Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Red Line oh Red Line : Importir, Distributor, Suplier, Agen, Seller Semuanya Dibuat Galau Olehmu

Assalamualaikum.

Hai teman-teman semua.

Kali ini saya ingin berbagi sedikit 'keluhan'. 

Ya,,, 'keluhan' yang sebenarnya agak malas saya ungkapkan. 
Tapi karena masalah ini masih terus saja berlarut-larut sampai sekarang, akhirnya tidak tahan juga rasanya tangan saya ini untuk menumpahkannya melalui tulisan. 

Tadinya saya fikir masalah ini hanya berlangsung sebentar saja, paling lama hanya dalam waktu sebulan. Eeh,,, ternyata terus berlarut-larut sampai sekarang.

Masalah apakah itu? Tiada lain dan tiada bukan, yaitu :

RED LINE!

Apakah red line itu?
Sebelum kita bahas soal red line lebih mendalam, mari kita flashback dulu sejenak kebelakang, yaitu tepat ke waktu 3 bulan yang lalu.

Pada tanggal 10 Juli 2017 Menteri Keuangan Sri Mulyani mengeluarkan kebijakan yang cukup mengejutkan. Beliau membentuk satgas Penertiban Impor Beresiko Tinggi (PIBT). Kebijakan ini melibatkan dirjen Bea Cukai, TNI dan Polri untuk menghentikan kegiatan impor borongan.

Definisi istilah impor borongan mengacu pada suatu kegiatan impor yang dilakukan seseorang tapi atas nama orang lain. Misal si A melakukan impor, nah ada si B yang 'nebeng' alias numpang barang impornya kepada si A. 

Cara ini dilakukan (umumnya) dengan maksud agar dapat 'mengakali' pemerintah, sehingga terhindar dari bea masuk. Dengan kata lain impor borongan ini adalah suatu praktik agar dapat terhindar dari perijinan tertentu dengan mendaftarkan barang impornya secara general (borongan).    


RED LINE OH RED LINE : IMPORTIR, DISTRIBUTOR, SUPLIER, AGEN, SELLER SEMUANYA DIBUAT GALAU OLEHMU
Tumpukan barang impor yang tertahan di dermaga/bea cukai.

Untuk sama-sama kita ketahui, bahwa kegiatan impor borongan sendiri sebenarnya telah berjalan lama, telah bertahun-tahun! Sehingga telah membentuk semacam 'cara bersama' dan telah lumrah dilakukan dalam ekosistem UKM/pengusaha barang impor. 

Kebijakan ini lahir dengan tujuan agar dapat menambah pemasukan negara dari pajak bea dan cukai.

Namun masalahnya, kebijakan ini terkesan terburu-buru dan tanpa sosialisasi terlebih dahulu. 

Akibatnya fatal!

Banyak importir yang barangnya tertahan selama berbulan-bulan di pelabuhan, di re-ekspor, bahkan ada yang masih 'nongkrong' di negara asalnya.  

Terus terang saja saya katakan---> secara teknis, sebenarnya pengetahuan saya tidaklah terlalu mendalam tentang masalah red line ini. Karena red line berhubungan dengan masalah impor, sedangkan importir bukanlah bidang saya secara spesifik. 

Coba teman-teman lihat sejenak judul diatas, bidang spesifik saya adalah pada urutan ke-5, yaitu sebagai seorang seller atau pedagang toko mainan. Jadi bidang yang paling saya kuasai adalah pada bagian rantai 'penjualan'.   

Namun walaupun demikian, tentunya saya bisa berusaha mencari informasi yang terkait dengan masalah red line ini. Dan berdasarkan penelusuran yang telah saya lakukan secara cukup mendalam, akhirnya saya dapatkan juga informasi yang valid tentang red line ini.

Berikut dibawah ini penjabarannya (note : kalau ada uraian saya yang salah, mohon koreksinya ya teman-teman). 


~Red line.

Yang dimaksud dengan red line adalah:

- Suatu kondisi barang dari impor yang ditahan oleh pihak custom clearance (layanan jasa kepabeanan). Barang impor ini ditahan karena dianggap ada ketidaksesuaian antara barang (isi paket) dengan data-data dokumen (airway bill). 

- Under Value.  Yaitu suatu keadaan dimana adanya ketidaksesuaian antara harga yang tertulis dengan nilai barang (komersial) yang sebenarnya. Misalnya nilai barang secara komersil sebenarnya adalah USD 100, namun pada dokumen hanya ditulis senilai USD 50.

- Barang impor tersebut merupakan (termasuk) kategori barang larangan terbatas. Misalnya senjata api, barang-barang yang memancarkan sinyal, obat-obatan, senjata tajam.

- Dianggap ada ketidaksesuaian pada data penerima.

Kebalikan dari red line disebut green line.

Green line (jalur hijau) adalah  impor yang di izinkan masuk ke Indonesia tanpa ada dokumentasi tertentu. Artinya hanya tinggal mencocokan antara manifes dan bukti scan barang. Setelah itu barang tersebut sudah bisa langsung di serahkan ke kurir untuk proses pengiriman selanjutnya. Green line inilah yang telah berlaku selama bertahun-tahun dalam dunia importir, sebelum ibu menteri Sri Mulyani mengeluarkan kebijakannya tepat 3 bulan yang lalu.


Baca juga : CARA MEMILIH JENIS MAINAN YANG PALING LAKU UNTUK DI JUAL

Baiklah, itulah sedikit ilmu yang saya tahu tentang kebijakan red line.

Ya, jujur saja ilmu saya memang tidak terlalu mendalam soal ekspor impor, aturan bea cukai, red line, green line dan lain sebagainya itu. 

Tapi saya tidaklah awam dengan efek yang di timbulkannya! 

Saya cukup tahu pasti akan efek samping dari kebijakan red line ini, karena sebagian besar dari efeknya telah saya saksikan dan alami langsung! Khususnya pada bidang saya, yaitu produk mainan.

Sekitar dua bulan yang lalu (saat kebijakan red line baru berjalan sebulan), saya masih bisa berbelanja stok mainan ke asemka. Saat itu efeknya hanya terasa pada sulitnya mencari dan mendapatkan produk mainan jenis tertentu.

Ketika itu belum terlalu menjadi persoalan bagi saya, karena produk yang mulai sulit dicari itu masih cukup banyak stoknya di gudang saya. 

Sekedar untuk teman-teman ketahui, saya memang terbiasa setiap berbelanja selalu dalam jumlah besar. Biasanya sekali belanja full satu muatan truk colt diesel. Per item/jenis barang paling minimal saya stok dalam jumlah 1 lusin. 

Dan untuk kategori barang-barang tertentu yang agak jarang ada, biasanya saya stok dalam jumlah kartonan (satu karton biasanya berisi 4 - 6 lusin). Oleh karena itulah, walaupun ketika dua bulan lalu sudah mulai ada barang yang langka, namun belum menjadi persoalan yang serius bagi saya.  

Nah, masalah baru mulai terasa ketika memasuki bulan ke-3 dari pemberlakuan red line, karena stok barang digudang saya sudah mulai menipis. 

Setali tiga uang dengan kondisi saya, semua toko distributor dan agen grosir besar di asemka juga sudah mulai kosong melompong. Kalaupun masih ada sisa barang, hanya tersedia untuk produk model lama dan juga banyak jenisnya yang sama. Dan parahnya lagi, harganya pun berlomba melonjak naik!

Karena stok barang yang tersisa hanya mainan model lama, sehingga sudah ketinggalan trend/musimnya. Alhasil tentu efeknya menjadi relatif sulit laku dan ditambah lagi harga modalnya pun naik pula! Alamaaak! So sad Hhhhhhhh! 😢😢

Terakhir saya pergi belanja stok barang ke asemka sekitar seminggu yang lalu. 
Karena saking tidak ada lagi barang yang bisa dibeli, akhirnya saya berbelanja sedikit saja, yaitu hanya sebanyak satu muatan mobil pick up delivery.

Teman-teman,,, sebenarnya yang mengeluh pada keadaan ini bukanlah saya saja, bahkan para bos-bos besar, importir, distributor, suplier, agen hingga seller di asemka itu rata-rata mengeluh semua. 

Dan mereka mengaku hanya bisa pasrah!

"Entah sampai kapan keadaan ini terus berlangsung" demikian keluh mereka. Mereka hanya bisa berharap semoga pemerintah segera mencabut atau minimal merevisi kebijakannya. 

Saya pun hanya bisa berharap semoga pemerintah kembali meninjau ulang kebijakan ini. Jangan sampai kebijakan ini menimbulkan efek bola salju bahkan efek domino yang ketika dibiarkan jatuh malah semakin menggelinding liar, semakin besar dan akhirnya 'merusak' segala sisi yang lainnya. 

Bila red line ini terus berlangsung dan dibiarkan berkepanjangan, maka di khawatirkan dapat mengakibatkan :

#1. Harga produk/barang naik secara tidak terkendali pada semua komoditi. 

Apa sebab?
Karena berlaku hukum pasar, ketika barang langka pasti harganya akan naik.
Dan jangan lupa pada efek bola salju atau efek domino. Bila satu produk harganya telah naik, pasti akan berimbas juga pada kenaikan harga produk yang lainnya. Apalagi kebijakan red line ini berlaku pada semua komoditi, sehingga setiap komoditi yang terkena red line pasti akan ikut naik harganya. 

#2. Dengan diberlakukan kebijakan red line yang terkesan mendadak ini, akan menyebabkan konsekuensi logis pada barang yang berhasil masuk (karena semua persyaratan telah terpenuhi) adalah harga jualnya menjadi lebih mahal. 

Kenapa harga jual menjadi lebih mahal? 
Karena lagi-lagi itu adalah konsekuensi logis dari segala persyaratan untuk lulus red line yang pastinya membutuhkan biaya lebih. Dan apa konsekuensi finalnya? Karena harga jual terlalu mahal sehingga barang tersebut menjadi sulit laku. Ujung-ujungnya lagi-lagi para pedaganglah yang akan mengalami kerugian.

#3. Efek lebih jauh dan ekstrim adalah akan menimbulkan inflasi besar-besaran, para pedagang yang mengalami pailit massal, kredit bank yang macet dan bahkan PHK.

Seram sekali kan? Kita sama-sama berharap jangan sampailah efeknya hingga se-ekstrim itu.

Oleh sebab itu sebagai masukan positif kepada pemerintah, saya berharap agar pemerintah dapat bijaksana dalam menelurkan kebijakannya ini. Saya mencoba berprasangka baik, bahwa niat pemerintah sebenarnya bagus, yaitu agar dapat menambah income atau pemasukan negara dan mendukung produk lokal dalam negeri agar bisa berjaya di negerinya sendiri.

Tapi semuanya itu tentunya butuh proses dan dilakukan secara bertahap. Lakukan sosialisasi terlebih dahulu, sehingga semua pihak yang terkait (importir, distributor, suplier, agen dan seller) bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Sehingga pada akhirnya semua pihak akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin.

Semoga saja pemerintah segera meninjau kebijakan red line ini ya teman-teman, demi kenyamanan dan kebaikan kita bersama. ☺ 

Solusi alternatif, khususnya untuk pedagang mainan.

Teman-teman,,, walaupun saat ini kondisi sedang sulit untuk mendapatkan barang, namun bukan berarti tidak ada sama sekali sekali jalan keluar. Ibarat kata pepatah : 'Tidak ada rotan, maka akarpun jadi'.

Begitu pula dengan kita para pedagang mainan.
Karena barang produk impor memang sedang sulit kita dapatkan, maka optimalkanlah stok untuk produk-produk lokal (buatan Indonesia) ditoko kita. 

Jangan salah lho teman-teman,,, produk lokal itu walau terkadang dipandang enteng (karena tanpa komponen), sebenarnya keuntungannya besar lho teman-teman. Apa sebab? Karena produk lokal itu rata-rata harganya murah, ukurannya besar-besar dan bentuknya tidak kalah menarik dengan mainan produk impor dari China.

Coba perhatikan foto produk mainan yang saya jepret dari toko saya dibawah ini.


RED LINE OH RED LINE : IMPORTIR, DISTRIBUTOR, SUPLIER, AGEN, SELLER SEMUANYA DIBUAT GALAU OLEHMU
Mainan produk lokal

Mobil tronton besar dan panjang difoto atas adalah produk lokal buatan dari tangerang. 

Tahukah teman-teman berapa harga modalnya? 
Modalnya adalah 43.000 Rupiah. 
Dan tahukah teman berapa harga yang saya banderol? 
Yaitu 85.000 rupiah! 
Kalau ada pembeli yang menawar, paling tidak harga 70.000 rupiah masih bisa terjual. 
Enak 'kan? hehehe ☺    

Nah, apa penyebab mainan produk lokal cenderung lebih bisa dijual dengan harga tinggi? 

Seperti saya katakan diatas, produk lokal itu biasanya modalnya murah dan ukurannya besar, sehingga mudah bagi kita menjual dengan harga tinggi. Logikanya kalau bentuk dan ukurannya besar, orang-orang akan cenderung menerima ketika kita banderol dengan harga tinggi, Apa sebab? Ya Kan mainannya besar,,, ya toh? ☺

Selain itu mainan produk lokal juga biasanya selalu berganti model dengan cepat, umumnya selalu berganti model setiap 4-6 bulan. Sehingga pembeli cukup sulit untuk menandai harganya. Berbeda dengan mainan produk China yang harga modalnya relatif mahal (karena berkomponen) juga modelnya kebanyakan begitu-begitu saja. Sehingga orang mudah menghapal harga pasarannya.

Ketika saya di awal merintis usaha toko mainan dulu (2010), produk lokal adalah barang andalan yang saya jual. Kenapa saya jadikan andalan? Ya karena produk lokal tidak butuh modal besar, tapi keuntungan yang didapat cukup besar!


Tentang keunggulan mainan produk lokal telah pernah saya tulis di artikel ini : PELUANG BISNIS MAINAN DAN BERBAGAI KELEBIHANNYA  

Demikianlah teman-teman, solusi alternatif yang dapat kita lakukan agar bertahan dalam kondisi sulitnya untuk mendapatkan produk impor disaat sekarang ini. Bagaimanapun sulitnya keadaan, kita tetap dituntut harus dapat kreatif dan selalu mampu beradaptasi. 

Karena hanya orang-orang kreatif dan bisa beradaptasilah yang akan sanggup lulus menghadapi setiap perubahan dan dinamika dalam usaha!

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk teman-teman semua dan menjadi oase ditengah kondisi yang sedang menguji mental wirausaha kita di saat ini. Bila teman-teman merasa artikel ini bermanfaat, silahkan di share ulang agar dapat dibaca dan bermanfaat pula untuk teman-teman kita yang lainnya.

Semoga sukses selalu untuk semuanya.

Salam.

Penulis by : Bang izal.    
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

10 comments for "Red Line oh Red Line : Importir, Distributor, Suplier, Agen, Seller Semuanya Dibuat Galau Olehmu "

  1. loh, kok tambah ribet kayak gini ya, urusan nya om?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhhhhhhhhhh😰😰😰

      Iya nih om 😧

      Barangkali di sana ada jawabnya,,,, atau,,, mari sama2 kita bertanya pada rumput yg bergoyang. 😂

      Delete
  2. Baca artikel ini saya jadi takut. Pemain lama aja sudah pada ketar ketir, gimana nantinya kita yg baru memulai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak apa2 om,,, gak usah terlalu khawatir,,, karena saya sudah mendapat info dari para bos2 mainan di asemka bahwa pemerintah sudah mulai melunak. Mudah2an dalam waktu sebulan atau dua bulan ke depan akhirnya pemerintah (khusus ibu Menteri Sri Mulyani) merubah kebijakannya.

      Lagipula kan ada solusinya om,,, itu yg saya tulis di akhir artikel. :)

      Terus saja,,,, saya pribadi pada saat di awal2 buka usaha, mainan lokal adalah produk andalan ditoko saya. Maklum,,,waktu itu kan modal saya masih pas2an, jadi kalau gak perbanyak stok barang lokal dan hanya mengandalkan produk impor dari china yg relatif 'mahal', bisa2 jadi kosong melompong isi toko saya. hehe

      Delete
    2. Produk2 dalam negeri dapatnya di toko mana om?

      Delete
    3. Toko grosir mainan di asemka yg paling banyak menjual produk buatan lokal diantaranya Toko Yen Yen, Toko Sinar Mutiara Toys, Toko Win toys dan Toko Starkid.

      Delete
  3. Red Line, saya pernah menyaksikan sendiri, kadang impor-ekspor tidak sesuai dengan apa yang tertulis dikertas,.. kartonya buah tapi isinya baut dan mur...., jumlah tidak sesuai dengan isi dokument. bisa lebih bisa kurang. tapi itu dulu, mungkin sekarang beda dengan peraturan baru tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya om,,, itulah yg disebut impor borongan. Tujuannya untuk memangkas bea masuk dan biaya perizinan lainnya.

      Sebenarnya aturan red line ini bagus om, asal dilakukan secara bertahap.

      Jangan ujug-ujug dan dadakan begini, karena banyak dari pihak pengusaha/importir yg belum siap.

      Setidaknya lakukan sosialisasi 6 bulan sebelumnya.

      Delete
  4. Bang Minta Kode Tag hreflang yg pernah Abang bagi2kan di IAPD ? saya tertarik untuk ikut2an membuat tulisan kita bisa ditranslate keberbagai bahasa,seperti yang abang buat di footer blog ini.

    Maaf bang Komentnya tdk Relevan,,,,soalnya darurat,,, :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau buru2 belum bisa om,,, karena saya lagi gak bisa buka blog di PC, soalnya layar monitornya lagi di servis. Paling bisa saya kasi kodenya 3 hari lagi.

      Tapi kalo memang butuh cepat, om bisa lihat dan ambil kodenya melalui/membuka source kode. 😊

      Delete