Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pedagang Kaki Lima dan Solusinya

Assalamualaikum.

Hallo teman-teman, jumpa lagi dengan bang izal. ☺

Akhirnya sekarang saya bisa mencuri waktu untuk kembali menulis artikel. 
Telah sebulan lebih saya absen menulis, penyebabnya karena kesibukan yang luar biasa dalam mengurus toko mainan saya ketika bulan puasa dan lebaran kemarin. 

Maklum, momen puasa dan lebaran adalah saat-saat panen bagi pengusaha toko mainan. Jadi kegiatan menulis untuk sementara sempat saya pending dulu. 😊

Ya, seperti biasa setiap tahunnya toko mainan saya selalu panen, yaitu dimomen hari lebaran. Biasanya produk yang paling laku adalah mainan mobil remote control, tamiya dan mainan tembakan. 

Selama bulan puasa, dalam sekali seminggu saya rutin berbelanja stok mainan sampai penuh satu muatan mobil truk colt diesel. Setelah barang diantar ketoko saya, kemudian tahap selanjutnya adalah membongkar muatan barang, memberi banderol harga dan memajang setiap mainan tersebut secara rapi. Disusun satu persatu ke bagian raknya masing-masing.

Puncaknya pas hari H sampai hari H+7 lebaran, beuuh!! 
Saking ramainya pembeli, sampai-sampai hampir tidak ada waktu untuk makan atau sekedar buang air! 

Pengunjung yang berbelanja sebagian besar terdiri dari anak-anak (sebagian juga ada orang dewasa). Dan mereka datangnya selalu secara beruntun dan bergerombol. Teamwork toko mainan yang terdiri dari saya, istri dan dibantu oleh 3 orang karyawan, masih tetap kewalahan melayani para pembeli. 

Alhamdulillah sekarang semuanya sudah selesai. 

Panen ditahun ini, saya dan semua team toko mainan mendapatkan hasil dengan sangat memuaskan. Alhamdulillah. segala puji dan syukur saya panjatkan atas segala karunia dan rezekiNya.


Nah, karena keadaan sekarang sudah lebih santai, sehingga saya kembali ada waktu untuk menulis di blog tercinta ini. ☺     

Namun di sisi lain,,,,, ada hal yang cukup memprihatinkan,,,,

Ketika dalam perjalanan berbelanja ke Asemka (saat bulan puasa kemarin itu), saya melihat keadaan yang cukup miris, sekaligus menggelitik dan menarik perhatian saya. 

Hal itu pula yang akhirnya menjadi pencetus ide saya untuk menulis artikel berjudul kesalahan manajemen pedagang kaki lima ini.  


Apakah hal yang menggelitik dan menarik perhatian saya itu? 

Yaitu sangat sulitnya bagi pedagang kaki lima untuk berjualan disaat sekarang ini. 

Apalagi area-area pinggir jalan strategis yang dahulu sangat penuh sesak oleh pedagang kaki lima. Sekarang di semua area itu sudah tidak ada pedagang lagi, dan benar-benar sudah tidak diperbolehkan berdagang lagi! 

Sepanjang jalan itu telah bersih dan lapang!

Lihatlah area-area yang dulu sangat terkenal sebagai pusat pedagang kaki lima, seperti :

- Area pancoran glodok.

- Sepanjang jalan mester/jatinegara.

- Sepanjang jalan area pasar tanah abang.

- Sepanjang pinggir jalan pasar gembrong/prumpung.

- Sepanjang pinggir jalan cililitan dan pasar kramat jati.

- Sepanjang jalan mahoni/rumah sakit kesdam cijantung.

- Dan lain-lain.

Pada era tahun 90an sampai akhir tahun 2000an, semua area itu adalah surganya para pedagang kaki lima. Dulu semua area itu seakan kebal dari penertiban dan penggusuran. Walaupun pernah dilakukan penertiban, tapi tidak lama kemudian di semua area tersebut kembali menjamur lagi oleh para pedagang kaki lima. 

Namun itu kisah zaman dulu.

Sekarang ini pemda DKI jakarta benar-benar keras dan tegas terhadap para pedagang kaki lima yang berdagang di sepanjang emperan jalan. 

Keadaan ini sangat dilematis.

Pedagang kaki lima yang berdagang disepanjang jalan itu memang menjadi salah satu penyebab kemacetan dan kesemrawutan, sehingga pemda DKI mau tidak mau harus mengeluarkan kebijakan untuk menertibkan mereka. Namun di sisi lain, penertiban itu juga menyebabkan mereka menjadi kehilangan lahan mata pencaharian.

Pedagang Kaki Lima dan Solusinya
Sejumlah petugas Satpol PP sedang merazia pedagang kaki lima yang jualan petasan.

Sangat berbeda dengan era 90an dan 2000an yang penertibannya bisa dikatakan masih cukup longgar, sekarang ini pemerintah daerah DKI Jakarta menetapkan aturan penertiban yang benar-benar ketat.   

Di area itu tetap ada setiap hari orang yang mangkal, tapi yang mangkal bukanlah para pedagang. Namun telah berganti 'tongkrongan', yaitu para petugas satpol PP. Mereka siap setiap saat untuk mengusir pedagang kaki lima yang masih membandel berjualan di area-area yang ramai dan strategis tersebut.

Sebenarnya saya sendiri prihatin dan kasihan melihat keadaan mereka. 
Disaat pedagang lain sedang panen besar, yaitu ketika bulan puasa dan lebaran kemarin, sedangkan mereka untuk sekedar dapat berjualan saja sangat sulit.

Sebenarnya pemda telah berusaha memberikan solusi jalan keluar, yaitu memberikan lahan penampungan/tempat pindah untuk berdagang bagi semua pedagang kaki lima itu. Nah, masalahnya penampungan itu (menurut para pedagang) tidak cocok untuk berdagang kaki lima. Penyebabnya karena area penampungan itu biasanya jauh dari jalanan yang ramai/kurang strategis. 

Nah dari semua penjelasan diatas, kesimpulan apakah yang dapat kita tangkap?

Kesimpulannya adalah : 

#1. Berdagang di kaki lima itu penuh ketidakpastian.

#2. Berdagang di kaki lima itu rawan terkena penertiban/penggusuran.

#3. Berdagang di kaki lima itu sulit/tidak ada jaminan untuk bisa berdagang dalam waktu jangka panjang.

#4. Berdagang kaki lima itu skala usahanya kecil, karena kapasitas tempat dan lahannya terbatas.

#5. Berdagang kaki lima itu fungsi utamanya adalah untuk merintis usaha (terutama bagi pedagang yang bermodal kecil), jadi jangan jadikan tujuan akhir dari usaha. 

Nah, 5 poin penting diatas itulah yang sering luput dari perhatian dan pemikiran (sebagian besar) para pedagang kaki lima. Dan di situlah letak 'kesalahan' utama mereka, yaitu tidak memiliki perencanaan/target jangka panjang dan manajemen usaha yang baik!

Mungkin diantara teman-teman ada yang bertanya : "Kenapa kata 'kesalahan' diberi tanda kutip bang izal?" 

Alasannya : bisa jadi 'kesalahan' mereka itu bukan karena disengaja. 
Penyebabnya bisa jadi karena ketidaktahuan, dalam arti karena si pedagang kaki lima itu memang masih awam tentang ilmu manajemen/perencanaan usaha.

Atau bisa juga karena kelalaian dalam manajemen/perencanaan. 
Maksudnya : si pedagang kaki lima itu sebenarnya paham tentang ilmu manajemen, tapi sayang dia suka menunda-nunda waktu untuk melakukan perubahan dalam usahanya. Selain itu, dia dalam melakukan usaha tidak pernah punya target yang maksimal.

Masih belum mudeng ya? 
Baiklah nanti dibawah akan saya jelaskan secara terperinci maksud dan penjabarannya.  

Begini teman-teman,,,,,,

Sebenarnya fungsi utama dari berdagang kaki lima itu adalah sebagai sarana untuk merintis usaha. 

Terutama untuk orang-orang yang bermodal kecil. 
Bagi orang-orang yang bermodal kecil alias modal pas-pasan ini, tentu tidak memungkinkan bagi mereka untuk langsung menyewa toko di mall atau pasar. 

Seperti sama-sama kita ketahui biaya sewa tempat di pasar atau mall tidaklah murah. Nah karena tidak ada biaya untuk menyewa toko tersebut maka jalan yang terbaik sebagai batu loncatan yaitu dengan berdagang di kaki lima (pinggiran jalan/pasar malam).

Kalau berdagang di kaki lima/pinggir jalan itu biasanya kita hanya diminta biaya iuran kebersihan. Biayanya cukup terjangkaulah, biasanya kisaran total 5.000 - 10.000/hari. Ada juga beberapa area kaki lima yang biaya iurannya lebih mahal, seperti pasar tanah abang. Itu wajar, karena disana adalah area yang ramai pengunjung.

Nah,,, yang sering menjadi permasalahan adalah : banyak dari sebagian pedagang kaki lima itu setelah mendapatkan lapak/lahan kaki lima, enggan untuk meng-upgrade usahanya menjadi lebih besar (toko). 

Maksudnya begini, banyak saya lihat dari pedagang kaki lima itu dari tahun ke tahun selalu begitu begitu saja usahanya. 

Ada yang telah 5 tahun, 10 tahun, bahkan 15 tahun masih saja menjadi pedagang kaki lima. Walau telah berkali-kali menjadi korban penertiban, tapi tetap saja dia bertahan menjadi pedagang kaki lima. Sikap seperti ini sebenarnya tidak tepat. 

Seperti saya katakan diatas, berdagang kaki lima itu fungsi utamanya adalah sebagai sarana dan batu loncatan untuk merintis usaha. Target utamanya adalah kita agar dapat membuka toko atau ruko direntang waktu 5 tahun setelahnya.

Intinya :

Tujuan kita berdagang di kaki lima itu adalah sebagai batu loncatan untuk merintis usaha. Dan juga sebagai salah satu jalan/sarana untuk mencari modal usaha yang lebih besar nantinya, hanya itu! 

Jadi jangan jadikan usaha kaki lima itu sebagai tujuan akhir usaha!

Saya tidak asal mengkritik teman-teman, karena saya sendiri dahulu (periode tahun 2002-2007) adalah mantan pedagang kaki lima. 

Kisahnya telah pernah saya tulis lengkap dalam bentuk artikel bersambung sampai 10 seri. 

Di mulai dari profesi awal saya sebagai tukang jahit (seri 1), kemudian menjadi pedagang kaki lima sampai akhirnya berhasil membuka usaha toko mainan (seri ke 10). 

Baiklah, biar saya berikan salah satu bagian dari seri artikelnya tersebut berikut ini :  CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 2 (Jualan kaset VCD di Pandeglang)

Kalau teman-teman ada waktu luang, bolehlah dibaca seri artikel diatas. Mudah-mudahan bisa menjadi sumber inspirasi dalam membangun usaha. ☺

Saya dahulu memang punya target atau cita-cita yang harus bisa saya capai, yaitu ingin memiliki sebuah toko mainan. 

Dan ketika saya memutuskan berdagang di kaki lima dulu, faktor penyebab utamanya adalah karena saya tidak memiliki modal yang cukup untuk membuka toko. Jadi satu-satunya jalan untuk merintis usaha yang dapat saya lakukan ketika itu, adalah dengan berdagang di kaki lima. 

Target saya berdagang di kaki lima hanya selama 5 tahun, setelah itu saya selalu 'mencambuk' diri saya sendiri agar dapat membuka toko mainan setelah melewati masa 5 tahun berdagang di kaki lima tersebut.

Mungkin ada diantara teman-teman yang bertanya : "lantas dari mana bang izal bisa mendapatkan modal untuk membuka toko mainan?"

Jawabnya : Tentu saja modalnya saya dapatkan dari uang bersih hasil usaha berdagang di kaki lima selama 5 tahun tersebut! ☺

Mungkin ada diantara teman-teman yang bertanya lagi : "memangnya bisa bang izal?" 
''kan modal untuk membuka toko mainan gak sedikit alias gede banget"

Jawabnya : Pastinya bisa donk! hehehe ☺

Tiang dari keberhasilan segala sesuatu itu adalah berawal dari tekad dan niat yang kuat!

Bermula dari tekad dan niat yang kuat itulah, berapapun hasil bersih selama saya berdagang di kaki lima tersebut selalu saya sisihkan untuk di tabung setiap harinya!

Ketika saya mendapat hasil laba bersih 100.000 dalam sehari, alhamdulillah saya tabung. Ketika dapat hasil bersih 50.000 dalam sehari, alhamdulillah juga saya tabung. Bahkan ketika hanya dapat hasil bersih 30.000, 20.000 atau 10.000 pun, tetap konsisten saya tabung setiap harinya!

Demikianlah! Walau hasil per harinya hanya sedikit, tapi jika konsisten dan disiplin ditabung setiap harinya? Berapakah hasilnya sebulan? setahun? dan 5 tahun kemudian?? Akhirnya berhasil terkumpul menjadi tabungan dalam jumlah yang besar! Dan cukup untuk modal awal merintis membuka toko mainan!!

Seperti itulah cara saya, ibu saya, dan adik-adik saya dalam merintis dan membangun bisnis dan usaha keluarga kami.

Keluarga saya bukanlah dari kalangan orang berduit/bermodal. 
Ayah saya hanyalah seorang tukang jahit, dan ibu saya dulu juga hanyalah seorang pedagang mainan ecek-ecek di emperan sekolah SD.

Alhamdulillah ibu saya sendiri juga telah punya toko mainan di daerah Condet Jakarta timur.

Perjuangan ibu saya dalam merintis usaha di kaki lima juga tidak kalah seru. Kisahnya juga telah pernah saya tulis di artikel yang berjudul : IBUKU PAHLAWAN KELUARGA

Begitu juga dengan usaha milik saya sendiri. 
Karena tekad dan niat saya memang sangat besar untuk dapat mengembangkan usaha menjadi lebih besar, akhirnya pada tahun 2010 berhasil juga membuka toko mainan. 

Dan toko mainan itulah yang terus berkembang pesat hingga sekarang. Dan pada tahun 2014 saya bisa membuka cabang toko mainan dengan papan nama RC Toys, berlokasi di daerah kalisari Jakarta timur. 

Alhamdulillah setiap tahun (momen puasa dan lebaran) toko mainan saya selalu panen, sebagaimana yang saya ceritakan pada pembukaan artikel ini. 


Kesimpulan intinya adalah : Berdagang di kaki lima jangan pernah dijadikan tujuan akhir usaha!

Kita harus punya target yang harus dapat dicapai pada tahun-tahun berikutnya. 
Tetapkan target maksimal---> sampai berapa tahunkah kita akan merintis di usaha kaki lima? 3 tahun? 5 tahun? atau 10 tahun?

Jadi kita harus punya targetkan untuk dapat meng-upgrade usaha kaki lima kita menjadi sebuah toko. 

Seperti itulah usaha yang dapat dikatakan telah berhasil, karena ada peningkatan level usahanya. Kalau kita bisa menargetkan untuk naik ke level yang lebih tinggi lagi, yaitu membuka toko cabang ditahun-tahun selanjutnya, itu akan jauh lebih mantap! 

Dengan punya target untuk naik level/upgrade dari yang tadinya sebagai pedagang kaki lima kemudian selanjutnya dapat membuka toko, kita juga akan terhindar dari korban penertiban dan penggusuran lapak kaki lima yang pasti akan selalu terjadi di setiap tahun.

Dan penertiban ini pasti akan selalu ada, apalagi ketika terjadi pergantian pemerintah daerah yang baru. Teman-teman pasti sudah tahu kan? hehe ☺

Demikianlah teman-teman,,,, sharing kali ini tentang lika-liku usaha. Tulisan kali ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi yang telah saya jalani secara langsung. 

Saya memohon maaf sekiranya kritikan, saran dan masukan dari saya ini ada menyinggung diantara teman-teman yang kebetulan saat ini berprofesi sebagai pedagang kaki lima. 

Tidak ada sedikitpun niat buruk dari saya, semua ini saya tulis murni untuk kebaikan kita bersama. Agar kita dapat sama-sama maju dan dapat meraih sukses dalam setiap usaha kita, Ammmiin.


Mulai ditulis jam 10 pagi tadi, selesai pukul 22.00 malam ini.

Penulis by : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

2 comments for "Pedagang Kaki Lima dan Solusinya"

  1. sebuah tulisan yang cukup panjang dari kisah yang cukup panjang .....saya hampir khatam semua tulisan Bang izal.....

    saya sangat suka sebuah tulisan yang berasal dari sebuah pengalaman....itung2 dapat ilmu gratis.

    jarang2.....ada orang yang bocorin rahasia cara dagangnya.....
    saya adalah salah satu orang yang suka menulis tentang blog orang lain.

    mungkin suatu saat saya akan tulis mengenai blog dan bang izal Sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sekali atas apresiasinya om. :)

      Saya memang suka berbagi2 ilmu dan pengalaman, itung2 sebagai amal jariyah jika yg saya tulis ternyata dapat bermanfaat bagi orang lain.

      Bukankah sebaik2nya ilmu itu adalah yg dapat bermanfaat bagi orang banyak?

      Silahkan om,,, boleh2 aja kalau mau menulis tentang blog atau profil diri saya,,,, hehehe :D

      Delete