Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Catatan Perjalanan Usahaku Bagian 6 (Belajar Dagang Sate Padang)

Hallo teman-teman semua.
Bagaimana kabarnya?

Semoga dalam keadaan baik dan sukses selalu ya ☺
Tidak terasa sudah sampai di pertengahan 'episode', yaitu Napak tilas kisah perjalanan usaha saya.

Di mulai dari masa saya masih remaja kira-kira berumur 15 tahun (catatan bagian 1), sampai akhirnya telah tiba ke kisah yang akan segera ditulis ini.

Tinggal beberapa episode berikutnya, barulah tulisan catatan perjalanan ini akan selesai.

Di antara episode lanjutannya yaitu catatan bagian ke-6 (belajar dagang sate padang ini).

Selanjutnya nanti kisah saat saya berdagang buku, belajar bengkel ke padang, dan yang terakhir nanti kisah merintis usaha mainan di Jakarta (setelah kembali dari padang).

Kemungkinan akan pas sampai 10 catatan hingga tamat.

Meninggalkan Pasar Malam (Tahun 2006).

Saat itu saya telah berumur sekitar 28 tahunan.

Seperti yang telah saya ceritakan di CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 5 (Persaingan tidak sehat di pasar malam) bahwa di tahun 2006 itu saya memutuskan untuk meninggalkan acara pasar malam.

Meninggalkan group pasar malam Mustika Jaya yang telah kurang lebih selama 2 tahun saya ikuti acaranya kemana-mana.

Keputusan itu dengan terpaksa harus saya ambil karena saya berfikir sudah tidak ada prospek lagi untuk terus berdagang kaset VCD di sana.

Praktik saling menjatuhkan harga di antara para pedagang sudah sedemikian parah. 
Buat apa saya banting tulang setiap hari, berdagang setengah mati di medan lapangan yang begitu keras, sedangkan hasil yang di dapat hanya pas-pasan saja untuk biaya makan dan operasional selama acara.

Untuk sekedar teman-teman ketahui, berdagang di pasar malam itu benar-benar menguras tenaga dan fikiran, baik dari fisik maupun mental.

"Menguras tenaga dan fikiran gimana bang izal?"

Bagaimana tidak?

Menguras tenaga karena yang namanya pasar malam, pasti tidurnya setelah larut malam. Para pedagang termasuk saya menutup lapak biasanya jam 10 malam. Tidak mungkin saya bisa langsung tidur.

Karena teman-teman dan pedagang yang lain rata-rata masih berjaga dengan segala tingkah polahnya.

Ada yang bermain gaplek, kartu remi atau permainan apalah lagi namanya itu, saya tidak begitu tahu karena memang tidak hobi permainan seperti itu.

Biasanya saya hanya menonton saja, atau ngobrol-ngobrol dengan sahabat saya si iwan dan beberapa teman yang lain.

Dipasar malam itu orang-orang baru mulai akan tidur setelah jam 1 atau jam 2 dinihari.

Besoknya bangun jam 10 atau 11 siang. Nanti setelah jam 4 sore para pedagang mulai bersiap-siap untuk buka lapak dan berdagang lagi sampai jam 10 malam.

Begitulah alur kehidupan di pasar malam setiap hari.

Tidak ada yang namanya pola hidup sehat dan teratur di pasar malam itu. Keras dan melelahkan!
Di lapangan pasar malam itu kalau tidur hanya beralaskan terpal kasar. Biasanya saya menumpang tidur di bawah meja lapak pakaian seorang teman.

Di serbu nyamuk?, cuaca dingin?
Ah itu mah sudah biasa!
Yang agak berat itu kalau sedang musim hujan, masalahnya saya bingung mau tidur dimana.

Karena yang namanya lapangan kalau kena hujan ya pasti biasanya tergenang air, dan becek.

Jadi saya tidak bisa lagi menumpang tidur dibawah meja lapak kawan yang berdagang pakaian itu.
Kalau sudah begitu keadaannya, sering saya menumpang tidur di lantai emperan toko yang tidak jauh dari acara pasar malam. Beralaskan kardus dan berselimut sehelai kain sarung.

"Berarti kedinginan dong bang izal?"

Lha terus? Masa iya kepanasan? heheheheh ☺☺☺☺

Ya!
Seperti itulah kehidupan di pasar malam. Bukan hanya saya saja yang mengalami hal seperti itu, tapi semua pedagang disana juga mengalami hal yang sama.

Kami semua pedagang di pasar malam itu bagaikan pengembara sekaligus petualang yang selalu berpindah-pindah dari satu lapangan ke lapangan yang lain, juga selalu hidup di alam (lapangan)! hehehehe ☺☺☺.

Ada masalah lain yang tidak kalah ngenes kalau sedang musim hujan, apa itu?

Ya jelas,,, otomatis saya dan kami semua teman-teman pedagang jadi tidak bisa berjualan.

Karena saya berdagang kaset Vcd langsung ngemper di atas tanah seluas 3 x 1 meter yg dialas dengan terpal, juga tidak memakai tenda.

Jadinya dari bawah terkena genangan air, dari atas terkena curahan air hujan, begitulah.

Kalaupun ada pedagang lain yang bisa berjualan karena memakai tenda, tetap masih ada masalah yang lain lagi, yaitu pembelinya tidak yang ada datang berkunjung.

Kalaupun ada, paling cuma ada satu atau dua orang yang datang berbelanja.
Lha wong kalau hari hujan dan lapangan becek, siapa juga sih yang mau datang?, hiks (sedih) 😢😢😢. 
Nah!

Dengan keadaan berdagang sekeras dan seberat itu, apakah sebanding dengan hasil yang saya dapat?

Nooo!! Makin lama semakin suram!

Sampai memasuki akhir tahun 2005, sering sekali penghasilan yang saya dapat selama acara pasar malam hanya pas-pasan untuk menutupi biaya operasional dan makan sehari-hari saja.

Praktik persaingan tidak sehat dan main banting harga disana sudah terlalu kronis dan tidak bisa 'diselamatkan' lagi.
Maka akhirnya memasuki awal tahun 2006 telah bulat keputusan saya :
Sayonara pasar malam!
Setelah itu saya kembali memutar otak, berfikir usaha apalagikah yang akan saya jalani?

Tahun 2006 ini termasuk awal dari masa transisi kedua.

Masa transisi pertama telah terjadi di tahun 2002 saat saya memutuskan untuk berganti haluan secara total dari tukang jahit menjadi pedagang.

Pada masa transisi kedua ini sempat saya mengalami kebingungan, tidak tahu harus menempuh usaha apalagi.

Berganti usaha itu bukanlah hal yang mudah sebagaimana mudahnya membalikkan telapak tangan.

Untuk mencari peluang usaha baru itu membutuhkan survey, adaptasi, pendalaman skill dan masih banyak lagi hal lain yang harus dipelajari ulang.

Karena berganti usaha baru sama saja dengan merintis lagi dari awal, dan itu butuh proses lagi!

Saya hanyalah manusia biasa, walau berusaha setegar apapun terkadang ada juga mengalami masa jenuh dan kebuntuan.

Oleh karena itu, pasca berhenti dagang di pasar malam, ada kira-kira sekitar dua bulan saya sama sekali tidak berdagang.

Pekerjaan sehari-hari hanya bersantai saja dirumah. Atau sesekali saya pergi main game ding dong ke Mall Graha Cijantung.

Sekedar untuk menghilangkan suntuk dan kejenuhan.

Belajar dagang sate padang.


Setelah berlalu masa dua bulan bersantai itu, tiba-tiba terbetik ide di kepala saya untuk belajar sate padang kepada paman saya yang ada di pasar minggu, nama paman itu Mak Enek.

Mak Enek ini bukan seorang perempuan ya teman-teman, beliau laki-laki berumur sekitar 55 tahunan.

Dalam tradisi orang minang seorang paman itu dipanggil 'Mamak', dalam sehari-hari biasa di singkat dengan panggilan 'Mak' saja.

Kemudian ujung panggilan di tambah dengan nama sang paman. Misalnya namanya Hasan, maka panggilannya menjadi 'Mak hasan', dan lain-lain.

Saya tertarik untuk mencoba belajar meracik bumbu dan membuat sate padang karena terinspirasi pada almarhumah Andeh Mar, salah seorang dari bagian keluarga besar saya (masih satu nenek buyut).

Beliau pendiri brand sate padang dengan merek dagang 'Goyang Lidah'.
Berdagang di parkiran pinggir jalan kawasan pasar swalayan Tip Top Rawamangun.

Kalau ada di antara teman-teman yang rumahnya dekat kawasan Tip Top, pasti pernah makan sate padang cukup terkenal ini.

Nah, Mak Enek ini adalah salah satu muridnya Andeh Mar itu ☺.

Sate padang 'Goyang Lidah' terkenal karena cita rasanya yang sangat lezat. Tidak sembarangan orang yang bisa belajar racikan bumbu sate ini, hanya bagian keluarga saja yang boleh mempelajarinya.

Saking terkenalnya merek atau brand dari sate padang 'Goyang Lidah' ini, sehingga banyak orang lain yang bukan bagian dari keluarga kami ikut mencatut mereknya.

Terbukti pernah saya temui seorang pedagang sate padang di kawasan condet yang gerobaknya bermerek 'Goyang Lidah' dengan warna dan gaya tulisan yang sangat khas seperti milik keluarga kami.

Saya coba menanyainya tentang sejarah Andeh Mar dan Silsilah dari keluarga besar, dia sama sekali tidak tahu. Ternyata benar dia memang bukan bagian dari keluarga kami.

Tapi karena merek 'Goyang Lidah' itu sampai sekarang belum dipatenkan juga oleh anak-anak almarhumah, ya mau bagaimana lagi?

Tidak ada kekuatan hukum sama sekali untuk menuntut si pencatut merek itu.

Intinya, karena sate Goyang Lidah ini telah populer, sehingga banyak orang lain yang meniru nama atau mencatut mereknya demi kepentingan mereka.

Gagal lagi,,,,,,,,,,,,,,,...,,,,,

Ada sekitar dalam waktu 6 bulan saya belajar bumbu sate padang 'Goyang Lidah' ini.

Tapi teman-teman,,,,,
Akhirnya saya tidak jadi membuka jenis usaha makanan ini alias tidak kesampaian niat saya untuk menjadi seorang pedagang sate padang.

Apa sebab?

Ternyata berbisnis sate padang itu adalah 'biangnya pekerjaan! 

Printilan pekerjaannya tidak ada habis-habisnya sejak dari jam 4 subuh sampai jam 12 malam!. 


Waktu beristirahat hanya beberapa jam di siang hari setelah bumbu, ketupat dan satenya selesai di masak.

Biasanya jam 11 siang barulah semua selesai di masak, lanjut tidur beberapa jam untuk kemudian bangun lagi pada jam 4 sorenya.

Jam 5 sore kemudian berangkat dagang ke kawasan menteng (Mak Enek itu lapak gerobak satenya ada di kawasan jalan menteng).

Nanti pulangnya jam 11 malam, kemudian sampai di rumah paman saya itu pada jam 12 malam.

Jam 4 subuh bangun lagi untuk mulai berbelanja bahan-bahan yg akan dimasak,

Terus berputar seperti itu setiap hari!

Kesimpulannya apa?

Bisnis sate padang itu tidak mungkin bisa atau sangat sulit di kerjakan seorang diri!

Usaha sate padang itu adalah kerja team, minimal harus dua atau tiga orang yang bekerja dan menjalaninya.

Ada yang bagian berbelanja ke pasar, bagian memasak, bagian tukang potong daging dan membuat ketupat serta bagian yang akan berjualan di lapak atau gerobak satenya.

Mak Enek sendiri total anak buahnya ada 5 orang, itu belum di hitung dengan anak-anaknya yang juga ikut membantu dalam sehari-hari.

Jadi?
Sudah dapatkan alasan kenapa saya akhirnya batal berdagang sate padang?

Ya!
Karena tidak mungkin semua pekerjaan itu bisa saya lakukan sendirian. Bisa-bisa nanti saya terkena penyakit typus akibat terlalu kelelahan heheheheh 😢😢😢😢 .

Biasanya orang yang mulai berjualan sate padang secara mandiri itu setelah dia menikah, jadi paling tidak ada istrinya yang akan membantu mengerjakan.

Lah,,,,,.. sedangkan saya pada waktu itu kan masih Perjaka Ting Ting alias masih bujangan, jadi siapa yang akan membantu saya?
Masa tetangga sebelah! wkwkwkwkwk ☺☺☺

Oleh karena itulah akhirnya saya batal untuk membuka usaha sate padang. 

Demikianlah lika liku proses perjalanan usaha, tidak ada yang mulus. Prosesnya panjang dan tidak mudah. 

Seperti yang pernah saya jelaskan di artikel lain, seseorang untuk bisa ketemu bidang usaha yang cocok itu minimal butuh waktu 5 tahun, bahkan ada yang sampai lebih dari 10 tahun seperti ibu saya. 

Kisah perjuangan ibu saya juga sudah pernah saya tulis artikelnya, kalau teman-teman belum baca, silahkan klik di sini : IBUKU PAHLAWAN KELUARGA

Dalam proses pencarian usaha yang cocok itu pasti ada bagian Trial dan error, bahasa mudahnya : pasti ada jatuh bangun dan kegagalannya.

Seperti saya sendiri yang telah belajar sate padang ini, selama 6 bulan belajar dengan sungguh-sungguh, akhirnya gagal juga.

Padahal sebenarnya ilmunya sudah saya dapatkan. Saat sekarang ini jika saya di minta untuk bikin bumbu sate padang, saya masih bisa dan masih ingat pada resepnya lho.

Masih bisalah saya membuat sate padang walaupun hanya untuk di makan bareng sekeluarga. ☺

Demikian juga ilmu bengkel yang telah pernah saya pelajari sampai khatam waktu dipadang (di seri catatan berikutnya akan saya ceritakan).

Namun akhirnya tidak terpakai juga ilmu itu karena alasan tertentu. Ilmu bengkelnya sendiri sih tidak akan pernah hilang, seperti tidak pernah hilangnya keterampilan saya menjahit.

Kalau misalkan ban mobil atau motor saya sekarang ini sedang bocor. Dan saya juga lagi kepingin membuat baju atau celana sendiri, kebetulan semua peralatan yang di perlukan juga tersedia, maka saya bisa menjahit baju atau menambal kendaraan milik saya sendiri.

Begitulah,,,,Yg namanya keterampilan pasti akan terus terbawa seumur hidup. Minimal ilmu itu berguna untuk keperluan pribadi kita sehari-hari

Hanya saja, tidak selalu semua ilmu yang di dapatkan itu bisa di pakai untuk keperluan bisnis kita. Seperti halnya pernah pula saya gagal dengan rencana untuk membuka usaha bengkel di Jakarta pada tahun 2010.

Apa sebabnya?

Nantilah saya ceritakan di seri selanjutnya ya, karena akan terlalu panjang kalau sekalian di ceritakan disini.

Demikianlah teman-teman,,,,Ujung-ujungnya saya malah buka toko mainan dan berhasil jadi pedagang mainan sampai sekarang. ☺☺

Perjalanannya memang panjang dan berliku,,,,

Dan apakah perjalanan saya di pertengahan tahun 2006 itu sudah selesai?

Oh sudah pasti belum,,,, masih panjang kisahnya.

Karena di akhir tahun 2006 itu saya kembali berpetualang dagang secara berpindah-pindah, tapi bukan pasar malam lagi.

Di manakah tempat saya berdagang itu?
Sabar,,,,Nanti di catatan perjalanan usahaku bagian 7 akan saya ceritakan selengkapnya.

Baiklah teman-teman, sudah panjang x lebar x tinggi saya menulis pada catatan usaha bagian ke 6 ini heheheheheh.

Semoga teman-teman semua tidak pernah bosan mengikuti kisahnya ya, hitung-hitung sebagai bahan sharing dan saling bertukar pengalaman. ☺☺☺☺☺

Semoga sukses selalu untuk teman-teman semua.

Salam.

Penulis by : Bang izal. 
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

4 comments for "Catatan Perjalanan Usahaku Bagian 6 (Belajar Dagang Sate Padang)"

  1. sungguh sebuah perjalanan panjang menuju hidup yang lebih baik dengan cara berdagang sate padang, inspiratif dan dapat kiranya saya contoh ketika akan memulai sebuah usaha semangat tempurnya nih...sukeren pisan mang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah,,,,Saya doakan semoga sukses juga hendaknya ya untuk mang lembu, Aammiin.

      Delete
  2. Saya baca dari awal tulisan di posting ini sampai akhir, keliatan ada peningkatan kemampuan menulis artikel nya.

    Dari sisi catatan perjalanan usaha (pengalaman kerja) juga manarik. Berawal dari penjahit hingga akhirnya buka toko mainan. Toko mainan plus penulis blog (blogger) lebih tepatnya bang. Hehe..

    Sukses selalu utk toko mainan nya bang, jgn lupa juga buat artikel jualan mainan di blog ini biar tambah mantap omset nya. 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe,,, terima kasih atas apresiasi dan dukungannya om nino,,, sementara waktu ini saya mau fokus mengisi blog bule dulu, setidaknya sampai 20 buah artikel. Nanti pasti akan saya update lagi blog kesayangan ini dengan artikel terbaru.

      Tunggu aja tanggal tayangnya om hehehe :D

      Delete