Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Riba? ih ngeRIBAnget dech!

RIBA? ih ngeRIBAnget dech!

Yup!!
Sebisa mungkin jauhilah riba!
Apa sebab?

Karena praktek riba penuh dengan kezaliman dan ketidak adilan, oleh sebab itulah dilarang dalam agama islam.


Ayat alquran yang secara tegas melarang riba salah satu diantaranya surah Ali imran ayat 130.

Yang artinya : " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

Telah saya sebutkan diatas bahwa penyebab riba dilarang dalam islam karena mengandung banyak kezaliman dan ketidak adilan didalamnya.

Sistem riba disebut zalim karena menerapkan cara yang tidak sehat, sebab hasil keuntungan yang didapatkan yaitu dengan memanfaatkan kelemahan orang lain.

Si pemilik modal (riba) mendapatkan hasil keuntungan bukanlah dari kerja keras dan jerih payahnya, tapi dengan cara mengeksploitasi orang lain yang pada dasarnya sudah dalam keadaan lemah ekonominya.

Riba berbeda dengan sistem bagi hasil.
Jika pada sistem bagi hasil (kerja sama), keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama-sama.

Maka pada praktek riba tidaklah demikian.
Pada sistem riba, perjanjian telah ditetapkan diawal akad pinjaman bahwa si peminjam dikenakan bunga sekian persen.

Soal nanti usaha yang dijalani si peminjam sedang untung atau merugi, pemilik modal tidak mau tahu. Pokoknya harus membayar bunga sesuai perjanjian!
Kalau tidak sanggup membayar atau melunasi, maka aset yang dijadikan jaminan akan disita!
Disitulah letak ketidak adilannya sistem riba.

Malah ada pelaku riba yang lebih parah dan lebih kejam, yaitu rentenir.
Lintah darat ini sengaja mencari orang-orang yang tidak mampu dengan berulang kali menawarkan pinjaman. Dengan iming-iming 'mudah cair' supaya mereka terjerat.

Rentenir biasanya menetapkan bunga yang sangat tinggi.
Mirisnya, korban pada umumnya adalah orang-orang awam dan tidak terlalu mengerti tentang hitung-hitungan bunga.

Karena kondisi ekonominya sedang terjepit, membuat si korban menjadi hilang pertimbangan akal sehatnya. Yang ada didalam fikirannya "yang penting bisa mendapat pinjaman".
Sehingga walau bunganya selangit, tetap dipinjam juga. Akhirnya masuklah si korban kedalam jeratan si rentenir itu.

Nah, karena si korban pada dasarnya sudah kepepet dan lemah secara ekonomi, maka mustahil baginya dapat melunasi hutangnya. Jadilah bunganya makin berlipat-lipat.

Banyak kejadian karena sekian lama tidak mampu membayar hutangnya, sampai-sampai malah jadi lebih besar jumlah bunga dari pada pokok hutangnya!

Akhirnya tergadailah rumah satu-satunya, atau sepetak sawah yang dimilikinya, dan satu-satunya harta lain yang tertinggal. Begitulah kejamnya riba!

Oleh karena itu teman-teman,,,, berusahalah sekuat mungkin untuk menhindari riba. Biarlah kita menjalani usaha kecil-kecilan, merintis sedikit demi sedikit dari uang recehan, tapi benar-benar murni harta milik kita sendiri.

Hidup kita tenang, usaha berkah dan yang pasti terhindar dari dosa riba!

Teman-teman, mohon izinkan saya sedikit bercerita tentang kisah nyata perjuangan keluarga saya dalam merintis usaha tanpa riba.

Kalau keluarga kami dahulu, maksudnya saya sendiri, Ayah/Ibu dan adik-adik tidak pernah 'main' riba (rentenir/bank) justru malah karena faktor 'keterpaksaan'.

Foto ibu saya dagang kaki lima (tahun 2003)

riba, ih ngeri banget deh
Toko ibu saya di condet (tahun 2016)

Ya! 

Terpaksa tidak bisa ngutang karena memang tidak ada yg bisa dijadikan jaminan atau digadaikan. Warisan tidak ada, aset tidak punya.

Dulu mah boro-boro bisa main bank, lha wong untuk makan aja susah xixixixi
Dulu 'harta berharga' yang kami miliki hanyalah keyakinan, semangat (kerja keras) dan harga diri (kesadaran/tahu diri), 

Nah, kalau sampai harta berharga dan paling fundamental itu harus kami gadaikan juga, lantas apakah lagi yang akan tersisa pada diri kami sekeluarga?, kalau sudah begitu sama saja dengan 'hidup tapi sebenarnya telah mati'.

Ya! Semangat dan tahu diri itulah harta dan modal utama kami sekeluarga! 

Dari faktor keyakinan itulah sumber kekuatan kenapa ibu saya mampu menjalani proses yang sangat berat. Pada tahun 1999 beliau mulai merintis usaha berjualan buah kecapi (ada yang masih tahu buah kecapi?) di emperan SD gang makmur ciracas dengan modal awal hanya 25.000 rupiah. 
Pada awal tahun 2000 beliau pindah berjualan ke emperan telepon umum SD Islam PB. Jend. Soedirman cijantung. Ibu ganti jenis dagangan ke aksesories, dengan modal awal 50.000 rupiah.

Setiap hari hasil bersih dari dagangannya itu selalu konsisten di tabung. 
Pada tahun 2007 ibu nekat membuka toko mainan, dengan sumber modal berasal dari tabungannya yang berjumlah sangat pas-pasan itu.
Benar-benar modal nekad!

Kini setelah 16 tahun kemudian, kalau ada teman-teman semua yang berdomisili didaerah condet, pasti akan bisa melihat hasil kristalisasi keringat Ibu saya. 
Yaitu dua buah toko di gabung menjadi satu dengan nama Toko mainan Uni Toys (lihat foto atas), yang koleksi mainannya sangat lengkap. Berlokasi di jalan batu ampar dua, daerah condet, jakarta timur.

Ibu saya juga seorang Founder, pembimbing dan pendidik semua anak-anaknya.
Sehingga semua (6 orang) anak-anaknya kini telah mempunyai usaha/toko masing-masing.
Semua usaha anaknya juga dimulai dari NOL, membangun usaha memakai prinsip dan keyakinan yang sama dengan ibu saya.
Jadi kesimpulannya, apakah untuk mencapai sesuatu harus dengan modal besar?
Harus selalu berhutang?

Oh tentu tidak, karna sesungguhnya kita punya modal dan harta yang sangat mahal, hanya saja terkadang kita kurang maksimal memakai dan memanfaatkannya, yaitu modal dua kaki, dua tangan, akal fikiran, keyakinan dan kesadaran hati.

Itulah sedikit kisah tentang keluarga saya, semoga dapat bermanfaat.

Penulis by : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

8 comments for "Riba? ih ngeRIBAnget dech!"

  1. Bang nitip link ke tokopedia ane boleh gak? Ane jualan buku saptuari sugiharto yang bahas kisah-kisah tentang riba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Promosiin ke fanpage Facebook saya aja om,,, nama halamannya 'Bang Izal Toys - Wirausaha Mainan.

      Follower fans page saya lumayan banyak, cukup efektif untuk sarana promosi.

      Delete
    2. Waduh, terima kasih banyak nih. Semoga bisa kerjasama kita selain online. Hahaha...
      Oh iya mau tanya dong, sebagai pedagang mainan pandangan bang izal sendiri soal asuransi gimana? Pernah punya asuransi syariah atau yang konvensional untuk stok barang atau kiosnya?

      Delete
    3. Tentang asuransi ini yg saya tahu para ulama berbeda pendapat. Ada yg membolehkan, ada yg melarangnya karena mengandung sisi spekulasi.

      Dan saya lebih memilih untuk menghindarinya.

      Dulu saya pernah punya asuransi jiwa Pr*d*****l, tapi akhirnya saya putuskan untuk berhenti setelah 5 tahun berjalan.

      Dari total dana yg telah terbayarkan sebanyak kurang lebih 21 juta, hanya dapat saya terima sekitar 4,5 juta. Sisanya hilang karena terkena potongan polis dan lain sebagainya.

      Delete
    4. Asuransi untuk toko maksud ane bang. Supaya bisa jaga-jaga kalau terjadi musibah kebakaran. Yang dikonversi bangunan sama asetnya

      Delete
    5. Insya Allah aman da kandra,,, 'kan tiap habis tutup toko, sekering listriknya saya turunin.

      Jadi aman dari konsleting yg sering menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran. 😊

      Delete
  2. Saya sangat salut, usaha tanpa riba pastinya membuat hati dan pikiran jauh lebih tenang. Tidak dikejar-kejar bayar hutang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah om, semua karena di mudahkan Allah. 😊

      Delete