Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aku Hampir GILA! (Sebuah Cerpen)

Arrrrggghhhh !!!! Teriakanku membahana di kamarku.

Telah kandas pertunanganku dengan Andi.
Ternyata tunanganku itu telah bersel*ngkuh dan mengham*l* sahabatku sendiri!

Dan sungguh, Aku masih tidak bisa percaya, mengapa sahabatku sendiri juga tega mengkhianatiku?! Mengapa semua ini harus terjadi padaku? Mengapa??!


Aku Hampir GILA! (Sebuah Cerpen)

Aku, Andi dan Rini sebenarnya adalah tiga orang sahabat.

Kami bertiga sudah lama berteman, sejak masa SMA.
Setelah lulus sekolah, Rini kemudian melanjutkan studinya ke Australia.

Sementara Aku dan Andi kebetulan sama-sama diterima di salah satu universitas ternama di Jakarta.

Andi adalah seorang pemuda yang cukup tampan. Diam-diam, sebenarnya Aku sudah lama jatuh cinta kepadanya, sejak masa SMA.

Dan ketika 'ku perhatikan dari gesture tubuh Rini, serta dari tatapan matanya kepada Andi, menyiratkan sebuah tanda bahwa sebenarnya Rini pun juga menyukai Andi.

Saat masa SMA Andi cukup populer.

Selain tampan, dia juga memiliki postur tubuh yang atletis. Selain itu, dia juga juara basket. Sebuah pesona yang mampu menaklukkan hati semua gadis remaja.

Ketika dimasa SMA kami bertiga hanya berteman saja. Ada semacam aturan tak tertulis di antara kami. Masing-masing dari kami menganggap jalinan persahabatan bisa rusak karena hubungan percintaan.

Tapi..,,,,

Meskipun kami bertiga telah bertekad untuk menjadi sahabat, namun seringkali tanpa sengaja ku pergoki Andi sedang memperhatikanku. Terkadang, Aku juga pernah melihat Andi sedang memperhatikan Rini. Lucunya, begitupun dengan Aku dan Rini, kami berdua juga sering diam-diam mengamati Andi!

Untuk urusan hati terkadang manusia bersifat munafik. Dari tatapan mata dan isyarat tubuh di antara kami menyiratkan suatu tanda.

Cinta segitiga!

Selama masa kuliah hubunganku dengan Andi terjalin semakin akrab.

Tiba-tiba, di tahun ketiga kuliah, Andi menyatakan rasa cintanya kepadaku.

Aku pun tidak kuasa untuk menolaknya.

Setelah selesai kuliah, Andi datang ke rumahku. Dia menemui ibuku dan langsung melamarku.

Ayahku telah meninggal setahun yang lalu karena sakit.

Ibuku segera menerima Andi sebagai calon menantunya.

Sama seperti Aku yang tidak kuasa menolak pernyataan cintanya, begitu juga dengan ibuku yang tidak punya alasan untuk menolak Andi. Selain karena sudah cukup lama mengenal Andi, ibuku juga sudah lama berharap agar Aku segera mendapatkan jodoh.

Aku telah berumur 27 tahun dan telah pantas untuk menikah. Jadi bila Aku telah mendapatkan jodoh, tentunya akan meringankan beban ibuku sebagai orang tua tunggal. Sehingga ibuku bisa lebih fokus untuk mengurus dan menjaga Ridho, adik laki-lakiku satu-satunya yang berusia 7 tahun.

Pada suatu hari, tiba-tiba Aku mendapat sebuah dering telepon dari teman lamaku, Rini!

Rini mengabarkan bahwa dia telah kembali ke Indonesia, karena studinya di Australia telah selesai. Dia memintaku untuk mengadakan reuni. Aku sangat senang mendengarnya dan segera memberitahukan kepada Andi.

Acara reuni diadakan di rumahku.

Saat itu Rini datang membawa hadiah berupa souvenier, minuman, dan cokelat dari Australia. Semua hadiah itu diletakannya di ruang tamu. Kami bertiga kemudian mengobrol di ruang tengah. Obrolan berlangsung hangat. Kami saling mengenang masa-masa indah ketika masih di SMA.

"Assalamualaikuuum ,,,,," terdengar suara salam dari adik laki-lakiku.

Seperti biasa, diwaktu tengah hari adalah saat-saat adikku itu pulang dari sekolah.

"Waalaikum salam" kami bertiga menjawab salam dengan serentak.

"Eeeeeh Ridho sudah kembali dari sekolah ya! Rupanya kamu sudah besar sekarang!" Rini bersorak sambil memeluk adik laki-lakiku itu.

Ridho hanya tertawa menyeringai.

"Oh iya, kakak telah membawa hadiah dari Australia untuk kamu Ridho, tunggu sebentar!" Seru Rini sambil bergegas ke ruang tamu.

Tidak lama kemudian, Rini kembali dengan tatapan heran dan bertanya, "mengapa souvenir ini sudah terbuka ya? Sepertinya seseorang sudah memakannya?".

Aku pun reflek menoleh ke arah adik laki-lakiku itu, yang tiba-tiba telah menghilang dan berlari dengan cepat. "Ridhoooo! Kebiasaan burukmu masih tidak pernah berubah ya! Memalukan!", teriak ku.

Rini hanya tersenyum melihat tingkah polah adikku itu.

Suasana pada hari itu kami lewati dengan sangat menyenangkan.

Baca juga : Samsul (Cerpen)

Namun entah mengapa, sejak saat itu Aku merasa ada hal yang aneh antara Andi dan Rini. 

Ketika Aku pergi mengunjungi rumah Andi atau ke rumah Rini, sering kutemukan selalu ada mereka berdua.

Pada awalnya, Aku mencoba berpikir positif, "Akh mungkin itu hanya kebetulan saja" pikirku.

Namun karena kehadiran Andi yang semakin jarang di sisiku, membuat semuanya semakin terasa aneh. Belakangan ini, sikap Andi juga telah banyak berubah, dia sangat dingin kepadaku.

Aku pun mulai curiga.

Ternyata kecurigaanku benar!

Tiga bulan kemudian, tiba-tiba Rini datang ke rumahku. Dia berkata terus terang sambil bersujud memohon maaf kepadaku. Rini telah h*m*l oleh Andi, dan Andi telah menghilang entah kemana!

Kabar itu bagaikan petir yang menggelegar di siang hari bolong, Aku berdiri terpaku dengan bibir dan tangan menggigil. Aku tidak tahu harus berkata apa. Antara marah, benci, dendam, dan kesedihan, semuanya berkecamuk didalam diriku.

Sejak saat itu, Aku lebih sering mengunci diri didalam kamarku. Merasa sangat depresi, sehingga aku menjadi malas bekerja dan sering tidak masuk ke kantor. Akhirnya aku pun dipecat dari pekerjaanku.

Dunia terasa runtuh bagiku.

Ibuku akhir-akhir ini lebih banyak diam. Tersirat kesedihan yang mendalam di wajahnya karena kegagalan pertunanganku. Melihat wajah ibuku, membuat hatiku semakin sedih dan terpuruk.

Hanya Ridho, adik laki-lakiku satu-satunya yang sering menghiburku dengan kegembiraannya. Ridho juga-lah satu-satunya orang yang sering menemaniku dikamar. Dia juga yang sering mengetuk pintu kamarku, jika aku bangun terlambat.

Waktu terus berjalan dan satu tahun telah berlalu. Tidak ada hal yang berubah. Semuanya masih terasa suram bagiku. Bahkan dunia seolah semakin tidak berpihak kepadaku. Ibuku telah berkali-kali mengenalkan laki-laki lain kepadaku. Sebagai pengganti Andi. Tetapi,,,, Aku tidak tahu kenapa,,...,,,, semakin dikenalkan seorang pria, bahkan membuat hatiku semakin tertutup.

Baca juga : CACAT (Cerpen)

Semua trauma itu terlalu berat dan sangat mencekam jiwaku. Aku merasa takut!!

Ketidakpastian tentang masa depan ibarat hantu yang sangat menakutkan dalam pikiranku. Aku khawatir calon suamiku tidak bisa menerima kondisiku yang sedang trauma dan depresi berat seperti ini.

Ibuku semakin sedih dan terpukul melihat keadaanku,,,...,,,,,,,,, ...... ,,,,

Aku mulai diam-diam memakai (,,,,,,,,,,,). (Catatan: Jika Anda tahu apa yang saya maksud, saya tidak dapat menulisnya karena dilarang oleh Google - Penulis)

Tetapi ketenangan yang kudapatkan hanya sesaat. Setelah efek (,,,,,,,,,,,) hilang, momok menakutkan dan bayangan masa lalu itu kembali datang lagi padaku, Aku hampir gila!!!

"Kakak,,,,, kamu kenapa sih sebenarnya,,,,?" Tanya adik laki-lakiku dengan wajah yang sangat sedih.

Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong. Dengan senyum tipis, Aku meraih tangan adik kesayanganku itu, dan memeluknya erat-erat, "Aku masih baik-baik saja Ridho,,....,,,,,,.....,,,,,,,,,"
Artikel Menarik Lainnya : UJIAN DAN COBAAN HIDUP ADALAH BENTUK KASIH SAYANG TUHAN

Dua tahun berlalu,,,,...,,,...,,,..

Aku telah dirawat secara teratur oleh seorang psikiater. Kebetulan, psikiater itu adalah teman ibuku. Setiap minggu psikiater itu selalu datang untuk merawat dan memberikan terapi kepadaku.

Aku semakin tenggelam di kamarku.

Terkadang, Aku merasa seperti berada di dunia lain. Aku juga mulai sering berpikir untuk segera 'menyudahi' kehidupanku yang telah hancur. Tetapi, Aku juga selalu teringat pada adik laki-laki dan ibuku.

Aku bingung dan hampir gila!!!!!!!!!!!!!
Arrrrggghhhh!!!! Aku sudah tidak tahan lagi!! Teriakanku membahana di kamarku.

Aku telah menuangkan (sensor) ke dalam sebuah cangkir. Aku ingin pergi selama-lamanya ,,...,,,.

Aku duduk di kursi. Siku bertumpu diatas meja kecil dekat pintu kamarku. Pangkal telapak tangan menopang daguku. Aku duduk termenung sambil memandangi isi cangkir itu.

Saat itu pukul 12:30 siang.

Setiap kali ingin meraih cangkir itu, Aku kembali teringat kepada ibu dan adik laki-lakiku. Jika Aku pergi, maka siapakah yang akan merawat ibuku yang sudah tua? Dan siapa pula yang akan menjaga adikku yang masih kecil?

Cukup lama Aku termenung. Aku kemudian memutuskan untuk bergerak perlahan dan menjauh dari meja dan cangkir itu. Lalu membanting tubuhku ke kasur dengan posisi tubuh menelungkup. Air mataku mengalir sangat deras, menangis dalam diam.

"Kak Tina,,,...,,,,....,,,,,,"

Terdengar lirih sebuah suara yang sangat ku kenal.

Seketika Aku tersentak karena teringat pada sesuatu!

Segera ku berbalik dengan cepat.

Aku melihat,,,,,ada sesosok tubuh yang lemas. Wajahnya pucat, sedangkan tangannya gemetar memegang sesuatu.

Ridhooooooooo !!!!!!!!!!!!!

Penulis by : Bang izal.
Yunita
Yunita Saya seorang ibu rumah tangga yang gemar menulis.

2 comments for "Aku Hampir GILA! (Sebuah Cerpen)"

  1. jarang2 nih mas Izal nulis cerpen hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya saya memang hobi menulis cerpen om :)

      Hanya saja, karena niche cerpen kurang komersil, akhirnya saya memilih fokus pada niche bisnis hehehehe :D

      Delete