Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perang Harga Tanpa Perhitungan Dapat Menghancurkan Masa Depan Bisnis Anda (Based True Story)

Kemarin sore, toko mainan saya mendapat kunjungan seorang teman.

Teman saya itu juga memiliki toko mainan di kawasan pasar Ciracas, Jakarta timur.

Lalu kami membahas tips dan trik dalam bisnis mainan.

Nah, dalam diskusi itu, teman saya memberi tahu saya tentang salah satu pesaing toko mainannya.

Setelah mendengar cerita teman saya itu, kemudian muncul ide di pikiran saya untuk menuliskannya ke dalam sebuah artikel.

Akhirnya saya pun mulai menulis artikel ini dan diberi judul cukup menarik : "PERANG HARGA TANPA PERHITUNGAN DAPAT MENGHANCURKAN MASA DEPAN BISNIS ANDA (Based True Story)".

Ceritanya seperti ini :

Ada seorang pedagang mainan di kawasan pasar Ciracas Jakarta Timur yang sedang mengalami kebingungan.

Diduga, ia mengalami stres.

PERANG HARGA TANPA PERHITUNGAN DAPAT MENGHANCURKAN MASA DEPAN BISNIS ANDA (Based True Story)

Penyebabnya disebabkan oleh dirinya sendiri.

Orang ini tampaknya kurang memahami teknik pemasaran. Pembukuan di toko mainannya sangat berantakan sekali.

Kenapa 'berantakan'?

Karena hasil penghitungan laba, berapa jumlah modal pokok (isi produk), berapa biaya operasional (gaji karyawan, biaya sewa toko, dll) tidak diatur secara rinci. Semuanya 'campur aduk!'

Teman saya bisa mendapatkan informasi ini dari mantan karyawan pedagang mainan itu. Kebetulan orang itu kini telah bekerja (menjadi karyawan) di toko mainan teman saya. Dia bekerja bagian kasir.

Dari pengakuan karyawan itu diperoleh informasi bahwa bos lamanya sangat menyukai perang harga (merusak harga pasar). Ini dia lakukan dengan tujuan agar pangsa pasar bisnis mainan di pasar Ciracas itu dapat sepenuhnya dikuasai olehnya.

Dari pengakuan mantan karyawannya itu, akhirnya dapat diketahui bagaimana cara pedagang mainan itu dalam menetapkan margin produk mainannya. Dan ternyata kemampuan berbisnis dan pemasarannya benar-benar payah!
Artikel Menarik Lainnya : BAGAIMANA TRIK AGAR USAHA KECIL MAMPU BERSAING DENGAN USAHA YANG LEBIH BESAR?
Contoh kasus:

Beberapa waktu yang lalu pernah ada tren mainan sepatu roda. Mainan olahraga ini sangat diminati. Sangat populer dikalangan anak-anak, dan juga disukai oleh orang dewasa.

Nah, tahukah Anda berapa margin yang ditetapkan oleh pedagang mainan itu pada produk sepatu roda ini?

Sekali lagi saya berkata : Skill pemasaran yang 'buruk'!

Kenapa buruk??

Coba simak.

Modal sepasang sepatu roda adalah seharga 200.000, - Rupiah.

Nah, pedagang mainan lain (secara umum) menjual dengan kisaran harga standar (harga rata-rata eceran) sebesar 275.000, - Rupiah.

Tapi pedagang mainan di Ciracas ini agak 'unik'.

Dia menjual produk sepatu rodanya senilai 230.000, - Rupiah saja. Terkadang hanya dijual senilai 220.000, - Rupiah. Jadi dia mengambil keuntungan rata-rata hanya 10%. Dan margin 10% itu masih hitungan laba kotor!

Entah bagaimana perhitungan pedagang mainan dalam mengelola bisnisnya. Jika margin kotor yang didapat hanya sebesar 10% jelas tidak akan cukup untuk menutupi semua biaya operasional toko mainan. Seperti biaya untuk membayar sewa toko, membayar gaji karyawan, serta biaya untuk kehidupan sehari-hari keluarga pedagang mainan itu.

Hmmh, mungkin dia memiliki tanah dan sawah yang luas di desanya. Jadi jika bisnis dia bangkrut karena kehabisan modal (untuk menutupi semua biaya operasional), solusinya sederhana : tinggal jual tanah = dapat uang untuk modal baru. Cerdas! (sarkasme :)).

Atau, saya akan mencoba untuk berprasangka baik : mungkin dia menjual dengan harga yang sangat murah, tujuannya adalah untuk membantu orang-orang yang kurang mampu membeli mainan di pasar Ciracas itu. Jadi ini semacam aksi sosial di bidang mainan anak-anak. Begitulah menurut prasangka saya yang baik. Semoga benar :D.

Tapi, sepertinya prasangka saya salah.
Sebab jika tujuannya untuk membantu orang yang tidak mampu (membeli mainan), lalu mengapa ia harus stres karena merasa rugi? Wwkwkwkwkkkkkkkkkkk 😂

Sebenarnya, pedagang mainan lainnya di sekitar pasar Ciracas itu telah lama merasa tidak nyaman (dan kesal) dengan pedagang itu (yang suka merusak harga pasar).

Beberapa pedagang telah mencoba untuk menegurnya dengan baik. Namun dia tidak peduli dan tidak mau mendengarnya.

Sebagian pedagang telah mencoba menjelaskan secara baik-baik (kepada oknum pedagang mainan itu). Para pedagang mengatakan: "Kalau sampeyan terus menjatuhkan harga pasar seperti ini, pasti akan memicu pedagang mainan lainnya untuk ikut menjatuhkan harga. Pada akhirnya akan timbul persaingan tidak sehat".

Apa reaksi dari pedagang mainan yang suka merusak harga pasar itu?

Dia tidak peduli! Dan terus menjual produk mainannya dengan harga yang sangat murah! (Benar-benar seorang pembangkang, dasar kadal buntung! Hhhhhwkwkwk😅

Akhirnya, semua pedagang membiarkan saja.

Teman saya yang menceritakan kisah ini, sebenarnya juga ikut gelisah dengan sikap dan cara si pedagang mainan yang buruk itu.

Tetapi teman saya tidak kehilangan akalnya. Jika pesaingannya itu bersaing dengan cara yang buruk (merusak harga pasar), maka teman saya mengimbanginya dengan cara yang cerdas.

Bagaimana cara bersaing yang cerdas itu?
Yaitu dengan cara memberikan layanan terbaik, dan memberikan bonus khusus kepada setiap pembeli di toko mainannya.

Jadi ketika pelanggannya membeli mainan dalam jumlah tertentu, maka akan mendapatkan bonus khusus. Biasanya bonus berupa mainan atau diskon harga.

Teman saya juga memberikan servis gratis untuk mobil jenis remote (ukuran besar). Jadi kalau ada pelanggannya membeli mainan mobil remote tipe tertentu, dan jika sewaktu-waktu rusak, maka akan mendapatkan layanan servis gratis.

Berkat semua pelayanan maksimal yang teman saya berikan, meskipun label harga mainan yang ia tetapkan adalah harga standar (tidak terlalu murah), pelanggannya akan tetap setia datang berbelanja ke toko mainannya.

Itulah strategi pemasaran yang cerdas yang diterapkan oleh teman saya.

Sangat berbeda sekali dengan pedagang mainan saingannya itu yang hanya bisa menjatuhkan harga pasar. Sementara keterampilan dalam berbicara dan 'melobi' pembeli sangat minim (kurang berpengalaman). Jadi dia tidak mengerti cara melayani pembeli dengan baik.

Menurut informasi dari mantan karyawannya, pedagang itu tidak ramah saat melayani pembeli. Bahkan cara berbicaranya cenderung kasar. Mungkin karena dia merasa jumawa (arogan), sebab merasa harga mainan ditokonya adalah yang termurah. Jadi dia merasa sangat yakin pembeli pasti akan berbelanja ke tokonya.

Dan ini adalah sebuah kesalahan besar!
Artikel Menarik Lainnya : MENGASAH DAN MELATIH INTUISI BISNIS

~ Ingat satu hal : Meskipun harga produk di toko anda sangat murah, namun jika pelayanan anda sangat mengecewakan, pasti pembeli akan beralih ke toko yang lainnya! ~

Nah, sekarang dia sedang 'menuai badai' akibat tindakannya sendiri.

Faktor yang membuat pedagang mainan itu menjadi stress dan tertekan adalah karena pembeli yang datang ke tokonya sangat sulit untuk menerima kenaikan harga barang. (Catatan: akhir-akhir ini harga modal mainan memang sering mengalami kenaikan).

Padahal harga mainan yang dia jual sudah sangat murah sekali. Namun, masih ada saja diantara pembeli yang menawar harga. Bahkan, ada pembeli yang menawar harga hingga di bawah harga modal.

"Alamaaaak, aku pusing"! (Begitulah kira-kira reaksi pedagang itu).

"Jadi, pedagang mainan itu sekarang sedang mengalami stres berat" (teman saya melanjutkan ceritanya).

Berita dari teman saya ini cukup valid. Karena, ia juga mendapatkan informasi ini dari si Ngkoh (bos grosir / importir mainan) di daerah Asemka Jakarta Pusat. (Area ini adalah pusat grosir serta pemasok produk toko mainan, dan teman saya juga sering berbelanja mainan ke pengimpor yang sama.

Nah, dari si Ngkoh ini teman saya bisa mengetahui semua rahasia pedagang itu.

Ngkoh berkata : "Sudahkah Anda tahu? Pedagang mainan saingan Anda itu akhir-akhir ini selalu mangkir (ingkar janji) dalam membayar hutangnya. Karena berbagai alasan. Mulai dari pembeli yang semakin sepi dan keuntungan produk semakin sulit diperoleh. "

"Dia juga sering mengeluhkan tentang harga modal mainan yang terus meningkat, terutama pada produk sepatu roda yang sedang trend, setiap kali harganya selalu naik".

"Dia mengeluh, sebab semua barang yang dia jual di tokonya hanya mengambil margin rata-rata antara 10-15%."

Sementara, akhir-akhir ini harga modal sepatu roda selalu meningkat. Kenaikan harga modalnya rata-rata mencapai 10% -15%.

Penyebab kenaikan harga adalah karena sekarang ada peraturan wajib SNI (Standar Nasional Indonesia) pada produk mainan. Aturan ini membuat proses birokrasi dan distribusi produk mainan menjadi lebih rumit dan panjang. Akibatnya, produk impor yang bisa masuk ke Indonesia menjadi semakin sulit.

Intinya adalah : proses distribusi lama + barang langka = harga naik. Itulah intinya!

HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!! Saya stress!!! (Ekspresi pedagang mainan yang hobi merusak harga pasar itu).

(Ketika mendengar cerita teman saya di bagian ini, saya secara spontan berseru : "Rasain!") Wkwkwkwkkkk 😂

(Teman saya melanjutkan ceritanya).
Si Ngkoh tadi kemudian berkata kepada pedagang itu : "Makanya pak,,, kalau sampeyan menjadi seorang pedagang, cobalah perdalam skill bisnis dan ilmu pemasaran sampeyan. Karena,,,, kalau sampeyan terus menekan harga dan merusak harga pasaran, pas ketika harga produk itu semakin naik (seperti sekarang) sampeyan yang malah jadi bingung sendiri. Bener gak?

Pedagang itu langsung terdiam mendengar ucapan si Ngkoh tersebut.
Artikel Menarik Lainnya : SKILL KHUSUS YANG HARUS KITA MILIKI DALAM BERBISNIS
Itulah akhir cerita dari teman saya (yang berkunjung pada siang hari kemarin ke toko saya).

Pukul 17.00 sore teman saya meminta izin untuk pulang.

Meninggalkan cerita yang sangat bagus untuk dijadikan pelajaran bagi semua pedagang, terutama pedagang mainan.

Jadi ,,,, Ingat teman : Strategi Pemasaran yang Salah Dapat Berakibat Fatal Pada Bisnis Anda!

Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, silahkan dibagikan. Semoga isinya dapat bermanfaat pula bagi rekan-rekan kita yang lainnya.


Penulis oleh : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

Post a Comment for "Perang Harga Tanpa Perhitungan Dapat Menghancurkan Masa Depan Bisnis Anda (Based True Story)"