Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Memahami Takdir, Sehingga Kita Mampu Bersyukur dan Tidak Bersedih Hati

Assalamualaikum.

Artikel kali ini membahas tentang cara memahami ketetapan Allah, yaitu takdir baik ataupun takdir buruk.
Saat artikel ini ditulis, tidak terasa telah memasuki puasa hari ketujuh Ramadhan tahun 1438 Hijriah. Semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Ammiin.

Banyak orang salah memahami takdir, sehingga sering kita dengar kalimat yang sangat kontras seperti ini :

"Si Kevin itu beruntung banget ya,,, orang tuanya kaya raya, ketika dia ingin apapun selalu tersedia dengan mudah, kayaknya hidupnya selalu happy banget tanpa beban".

"Si Andi itu kasihan banget ya, hidupnya kurang beruntung. Sudahlah hidupnya miskin, ayahnya pun telah meninggal sejak dia kecil. Ibunya juga telah tua dan sakit-sakitan, sedangkan adik-adiknya banyak. Sepanjang hidup sepertinya dia hanya sibuk mengurus ibu dan adik-adiknya saja".

Pertanyaannya :

Benarkah semua prasangka orang lain yang begitu sangat kontras diatas?

Benarkah si Kevin hidupnya selalu happy tanpa beban?

Dan benarkah si Andi sepanjang hidupnya selalu sengsara sebagaimana persangkaan kebanyakan orang?
Jawabannya belum tentu!

Karena kaya atau miskin sebenarnya sama-sama ujian dalam hidup. 

CARA MEMAHAMI TAKDIR, SEHINGGA KITA MAMPU BERSYUKUR DAN TIDAK BERSEDIH HATI

Bahagia atau tidak tergantung bagaimana si Kevin dan si Andi dalam menerima dan menyikapi takdir hidupnya!

Yaitu :

- Si Kevin ketika berlimpah materi dan berbagai kemudahan, apakah dia mampu selalu bersyukur?
- Dan si Andi ketika selalu di rundung masalah dan ditimpa musibah tiada henti, apakah dia mampu bersabar dan ikhlas?

Nah pada dua hal diatas itulah letak kunci utamanya.

Banyak terjadi pada orang-orang yang kehidupannya sama seperti Kevin, yaitu secara materi telah kaya raya dan hartanya berlimpah, punya pasangan ganteng/cantik dan anak-anak yang sehat, contoh paling mudah : artis dan pejabat tinggi.

Tapi faktanya banyak kita dengar dari mereka itu selalu di rundung oleh berbagai masalah. Mulai dari kasus perceraian, kasus korupsi hingga sampai pada masalah penyalahgunaan obat-obatan dan zat terlarang.

Padahal apakah yang kurang dari mereka? Dalam masalah lahiriah tidak ada yang kurang!

Bahkan secara materi dan fasilitas duniawi (harta, tahta/kepopuleran, anak) semuanya telah mereka miliki lebih dari cukup!

Lantas apakah yang kurang dari mereka? Tiada lain yaitu : kurang/tidak bersyukur. ☺

Nah, sekarang mungkin ada diantara kita yang bertanya-tanya, termasuk saya sendiri juga sering merenungi : kenapa ketika kita bersyukur itu bisa mendatangkan kebahagiaan?

Begini,,, coba kita renungi sejenak :

Sebenarnya dorongan apakah yang akan mampu menggugah orang kaya raya menjadi seorang dermawan?

Yaitu,,,ketika telah timbul hidayah rasa syukur dihatinya, maka dia akan menyadari bahwa semua harta miliknya adalah mutlak milik Allah, yang sedang di titipkan kepadanya. Bahkan ketika sampai pada kesadaran bahwa dirinya sendiri adalah milik Allah, maka makin kuatlah tertanam rasa syukur itu.

Dan bila orang kaya raya tersebut telah sampai pada puncak rasa syukurnya, hampir tidak ada lagi halangan baginya untuk selalu menolong fakir miskin dan kaum yang lemah. 

Pasti teman-teman semua sudah tahu kisah sahabat nabi yang mulia, yaitu Ustman bin affan. Hampir seluruh hidup dan hartanya di infakkan pada jalan Allah. Demikianlah orang kaya raya yang beriman.
Kenapa saya katakan 'hampir tidak ada halangan lagi' untuk menolong fakir miskin dan kaum lemah?

Karena dia sangat yakin hakekat semua hartanya adalah mutlak milik Allah, sehingga ketika dia bersedekah dan berinfak di jalanNya, maka diapun yakin semua harta itu akan kembali kepadanya di hari akhirat berupa ganjaran yang tidak berhingga!

Namun, kenapa ada pula sebagian orang kaya raya itu sangat kikir dengan hartanya?

Karena dia merasa hartanya adalah mutlak miliknya sendiri. Dia merasa harta yang di milikinya semata-mata diperoleh karena hasil dari kerja kerasnya. Pemikiran seperti inilah yang membuat tumpul empatinya kepada orang-orang miskin. Sebagimana kisah Qarun pada masa nabi Musa yang sangat kaya raya tapi kikir, sehingga mendapat azab Allah dengan ditenggelamkan semua hartanya kedalam bumi.

Nah,,,, disinilah sebenarnya letak ujian bagi orang-orang yang ditakdirkan Allah diberi banyak kelebihan nikmat rezeki, kesehatan, kedudukan tinggi dan anak-anak. Banyak orang yang diberikan berbagai nikmat itu justru malah lupa dengan Tuhannya. Tuhan saja nyaris dilupakan, apatah lagi untuk membantu orang-orang miskin, yang notabene hanya sekedar makhluk.

Ketika orang-orang kaya tidak bisa bersyukur, maka ketika itulah dia gagal dengan ujian hartanya. 
Padahal kalau ada orang kaya raya yang ikhlas membantu orang miskin dan lemah, maka pasti dia akan senantiasa mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin. Ketika bisa bermanfaat bagi banyak orang dengan harta kita, sesungguhnya itulah kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup.

Toh jika mati, kita tidak akan membawa apa-apa kecuali kain kafan dan segala amal ibadah, termasuk diantaranya harta yang kita belanjakan dijalan Allah tersebut.

Itulah cara memahami takdir yang benar bagi orang-orang kaya.

Jadi tidak selamanya orang-orang kaya itu 'beruntung' seperti persangkaan banyak orang. Bisa jadi kekayaan itu malah menjerumuskannya pada hal-hal yang tidak baik, terkecuali orang-orang kaya yang senantiasa mampu bersyukur.

Nah,,, bagaimanakah cara memahami takdir bagi orang-orang fakir miskin yang sering di cap 'tidak beruntung' oleh kebanyakan orang? Benarkah mereka tidak beruntung? Dan apakah dengan segala cobaan dan ujian hidupnya itu mereka bisa berbahagia?

Mari sama-sama kita bahas secara lebih mendalam. 

Pertanyaannya : Apakah kebahagiaan hakiki itu letaknya pada materi yang berlimpah? 

Kalau benar kebahagiaan itu letaknya pada materi yang berlimpah, kenapa masih banyak terjadi pada orang-orang kaya yang melakukan bunuh diri atau terjerumus pada perangkap penggunaan obat-obatan terlarang?

Cobalah tanya pada orang-orang yang kecanduan obat-obatan dan zat terlarang itu, apa motif dan tujuannya sehingga mereka memakai benda haram itu?

Pasti jawabannya hanya satu : karena ingin mencari ketenangan (walau sesaat).

Padahal mereka sudah berlimpah materi bukan? tapi kenapa jiwa mereka belum tenang? kenapa mereka tidak juga bahagia?

Nah, itulah,,,,karena harta bukanlah kunci utama kebahgiaan. Sesungguhnya kunci kebahagiaan itu adanya di dalam hati, yaitu hati yang selalu bersyukur dan senantiasa merasa cukup. ☺

Di sisi lain, banyak orang nasibnya seperti si Andi yang telah saya contohkan pada pembukaan artikel diatas. Dari lahiriah, kebanyakan orang lain menilai hidup orang-orang seperti Andi ini tidak beruntung dan sangat menderita. Berbagai cobaan selalu datang seakan tanpa henti dalam hidupnya. 

Tapi benarkah karena andi 'tidak beruntung', sehingga menyebabkan dia jadi tidak bahagia?
Oh belum tentu. ☺ 

Banyak orang yang nasibnya seperti Andi, walau kehidupannya sangat sulit tapi mereka tetap bahagia. Karena mereka selalu bertawakal dan ridho dengan semua Ketetapan Tuhannya. Mereka tetap berikhtiar dan berusaha sekuat tenaga. Kemudian mereka tetap ridho, ikhlas dan merasa cukup dengan apapun hasil yang di dapat dari ikhtiarnya tersebut.

Mereka meyakini, ketika telah merasa cukup (qonaah) maka sekecil apapun hasil yang didapat pasti akan terasa cukup dan berkah. Beda halnya ketika hati senantiasa merasa kurang (tidak bersyukur) maka walau pun harta telah melimpah, tetap saja tidak akan pernah terasa cukup.

Contoh :

Berapa banyak diantara pejabat tinggi itu telah melimpah ruah hartanya, tapi mengapa mereka masih saja melakukan korupsi?

Sebab walau hartanya melimpah, tapi hatinya masih 'tetap miskin' karena tidak pernah bersyukur!
Jadi sesungguhnya kaya dan miskin adalah sama-sama cobaan!

Hal inilah yang harus bisa kita pahami!

Agar ketika ditakdirkan Allah dengan kelebihan rezeki tidak membuat kita menjadi sombong, takabur dan hilang empati kepada fakir miskin dan orang-orang lemah. Justru pada harta itulah cara Tuhan menguji kita, apakah kita bisa lulus sebagai orang yang bersyukur dan mau menolong fakir miskin atau gagal ujian sebagai orang yang kufur nikmat! Naudzubillah!

Demikian juga ketika kita ditakdirkan Allah sebagai orang miskin dan penuh dengan kekurangan. Di timpa berbagai macam cobaan bertubi-tubi seperti penyakit, kekurangan harta dan anak. Maka sanggupkah kita bersabar dan tawakal dalam menjalaninya. Sanggupkah kita agar jangan sampai sekali-kali menyalahkan takdir bahkan menyalahkan Tuhan? Naudzubillah,,,,Jangan sampai deh. 😢

Sesunguhnya Dia (Allah) Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Bisa jadi bila kita diberikan harta yang berlebih, justru akan membuat kita semakin jauh dariNya. Dan ketika kita diberiNya cobaan dengan berbagai kesulitan, justru itulah sebagai jalan yang membuat kita menjadi lebih dekat dan selalu ingat kepadaNya.

Itulah yang disebut dengan Hikmah.

Dan tidak ada orang yang mempu memahami sebuah hikmah kecuali telah direnunginya secara amat mendalam.
Oleh karena itu : 

Bagi orang kaya raya janganlah merasa sombong dan jumawa.
Dan bagi orang miskin janganlah merasa minder, agar supaya tidak bersedih hati.

Karena sesungguhnya semua itu adalah sama-sama cobaan hidup!

Demikianlah teman-teman, artikel yang saya tulis sebagai renungan bagi diri saya pribadi juga sebagai sharing bermanfaat kepada teman-teman semua. Semoga kita semua selalu dalam tuntunan, dan senantiasa diberi hidayah dan bimbingan dariNya, Aammin.

Mulai ditulis ba'da zuhur tadi, selesai pukul 20 : 45 malam ini.

Penulis by : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

Post a Comment for "Cara Memahami Takdir, Sehingga Kita Mampu Bersyukur dan Tidak Bersedih Hati"