Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dilema Startup : Di Anggap Pengangguran, Di Cemooh dan Tak Dianggap

Hallo teman-teman semua, jumpa lagi kita. ☺

Semoga Anda semua tidak pernah bosan ketemu sama saya ya.☺

Kali ini saya ingin membahas suatu 'penyakit' atau dilema yang sering menghinggapi para start up (pebisnis pemula).

Yaitu sifat terlalu cepat puas dan terlalu cepat berubah orientasi bisnisnya. Yang pada awalnya sangat bersemangat membangun usaha, eh,,,setelah usahanya mulai berkembang pesat dan merangkak naik, orientasinya malah berubah jadi sibuk membangun image diri (baca : gengsi).

Usaha yang baru saja mulai merangkak naik dan mulai menghasilkan profit, hasilnya malah banyak dialihkan untuk berbelanja barang-barang yang sebenarnya belum terlalu perlu. Laba bersih (nett profit) usaha yang seharusnya terus diputar untuk memperbanyak stok barang, untuk menambah aset atau bahkan untuk modal membuka cabang lagi ditempat lain.

Eh malah di amputasi ditengah jalan hanya demi bela-belain membeli yamaha matic nmax terbaru, beli mobil avanza terbaru, beli xenia baru atau beli kijang inova terbaru. Usaha yang baru saja bergairah naik tiba-tiba saja mendadak jadi lesu darah, macet ditengah jalan dan tidak mampu berkembang lagi.

Nah, Siapakah Penyebab dan Tersangka Utamanya,,,?

Penyebab dan tersangka utamanya ada 3, dan semuanya saling terkait, yaitu :
  1. Tidak sabar menjalani proses dan terlalu cepat merasa puas.
  2. Terlalu cepat ingin dianggap sukses.
  3. Berubah jadi konsumtif demi prestise (lagi-lagi penyebabnya karena ingin dianggap telah sukses).
Sekarang kita coba bahas satu persatu 'penyakit' yang sering melanda pengusaha/pebisnis start up (pemula) ini, mulai dari :

# 1. Tidak sabar menjalani proses dan terlalu cepat merasa puas.

Usaha yang baru berjalan 2 atau 3 tahun itu sebenarnya baru pada tahap dan masa mencari pondasi yang kokoh atau 'sedang mencari jati dirinya' (masa transisi). Tahap ini termasuk masa yang rawan. Kalau kita salah langkah dan salah ambil keputusan sedikit saja, bisa-bisa usaha yang baru mulai merangkak naik itu kembali ambruk dan jatuh.

Pada masa ini kita harus kuat dengan berbagai macam godaan, baik godaan internal dan maupun godaan ekternal. Godaan internal itu antara lain rasa malas, bosan, jenuh, tidak sabar menjalani proses, terlalu cepat puas dan lain sebagainya. 
Sedangkan godaan eksternal itu contohnya seperti komentar berikut ini :
"Waah percuma aja dong si anu itu punya titel S1, punya titel S2 tapi usahanya kok kayak gitu?, belanja barang terjun sendiri, ngangkat-ngangkat barang dagangan sendiri, panas-panasan lagi udah kayak kuli pekerja kasar. Titel S2 itu cocoknya kerja kantoran, lebih bergengsi!-----> Ini contoh cobaan mental pengusaha start up bidang usaha offline ☺

Atau yang begini : 
"Eh si anu itu kasian yah nganggur aja dirumah, padahal punya tittle sarjana, sayang banget!".
Atau kena cobaan lain pas lagi momen lebaran, saat berkunjung kerumah kolega/kerabat pacar atau istri lantas ada yang bertanya :

"Sekarang kerja dimana dek,,,?
Saya masih kerja di rumah aja om, pak de, bu de,,,
"Owh,,,, sabar ya dek, mudah2an nanti bisa cepat mendapatkan pekerjaan"
HHHHHHHhhhhhhhhhhhhhhhhhh,,,,,,,,,,,!------> Ini contoh cobaan mental pengusaha start up bidang usaha online ☺

Yap!
Penderitaan seperti inilah yang banyak di alami oleh pebisnis online pemula atau bisa juga blogger yang baru merintis, kebanyakan dianggap pengangguran!

Kasihan juga yah teman-teman,,,,hehehe ☺☺☺☺☺☺

Bahkan,,,, mungkin walau pebisnis online atau blogger itu sudah sukses, tetep saja di anggep pengangguran, karena kerjanya cuma dirumah sajaaaaaaaaa wkwkwkwkwkwk ☺☺☺☺☺
Nah,,,, apakah kita bisa tahan mental menghadapai kedua godaan itu? Apakah kita sanggup untuk tetap konsisten dan sabar menjalani prosesnya? 

Hanya waktulah yang akan mampu mengujinya hehehe.
Godaan terbesar lain bagi start up atau pebisnis pemula adalah perasaan terlalu cepat puas (atau karena malas kah?).

Sebenarnya bagi kaum muda, sifat terlalu cepat puas ini adalah sangat tidak bagus. Karena disaat muda itulah kesempatan kita untuk bisa terus belajar dan berusaha. Dan jangan lupa, dalam tiap proses berusaha itu pasti juga terkandung nilai pembelajaran.

Ya, tentu saja kalau kita ingin mengembangkan usaha baru/ekspansi usaha ke bidang lain, itu pastinya perlu ilmu yang baru, perlu tantangan yang baru. Nah disanalah letak pembelajarannya. Maukah kita menggali, mempelajari dan mencari ilmunya?.

Terkadang (sebenarnya) sifat terlalu cepat puas ini tanpa kita sadari karena di latari oleh rasa malas. Karena untuk menguasai bidang lain itu butuh untuk belajar lagi, butuh untuk lebih mengeksplorasi kemampuan diri lagi agar bisa menguasai bidang/sektor usaha lain itu.
Dan ini tidaklah mudah! Karena sayapun pernah merasakannya.
Nah sifat buruk inilah yang harus berusaha kita lawan!
Kenapa harus kita lawan?
Ya karena kesempatan pengembangan diri yang terbuka lebar itu hanya pada saat masa-masa produktif!

Masa ini kira-kira di kisaran umur 20-35 tahun.
Kalau diatas umur 45 atau 50 tahun itu sudah masuk kategori kalangan tua dan sudah tidak produktif lagi. Kalau kita mulai start up bisnis di usia seperti ini, jelas sudah sulit!
Karena di umur segitu sudah banyak urusan tetek bengek ini itu dan segala macam permasalahannya.

Jadi, selagi kita masih muda, tidak ada salahnya untuk kita terus dan terus mengembangkan diri, mengembangkan skill dan bidang usaha, kalau tidak sekarang lantas mau kapan lagi?
Nunggu tua dulu? ☺
Contoh sederhana saja, seperti yang pernah saya ulas di artikel INVASI TOKO ONLINE, TOKO OFFLINE HARUSKAH MATI (SURI)?

Berapa banyak dari sebagian kita?, yaitu pengusaha toko offline yang tidak atau belum mau mengembangkan usaha dan menambah skill dan pengetahuannya di bidang online?
Dari dulu jualan offline, sampai sekarang ituuuu saja yang dijalani, tidak pernah mau mencoba, mengeksplorasi kemampuan di bidang lain.

Ingat!
Dunia usaha itu tidak pernah statis, akan senantiasa dinamis mengikuti perkembangan zaman. Kalau kita malas bergerak dan bergerak, sudah dipastikan akan tenggelam dan ketinggalan jauh.
Ketinggalan zaman!

# 2. Terlalu ingin cepat dianggap sukses.

Terkadang gangguan, godaan dan dilema start up atau pebisnis pemula adalah terlalu memikirkan pandangan orang lain terhadap diri kita, padahal orang lain juga sebenarnya tidak pernah mikirin kita. Suer deh! wkwkwkwkwkwk ☺☺☺
Ya itulah.
'Penyakit' sebagian pengusaha start up yaitu terlalu terburu-buru ingin menunjukan eksistensi dirinya. Terburu-buru ingin menunjukan (secara tidak langsung)

''Hei teman-teman, saya sudah sukses loh,,,!
"Hai kawan-kawan semua,,, ini lho usaha saya sekarang, 1 tahun jalan sudah bisa beli motor yamaha nmax, 2 tahun jalan sudah bisa beli avanza terbaru, 3 tahun jalan sudah bisa beli kijang inova terbaru!

Padahal tanpa kita sadari, uang hasil bersih usaha (nett profit) yang telah kita paksakan konversi ke motor baru, mobil baru dan segalanya yang baru-baru itu, seketika itu juga langsung berubah menjadi aset mati, tidak bergerak dan pasti akan menjadi usang.

Artinya?

Sudahlah tidak bisa menghasilkan (tidak bisa diputarkan lagi) nilainya jatuh pula!
Berapakah harga Avanza terbaru? 
Kita anggaplah harga Grand new avanza terbaru sekitar 215.000.000an.
Nah kira-kira berapakah pasaran harganya setelah kita pakai 3 tahun atau 5 tahun kemudian?
Sudah pasti turun! Dan tidak menghasilkan apa2!

Paling kita hanya merasa prestise kita telah naik, gengsi telah dianggap naik karena sudah sukses. Padahal orang lain mah gak pernah perduli!
Kenapa orang-orang tidak pernah perduli?
Karena masih banyak orang lain yang sanggup beli Fortuner, dan tidak pernah pamer! hehehehe. ☺
Itulah terkadang salah satu 'penyakit' dari pengusaha start up, terlalu disibukkan dengan bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Orientasinya telah berubah bukan pada kemajuan usahanya lagi, tapi terhadap bayang-bayang siapakah dirinya!

Nah, kalau seseorang start up mampu melawan 'penyakit' ini, dipuji orang tidak menjadi sombong, dicemooh dan diremehkan orang tidak menjadikannya minder.
Mampu bersikap cerdas dengan terus memutarkan cashflow dan nett profit usahanya. Uang hasil usaha 215.000.000 diatas terus dibelanjakan untuk menambah modal barang, diputar dan peras lagi menjadi nett profit bersih, dibelanjakan lagi, diputar lagi,,,,begitu seterusnya.

Pengusaha start up yang cerdas model begini punya modal awal 50 juta, dalam jangka waktu 5 tahun kemudian sangat berpotensi dia kembangkan dan terus 'beranak-pinak' menjadi 300, bahkan 500 juta!

Terkecuali, lain halnya kalau kita beli mobil tujuannya untuk mendukung operasional toko kita, misal beli mobil box atau pick up untuk keperluan operasional berbelanja barang, itu tidak jadi masalah!.

Tapi menurut saya, di tahun pertama atau kedua merintis sebaiknya 'aset mati' seperti ini kalau bisa di usahakanlah supaya diminimalisir sekecil mungkin. Maksudnya begini, kalau kita punya motor dan bisa digunakan untuk berbelanja, tidak ada salahnya kita gunakan motor itu dulu, seperti foto di bawah ini .
DILEMA START UP, DI ANGGAP PENGANGGURAN, DI CEMOOH DAN TAK DIANGGAP
Atau, kalau kita tidak punya keahlian untuk membawa motor dengan barang sebanyak itu (memang wajib punya keahlian dan pengalaman khusus dalam berkendara hehehe ☺) sebenarnya bisa di akali dengan melobi toko distributor atau pusat grosir langganan kita.

Maksudnya begini, di pusat grosir itu kalau kita sudah berlangganan berbelanja, tiap belanja minimal 20 juta, akan diantar gratis pakai mobil engkel colt diesel miliknya. Itu sebagai service terhadap para pelanggannya.

Contohnya seperti foto dibawah ini :
DILEMA START UP, DI ANGGAP PENGANGGURAN, DI CEMOOH DAN TAK DIANGGAP
DILEMA START UP, DI ANGGAP PENGANGGURAN, DI CEMOOH DAN TAK DIANGGAP

Nah, lihat foto diatas.

Muatan full satu truk engkel colt diesel ini mampu memuat total jumlah belanja mainan hingga 60 juta rupiah. Nah kalau kita belum mampu belanja sebanyak itu, cara mengakalinya yaitu kita janjian gabung belanja bareng dengan teman kita yang sesama pengusaha mainan agar belanja ditoko grosiran pemilik truk engkel yg dimaksud.

Sehingga total belanja semuanya bisa minimal mencapai 20 juta rupiah, jadinya dapat servis diantar gratis. Kita tinggal kasih uang tips saja yang sepantasnya kepada supirnya,,,,nah enak kan?

Ini salah satu trik berbelanja agar bisa dapat kiriman truk gratis yang saya bocorkan disini, semoga bisa bermanfaat buat teman-teman sesama pengusaha mainan semuanya ☺.

Dengan cara begini, uang yang tadinya bakal beli mobil box untuk keperluan operasional berbelanja bisa kita pangkas, dan dialihkan untuk semakin memperbanyak stok barang agar bisa terus diputarkan, supaya usaha start up kita semakin berkembang pesat. 
Nah,,,,lihat dan fikirkanlah teman-teman,,,,,Masuk dan pas banget kan caranya,,,? hehehe ☺

# 3. Berubah jadi konsumtif demi prestise (lagi2 penyebabnya karena ingin dianggap telah sukses).


Seperti yang telah saya jelaskan panjang lebar diatas, salah satu penyakit utama dari pengusaha start up (pemula) adalah terlalu sibuk dengan bayang-bayang dirinya. Usaha baru saja bergairah naik, eh malah sibuk beli ini itu yang sebetulnya sama sekali tidak bermanfaat untuk kemajuan usahanya.

Padahal kalau kita mau sabar dan cerdas, dengan kita memutarkan terus cashflow dan nett profit itu hingga suatu saat menjadi besar dan sukses. Semua prestise, gengsi, nama baik (kesuksesan), kekaguman orang dan lain sebaginya itu akan datang dengan sendirinya!.
Datang secara alami! Kita hanya dituntut untuk sabar dan bersikap cerdas!

Teman-teman semua,,,,
Ini sekaligus sebagai reminder untuk diri saya sendiri, bahwa : Semua pujian ataupun semua cemoohan orang itu hanyalah sampai di ujung bibir saja!

Kita tidak akan pernah mati karena terhina di cemooh orang, ataupun jadi mulia setinggi langit karena di puji-puji orang. Jadilah diri sendiri, pribadi yang tidak sombong dan juga tidak minder!
Selalu percaya, yakin dan optimis bahwa kita mampu untuk sukses! Insya Allah.
Baiklah teman-teman semuanya, sampai disini dulu sharing dan diskusi kita tentang dilema start up, dianggap pengangguran, di cemooh dan tak dianggap.

Saya mohon maaf yang sebesarnya kalau ada isi tulisan saya yang kurang berkenan di hati. Semua demi kebaikan dan juga sebagai reminder atau pengingat kepada diri saya sendiri.
Semoga dapat bermanfaat, insya Allah akan disambung pada artikel berikutnya dengan tema dan topik lain yang tidak kalah lebih hangat.
Salam.
Penulis by : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

10 comments for "Dilema Startup : Di Anggap Pengangguran, Di Cemooh dan Tak Dianggap"

  1. setelah baca beberapa artikel, kok jd pengen ikutan bisnis mainan yah ... hehehehee...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisnis mainan memang guriiih om 😁😊😊

      Delete
    2. Bisnis mainan memang guriiih om 😁😊😊

      Delete
  2. Bang izal,curhat donggg.....Bikin rak atau beli mainan....klo bikin rak nanti gx ada mainan dan klo beli mainan,nanti gx ada rak buat majang mainan...bingung bang izal...modal nekatπŸ˜†

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduuuuh,,, repot juga kasusnya nih :D

      Bikin raknya di angsur-angsur aja dulu om,,,, sisanya bisa di akali dengan cara mainannya digantung dilangit2 toko. Tau kan caranya? Jadi ambil tali rafia, trus dipecah/dibelah jadi tali rafia kecil2.

      Nah, mainannya di iketin ditali rafia itu, trus digantung deh. Langit2 tokonya dipasang cantelan dulu buat gantungannya, di toko material banyak yg jual cantelan itu.

      Dengan cara begini, om bisa menghemat biaya bikin rak untuk sementara waktu :)

      Delete
    2. Sama2 om reza,,, semoga dapat bermanfaat ya :)

      Delete
  3. Ok bang,,trimakasih atas saranya :)
    Jadi yg lebih di utamakan belanja mainan ya bang izal,,,dan untuk raknya di cicil aja..

    ReplyDelete
  4. Panjang juga ya artikelnya, gak terasa udah sampe ujung bacanya, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga isinya dapat bermanfaat ya om firman :)

      Delete