnis. 
Saat memilih makanan misalnya, coba lakukan dialog dalam diri, makanan apa yang akan dipilih. Saat memilih baju yang akan dipakai, lakukan dialog dalam diri, baju mana yang akan dipakai.

Pokoknya dalam setiap kesempatan, lakukan dialog yang terarah, daripada bisikan-bisikan tersebut muncul secara liar.

Perlu juga disadari, bahwa alam bawah sadar adalah sahabat kita yang paling dekat dan paling setia. Sama seperti kita, semakin dia diperhatikan dia akan semakin cinta pada kita, dan disaat-saat kita merasa sulit dia akan memberi solusi-solusi yang kita namakan intuisi.

# Tips 2 #

Kalau kita punya toko, kenali karakter dan tingkat status sosial dan ekonomi penduduk sekitar toko kita. Ini penting sebagai tolok ukur, stok barang dagangan jenis apa yg akan kita jual.

Misal untuk mainan-mainan produk impor dan lokal yg berkualias rendah, tapi harganya murah tidak akan cocok/tidak laku dijual bila toko kita ada di daerah kelapa gading, pondok indah.

Di dua kawasan elit diatas itu, pada umumnya pembeli disana tidak memusingkan masalah harga. 
Yang penting model mainannya bagus, kualitasnya bagus, bagi mereka oke-oke saja. Soal harga tidak terlalu dipersoalkan. (terkecuali sebagian kecil yang emang dasarnya pelit,,,hehe 😅😅😂)

Sebaliknya didaerah-daerah kelas ekonomi menengah kebawah, justru kebalikannya. Pada umumnya pembeli disana tidak terlalu mementingkan soal kualitas.

Jadi bagi mereka yang penting ukuran mainannya besar dan harganya murah. Soal kualitas itu nomor 16, karena prinsip mereka buat apa beli mainan mahal-mahal, toh nanti akhirnya bakal rusak juga,,,hehehe ☺☺☺

Nah kalau kita menjual mainan berkualitas tinggi seperti produk jepang atau amerika disini, sudah bisa dipastikan akan sulit laku.
Memang betul kualitasnya bagus tapi harganya tidak cocok untuk daerah kelas ekonomi bawah.

Demikian diatas beberapa tipsnya. 
Sedikit coba berbagi ilmu dari saya, mudah-mudahan dapat bermanfaat.
Aammmin.

Kalau ada diantara teman-teman yang punya pengalaman lebih dan ingin menambahkan, saya akan menerima dengan suka hati sharingnya.
Silahkan memberikan komentar di kolom bawah.

Salam.

Penulis by : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

1 comment for "Mengasah dan Melatih Intuisi Bisnis"

  1. waduh,,,mahal sekali biaya seminarnya @_@
    kalau cuma testimoni mah gak ada jaminan bisa 100% dipercaya, kecuali klo testimoninya langsung dari orang yg mas kenal dekat, dan mas tahu persis bahwa dia ikut seminar tersebut, dan 5 bulan kemudian ternyata benar dia bisa berhasil, nah baru bukti yg valid.

    mungkin maksud sang pembimbing training itu pesertanya telah berhasil secara teori, padahal teori sangat jauh berbeda dengan praktek dan realita dilapangan, teori sudah tamat, setelah dilapangan ternyata masih mentah, ilmu yg terbaik itu adalah didapat dari pengalaman langsung, dan untuk mendapatkan itu gak akan cukup waktu cuma 5 bulan :)

    btw terima kasih udah mampir di blog saya.

    ReplyDelete