Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anjing Dibawa Masuk ke Dalam Mesjid, Sudah Lunturkah Nilai Toleransi dan Etika?

Kasus aneh dari seorang perempuan yang membawa masuk anjing ke mesjid ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Dan yang lebih aneh lagi adalah tanggapan dari sebagian orang yang di ktp-nya tertulis beragama Islam.

Perilaku perempuan setengah baya yang berinisial SM (52) itu telah mengusik ketenangan hidup bermasyarakat. Terutama dilingkungan para jamaah masjid Al Munawaroh Bogor, dan masyarakat disekitarnya. 

Seketika itu kabar ini mendadak viral dimedia sosial, karena banyak sekali rekaman video yang menampilkan perilaku tidak terpuji wanita setengah baya itu. Media nasional pun juga ikut ramai memberitakannya. Sehingga semua umat Islam yang melihat video dan membaca pemberitaan tersebut tentu saja merasa geram. 

Semua orang pasti sepakat, bahwa tindakan perempuan setengah baya itu tidak patut dilakukan. Karena membawa anjing masuk ke masjid, terlebih lagi tanpa melepaskan alas kaki, jelas menggambarkan lunturnya nilai etika. Tidak tampak sedikitpun sikap untuk menghargai kesucian masjid, sebagai tempat ibadah umat Islam.

Tanggapan Yang Aneh bin Ajaib dari Sebagian Umat Islam.

Anjing Dibawa Masuk ke Dalam Masjid, Sudah Lunturkah Nilai Etika
Sumber Foto: Newsdetik.com

Mungkin sebagian orang (netizen) ada yang beranggapan bahwa perempuan itu tidak mengetahui etika memasuki masjid. Sehingga dianggap wajar jika dia 'nyelonong' masuk ke masjid tanpa melepaskan alas kakinya terlebih dahulu. 

Bahkan (anehnya) ada netizen yang menilai bahwa membawa serta anjing masuk ke masjid adalah sesuatu yang lumrah. Alasannya ; karena masjid tak ubahnya seperti tempat-tempat lain yang biasa di kunjungi. 

Anehnya lagi yang ngebelain perempuan itu statusnya beragama Islam. Dan yang luar biasa aneh bin ajaibnya lagi, mereka begitu bersemangat mencari pembenaran. Yaitu ngubek-ngubek mencari dalil dari hadist dan riwayat tentang pernahnya anjing masuk ke masjid di zaman rasulullah. 

Ini sungguh sebuah fenomena yang aneh. 

Mereka berusaha mencatut sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Hadis tersebut diriwayatkan dengan berbagai redaksi. Ulama hadis pun berbeda pendapat merespon fenomena tersebut dari sudut pandang hukum. 

Redaksi hadis Ibnu Umar itu berbeda-beda dan menjadi pintu masuk perdebatan hukum fikih terkait najis atau tidaknya anjing. Berikut rinciannya.

عن ابن عمر كُنْتُ أَبِيتُ فِي الْمَسْجِدِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكُنْتُ فَتًى شَابًّا عَزَبًا، وَكَانَتِ الْكِلَابُ تَبُولُ وَتُقْبِلُ وَتُدْبِرُ فِي الْمَسْجِدِ، فَلَمْ يَكُونُوا يَرُشُّونَ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, “Aku bermalam di dalam masjid pada masa Rasulullah saw. Waktu itu aku masih bujangan. Saat itu ada anjing sedang kencing, mondar-mandir di dalam masjid. Mereka (para sahabat Nabi) tidak menyipratkan (air) apa pun bekas anjing tersebut.

Hadist dari Ibnu umar diatas mengisyaratkan bahwa kejadian anjing yang masuk ke mesjid tersebut terjadi pada masa awal-awal dibangunnya masjid dalam sejarah Islam. Setelah masa itu, kita diperintahkan untuk memuliakan masjid. Demikianlah pendapat yang lebih fair (adil).

Oh iya,,,kenapa di atas saya berkali-kali bilang fenomena aneh? Betapa tidak? Ada orang (yang notabene kafir) menistakan tempat ibadahnya, tapi justru malah dibelanya habis-habisan. Aneh bin ajaib bukan?  

Mungkin ada yang akan menimpali: "Tulisannya jangan berat sebelah dan tendensius gini donk bro,,, yang obyektif menilainya donk,,,"

Okelah,,,, mungkin umat Islam perlu juga mengkoreksi diri. Mungkin ini terjadi karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat umum (terutama terhadap non muslim) tentang etika ketika berkunjung ke masjid. Dimasa yang akan datang, ini menjadi tugas semua umat Islam untuk menjelaskan kepada non muslim tentang etika mendatangi tempat ibadah.

Namun sebenarnya, bagi orang yang punya nalar dan akal sehat, pasti akan memahami bahwa membawa binatang ke tempat ibadah bukanlah hal yang patut (tidak beretika). 

Saya yakin semua orang, baik muslim ataupun non muslim pasti setuju dengan hal ini. Sebab, soal moral dan etika itu berlaku universal dan sesuai dengan fitrah semua manusia.

Jadi sebenarnya, yang melatar belakangi sikap tidak terpuji perempuan setengah baya itu adalah emosi yang sudah tidak terkontrol lagi. Seperti kita ketahui, ketika seseorang telah dikuasai oleh amarahnya, maka akal sehatnya akan cenderung hilang. Jadi mana mungkin akan terpikirkan lagi soal etika olehnya. 

Betul? 

Dalam kasus perempuan ini, setidaknya ada dua faktor yang perlu kita cermati. 

Faktor pertama, si ibu SM ketika itu sedang berada dalam kondisi sangat marah dan emosi yang begitu tinggi. Kabarnya kemarahannya tersulut karena mendengar kabar bahwa suaminya akan menikah lagi. Dan kebetulan akan dinikahkan di masjid tersebut. Seperti yang telah saya jelaskan diatas, bahwa ketika seseorang sudah sangat dikuasai amarah, maka akal sehatnya akan cenderung hilang

Faktor kedua, si ibu SM ini kabarnya beragama non muslim. Kita coba untuk berprasangka baik dulu, bahwa mungkin saja dia memang tidak tahu tentang adab dan etika ketika memasuki masjid. 

Namun, kita tetap menyayangkan sikap ibu SM ini. Bagaimanapun peristiwa ini bukanlah hal yang baik. Apalagi tindakan bu SM ini yang sampai memukul salah seorang jamaah masjid (terlihat jelas di video yang beredar). Mestinya aksi seperti ini jangan sampai terjadi. Hendaknya selesaikanlah persoalan dengan berbicara secara baik-baik.

Kejadian ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi dimasa yang akan datang. 

Menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama harus kita lakukan bersama-sama. Khususnya bagi mereka yang hidup berdampingan di sekitar lokasi tempat ibadah. Baik disekitar Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara. 

Jagalah pergaulan dan sikap saling menghormati antar umat beragama. Karena kita adalah bagian dari komunitas yang lebih besar yaitu masyarakat, sehingga diharapkan harmoni bisa terjalin satu sama lain. 

Kita pasti bisa hidup saling berdampingan, asalkan bisa saling menghargai dan menghormati kepercayaan masing-masing. Salah satu caranya adalah dengan mengenal dan mencari tahu hal-hal yang boleh dan dilarang dilakukan oleh umat bergama tertentu. 

Masjid sebagai tempat suci dan lokasi ibadah umat Islam, tentu memiliki aturan-aturan tertentu. Begitu juga dengan tempat-tempat beribadah agama lainnya. Dengan saling mengetahui aturan agama satu sama lain, maka tindakan yang dapat memicu konflik akan dapat kita hindari.

Terkait dengan tindakan ibu SM yang telah memicu kontroversi dan gesekan di ruang publik ini, dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Ternyata emosi dan amarah yang sudah memuncak dapat membuat seseorang kehilangan kontrol diri dan etika. 

Cukuplah kejadian ini menjadi pelajaran dan tidak pernah terjadi lagi dimasa yang akan datang. Semoga kita semua dapat saling menghargai antara satu sama lain.
Yunita
Yunita Saya seorang ibu rumah tangga yang gemar menulis.

Post a Comment for "Anjing Dibawa Masuk ke Dalam Mesjid, Sudah Lunturkah Nilai Toleransi dan Etika?"