Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anda Ingin Meraih Sukses? Cobalah Pergi Merantau!

Orang yang mengenakan kaos putih di sebelah kiri (lihat foto bawah), adalah diri saya pada tahun 2001. Seorang anak muda berusia 20 tahunan yang masih labil dan sedikit alay hehe 😂.

Pada masa itu saya sering mabuk-mabukan, menjadi anggota geng, dan banyak membuang-buang waktu secara percuma (pengangguran).

ANDA INGIN MERAIH SUKSES COBALAH PERGI MERANTAU!

Hampir setiap malam saya selalu nongkrong bareng teman-teman di lapo kawasan lampu merah Cijantung. Sering juga nongkrong di warung tenda pecel lele yang berlokasi didepan yayasan sekolah PB. Jenderal Soedirman.

Ngapain aja saya nongkrong disitu?

Ya ngapain lagi kalau bukan main gitar sambil nyanyi dengan suara rada fals, sembari nenggak 'minuman kesehatan' anggur orang tua. Hhhhh 😁

Masa labil ini dimulai sejak tahun 1998. Sebenarnya semua perilaku saya pada saat itu semata hanya untuk melepaskan tekanan batin. Saya dalam keadaan stres!

Saya (yang notabene masih remaja) telah menjadi tumpuan tulang punggung keluarga ketika itu. Saya seperti terjebak ditengah tekanan ekonomi yang berat. Semua itu akibat krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Dan sebagai anak tertua, saya dituntut untuk bekerja keras agar dapat membantu meringankan beban orang tua/keluarga.

Nah masalahnya,,,,beban hidup ketika itu terlalu berat bagi saya yang masih sangat muda. Saya seolah 'dipaksa' untuk dewasa sebelum waktunya. Semua keadaan itulah yang membuat saya sangat tertekan. Sehingga mencoba mencari ketenangan (sebenarnya pelarian) dengan cara meminum minuman keras.

Pasca kerusuhan Mei 1998 perekonomian Indonesia jatuh. Harga barang dan semua kebutuhan pokok melonjak hingga 5 kali lipat. Kondisinya benar-benar parah pada saat itu. Membuat saya sempat menjadi 'pemberontak' dan kehilangan kontrol diri.

Namun saya bersyukur karena masa kelam itu tidak terus berlarut-larut.

Ya! Semua periode labil itu akhirnya benar-benar saya tinggalkan (secara totalitas) pada pertengahan tahun 2002. Sejak saat itulah saya mulai pergi merantau ke daerah Pandeglang Banten, Jawa Barat. Bisnis pertama saya adalah menjual piringan VCD (Video Compact Disc). Kisah lengkapnya telah pernah saya tulis diartikel ini : CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 2 (Jualan kaset VCD di Pandeglang)

Pada tahun 2004 saya kembali ke Jakarta. Namun saya tidak tinggal dirumah orang tua. Pada masa ini saya mulai menjalani kehidupan berpindah-pindah, karena ketika itu saya ikut dengan sekelompok pedagang di pasar malam. 

Pasar malam di era itu berbeda dengan model pasar malam zaman sekarang. Jika pasar malam yang dikenal sekarang hanya terdiri dari deretan pedagang dipinggir jalan (tanpa ada wahana/hiburan). Sedangkan pasar malam di era tahun 2000an itu jauh lebih semarak. Karena penuh dengan berbagai wahana hiburan, antara lain : carousel, permainan mandi bola, ombak, dan berbagai wahana hiburan lainnya.

Pengelola pasar malam biasanya menyewa sebidang tanah di sebuah lapangan kosong. Dilokasi itulah tempat berlangsung acara pasar malam tersebut. Biasanya satu kali acara berlangsung selama 2 minggu. Ketika momen tertentu (bulan puasa dan Idul Fitri), maka acaranya berlangsung lebih lama, yaitu selama 1 bulan.

Acara pasar malam ini paling sering diadakan dipinggiran kota Jakarta. Selain di Jakarta, sering juga diadakan didaerah Pelabuhan Ratu, Cirebon, Banten, Lampung, dan sebagainya.

Pada tahun 2005 saya mulai meninggalkan acara pasar malam. Penyebabnya adalah karena persaingan tidak sehat mulai terjadi diantara para pedagang. 

Mereka mulai saling menjatuhkan harga (harga dijual terlalu murah, sehingga mengakibatkan harga pasaran menjadi jatuh/hancur). Kisahnya sudah pernah saya tulis secara terperinci diartikel lain berjudul : CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 5 (Persaingan tidak sehat di pasar malam)

Nah, karena harga pasaran sudah jatuh sehingga berdagang dipasar itu sudah seperti orang kerja paksa di zaman penjajahan Belanda. Artinya : kami telah bekerja keras selama perdagangan, sedangkan hasil keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional selama dipasar malam itu. Tidak ada laba bersih yang dapat disisihkan, karena margin yang diperoleh sangat kecil sekali. Saya pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan acara pasar malam ini.

Pada pertengahan tahun 2005 saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung (sebagai tim/anggota) pada usaha Sate Padang milik paman saya. 

Usaha kuliner khas Sumatera barat ini berlokasi di Pasar Minggu Jakarta Selatan. Di sana saya juga belajar cara meracik bumbu sate Padang. Jadi tujuan utama saya adalah untuk belajar cara memasak sate padang dan menyerap ilmu rahasia dalam meracik bumbunya. Racikan bumbu sate padang ini biasanya tidak akan bisa didapatkan oleh orang lain (bersifat rahasia), namun karena saya adalah keponakannya sehingga paman saya bersedia mengajarkannya.

Namun berdagang (sambil belajar racikan) sate Padang ini hanya berlangsung selama 6 bulan. Karena setelah saya menjalaninya, barulah saya tahu ternyata untuk membuka usaha sate Padang itu sangat membutuhkan suatu tim kerja.

Jadi bila kita ingin mendirikan bisnis Sate Padang, akan cukup kesulitan jika dilakukan sendirian. Karena proses kerjanya termasuk berat dan lama. Proses apa saja yang membuat pekerjaan ini menjadi berat dan lama?

Bayangkan :

Pekerjaan dimulai pada pukul 04.00 pagi. Yaitu pergi berbelanja daging, bawang, cabe, dan bahan bumbu masak lainnya ke pasar. Setelah itu, pekerjaan selanjutnya adalah meracik bumbu dan memasak dagingnya.

Setelah daging matang kemudian dipotong menjadi kecil-kecil. Selanjutnya, daging yang telah dipotong kecil itu ditusukan satu per satu pada lidi. Daging yang sudah ditusukkan pada lidi itulah yang kemudian menjadi sate. Jumlah tusuk sate ini bisa mencapai ratusan. Pada bisnis sate Padang yang besar (punya banyak cabang) dalam sehari bisa membuat hingga ribuan tusuk sate. Bayangkan, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya.

Dan masih banyak lagi bagian lain yang harus dikerjakan. Seperti membuat ketupat (pada masa itu masih jarang orang menjual ketupat yang sudah jadi, sehingga harus kita buat sendiri), menyerut dan memotong lidi, dan berbagai pekerjaan lainnya.

Setelah selesai semua pekerjaan diatas, tugas selanjutnya adalah pergi menjualkan sate Padang itu ke pasar. Berangkat Pukul 16.00 sore dan biasanya pulang kembali ke rumah pada pukul 00.00 tengah malam. Pada pukul 01.00 dini hari tidur untuk istirahat sejenak. Kemudian bangun lagi pada pukul 04.00 pagi. Selanjutnya kembali pergi ke pasar (untuk berbelanja rempah-rempah, daging, bawang, dan bahan-bahan lain).

Seperti itulah prosesnya terus berputar setiap hari! Waktu untuk istirahat hanya sekitar 3-4 jam. Coba anda pikir : Bisakah kita melakukan semua itu sendirian? Mustahil! 😂

Oleh karena itu, bisnis sate Padang ini hanya akan bisa dilakukan jika ada sebuah tim kerja. Minimal ada 3 orang pekerja (satu owner, 2 orang asisten) ketika diawal merintis usaha kuliner ini. Kisah bekerja dan belajar meracik bumbu sate Padang ini juga sudah pernah saya tulis lengkap diartikel tersendiri. Berikut artikelnya : CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 6 (Belajar dagang sate padang)

Jadi akhirnya pada saat itu saya urungkan niat untuk membuka bisnis sate Padang ini, sebab rasanya cukup sulit bagi saya untuk mencari tim kerja. Biasanya orang minang membuka bisnis sate padang ketika mereka telah menikah, jadi setidaknya ada istrinya yang akan membantunya sebagai asisten. Lah, sedangkan saya pada saat itu masih bujangan ting-ting, siapa coba yang bakal membantu pekerjaan saya? xixixixi 😅

Pada tahun 2006 saya kembali pergi melanglang buana ke berbagai daerah. Saat itu saya berbisnis menjual buku, yaitu sejenis buku bergambar yang berfungsi untuk berlatih memberi warna. 

Ketika itu saya sering bergabung dengan rombongan sekelompok pedagang. Para pedagang ini menjajakan produk mereka diacara manasik haji anak-anak TK. Rata-rata produk yang dijual berupa mainan anak-anak, boneka, buku dan berbagai perlengkapan untuk anak TK lainnya.

Latihan manasik haji untuk anak-anak TK ini sangat banyak sekali jumlah pesertanya. Bisa berjumlah ribuan anak di setiap acara manasik haji tersebut. Sehingga acara manasik haji ini menjadi magnet tersendiri bagi para pedagang untuk menjajakan dagangannya (termasuk saya). Buku mewarnai saya sangat laris terjual diacara latihan manasik haji anak TK ini. Bahkan stok buku  bergambar yang saya bawa seringkali habis terjual. Pokoknya selama tahun 2006 itu saya menikmati 'gurihnya' berdagang diacara manasik haji anak TK tersebut.

Namun, pada tahun 2007 mulai kembali memasuki masa-masa sulit.

Apa sebab?

Karena peristiwa yang pernah saya alami ketika dipasar malam dulu, kini terulang kembali.

Yeah! Harga pasaran buku mewarnai kembali jatuh! Persaingan tidak sehat kembali terjadi, pemicunya adalah karena para pedagang saling melakukan perang harga. Akhirnya sudah tidak ada lagi prospek buku mewarnai ini, karena margin yang diperoleh menjadi sangat tipis.

Nah pada akhir 2007 adalah tahun saat saya memutuskan untuk merantau lebih jauh. Yakni ke Pekanbaru (Riau). Kemudian pada tahun 2008, saya melanjutkan pengembaraan ke tanah leluhur saya, yakni kota Padang. 

Di sana saya bekerja sebagai mekanik di bengkel ban milik suaminya bibi saya hingga tahun 2009. Silakan baca kisah lengkapnya di artikel ini : BERKELANA KE KOTA PADANG (My Story)

Setelah mendapatkan keahlian di bidang mekanik ban kendaraan, pada tahun 2010 saya pun pulang kembali ke Jakarta. Saat itu saya telah bertekat bulat untuk membuka usaha bengkel ban di Jakarta.

Namun saya mengalami kesulitan untuk mencari toko/ruko dengan lahan parkir yang luas di Jakarta. Sementara usaha bengkel ban tentunya membutuhkan tempat parkir yang luas (untuk mobil/truk). Jika tidak ada lahan parkir yang memadai, tentu saja menjadi sulit mendirikan usaha bengkel ban ini (pengunjung menjadi kesulitan memarkir kendaraannya).

Akhirnya saya putuskan untuk mencoba merintis bisnis mainan saja (lagipula basic dasar saya 'kan memang seorang pedagang). 

Dan ternyata di bisnis toko mainan inilah langkah awal dari kesuksesan saya. Perkembangan bisnis mainan saya terus berkembang pesat seiring waktu. Bahkan pada tahun 2014 saya bisa membuka cabang toko mainan. Sungguh pintu rezeki dari Allah Yang Maha Kuasa tercurah bagaikan air mengalir sampai sekarang. Alhamdulillah. 😊

Nah, faktor apakah yang mampu mengubah pola pikir seseorang? Jawabanya adalah : MERANTAU!

Apa sebab?

Karena ketika kita pergi merantau maka pola pikir, wawasan dan cara berpikir kita akan terus berkembang. Keahlian dan pengalaman kita juga akan terus terasah. Merantau juga melatih kita untuk bisa lebih survive dalam kehidupan. Oleh karena itu, orang yang sudah terbiasa pergi merantau biasanya lebih mampu beradaptasi dan memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Seandainya saya dahulu tidak pergi merantau, mungkin saya akan tetap menjadi 'remaja tua' yang alay dan labil sampai sekarang (kok malah jadi geli ngebayanginnya hehe 😂.

Dan seandainya saya tidak pernah merasakan pahit getirnya kehidupan diperantauan, mungkin cara berpikir, berencana, menyusun strategi, cara bertindak, dan cara saya mengambil keputusan tidak akan mungkin seperti sekarang ini. Pengalaman hidup adalah guru dan pendidik yang terbaik!

So, Anda ingin meraih sukses?? Cobalah pergi merantau! 😉

Semoga kisah ini dapat bermanfaat dan sukses selalu untuk anda semuanya.

Jika Anda menyukai artikel ini, maka bagikanlah. Semoga dari share yang anda lakukan itu, membuat artikel ini dapat bermanfaat pula bagi rekan-rekan Anda yang lainnya.

Salam.

Penulis oleh : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

Post a Comment for "Anda Ingin Meraih Sukses? Cobalah Pergi Merantau! "