Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Al-Qomah Sulit Sakaratul Maut Akibat Terlalu Mencintai Istri Daripada Ibunya

Al-Qomah termasuk salah satu orang diantara  sahabat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. 

Dia adalah orang yang sangat rajin beribadah. 

Pada suatu hari tiba tiba Al-Qomah jatuh sakit. Ketika sakitnya makin parah, isterinya kemudian menyuruh seseorang untuk memberikan kabar kepada Rasulallah. Istrinya ingin menyampaikan pesan tentang keadaan suaminya yang sedang sakit keras, dan mengalami sakaratul maut.


Kisah Al-Qomah Sulit Sakaratul Maut, Akibat lebih Memperhatikan Istri Daripada Ibunya
Ilustrasi

Lalu Rasulullah menyuruh Ali, Bilal ra, dan beberapa sahabat lainya untuk melihat keadaan Al-Qomah. Setelah para sahabat sampai di rumah Al-Qomah, mereka melihat keadaannya sudah sangat kritis sekali, seakan sudah tidak ada harapan hidup lagi baginya. Kemudian beberapa sahabat segera membantu untuk mentalqin (membacakan kalimah syahadat laa ilaha ilallaah) disisinya. Akan tetapi lidah Al-Qomah seakan kelu dan tidak mampu untuk menyebutkannya.

Para sahabat melihat keadaan Al-Qomah seperti sudah semakin menghampiri akhir ajalnya. Sakitnya pun sudah semakin parah, ditambah lagi dia tidak mampu mengucapkan kalimat syahadat. 

Melihat hal tersebut, maka para sahabat menyuruh Bilal untuk pergi memberitahukan keadaan Al-Qomah kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

Maka Bilal pun segera berangkat dan kemudian menceritakan kepada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam tentang segala hal yang terjadi pada diri Al-Qomah.

Lalu Rasulallah bertanya kepada Bilal: “Apakah ayahnya Al-Qomah masih hidup?”

Bilal pun menjawab: “Tidak ya Rasulullah. Ayahnya sudah meninggal dunia, tetapi ibunya masih ada, dan usianya sudah sangat tua”.

Kemudian Rasulullah berkata lagi: “Bilal, pergilah kamu untuk menemui ibunya Al-Qomah, dan sampaikanlah salamku. Katakan kepadanya kalau dia bisa datang untuk menjumpaiku. Namun jikalau dia tidak mampu berjalan, maka katakanlah aku akan datang ke rumahnya untuk menjumpainya”.

Bilal pun akhirnya tiba di rumah ibu Al-Qomah. Ibunya mengatakan bahwa dia ingin menemui Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Lalu ia mengambil tongkatnya, dan terus berjalan menuju ke rumah Nabi.

Setibanya disana, kemudian ibu Al-Qamah memberikan salam dan duduk di hadapan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Kemudian Nabi pun mulai membuka pembicaraan: “Ceritakanlah kepadaku apa yang sebenarnya terjadi pada anakmu Al-Qomah. Jika kamu berdusta, niscaya akan turun wahyu kepadaku,”

Ibu Al-Qomah merasa sangat sedih dan terpukul karena sikap anaknya sudah sangat jauh berubah.

Dengan perasaan yang sangat sedih, kemudian ibunya bercerita: “Ya Rasulullah, sepanjang masa hidupku, aku telah melihat Al-Qomah dari kecil, dan kemudian dia tumbuh menjadi laki-laki dewasa. Dia adalah laki-laki yang cerdas, sholeh, dan selalu melaksanakan perintah Allah dengan sempurna. Al-Qomah sangat rajin beribadah. Shalat dan puasa pun tidak pernah ditinggalkannya, selain itu dia juga sangat suka bersedekah

“Ya Rasulullah, semenjak aku mendapatkan kabar gembira tentang kehamilanku, maka aku telah membawa Al-Qomah selama 9 bulan di perutku. Aku tidur, berdiri, makan dan bernafas bersamanya".

“Ya Rasulullah, aku telah mengandungnya dalam kondisi lemah di atas kelemahan. Namun walau begitu, aku merasa begitu gembira. Semakin hari perutku terasa semakin membesar, dan ia dalam keadaan sehat wal afiat di dalam rahimku.”

“Kemudian tibalah waktu untuk melahirkannya ya Rasulullah. Pada saat melahirkannya itu seakan-akan aku melihat kematian dekat di mataku, karena begitu beratnya. 

Hingga akhirnya tibalah waktunya dia keluar ke dunia dengan selamat. Al-Qomah pun lahir. Setelah aku mendengar tangisannya, maka seketika itu langsung hilanglah semua rasa sakit dan penderitaanku. Kelahirannya sangat membahagiakanku”

Ibu Al-qamah kemudian mulai menangis, lalu ia melanjutkan ceritanya, “Kemudian, waktu pun terus berlalu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Selama itu aku selalu setia menjadi pelayannya. 

Dan aku tidak pernah lalai menjadi pendampingnya, dan selalu memenuhi semua kebutuhannya. Aku juga tidak pernah lelah dalam mendoakannya, agar dia selalu mendapatkan kebaikan dan taufiq dari Allah Ta'ala.”

“Ya Rasulullah, aku selalu memperhatikannya dari hari ke hari, hingga dia pun menjadi dewasa. Badannya tegap, ototnya kekar, kumis dan jenggot telah menghiasi wajahnya. Pada saat itu, aku pun mulai berusaha untuk mencarikan pasangan hidupnya.”

Kemudian ibu Al-Qomah melanjutkan ceritanya: “Akan tetapi sayang ya Rasulullah, setelah dia beristri, maka aku seakan tiada mengenal lagi akan dirinya. Al-Qomah sudah jauh sekali berubah dan tidak pernah lagi memperhatikan aku ibunya. Senyumannya yang selama ini selalu menjadi pelipur lara dan kesedihanku, sekarang telah hilang dan nyaris tak pernah kulihat lagi.

Aku benar-benar tidak mengenalnya lagi, karena ia telah melupakanku dan melupakan hak-ku sebagai ibunya. Al-Qomah terlalu mencintai istrinya, hingga mengalahkan rasa cintanya kepadaku.”

“Aku tidak banyak mengharap darinya ya Rasulullah, yang aku harapkan adalah: aku hanya ingin melihat rupanya, aku rindu sekali dengan wajahnya. Al-Qomah hampir tidak pernah menemuiku lagi. Dia tidak pernah menanyakan kabarku, dan tidak memperhatikanku lagi. Seolah-olah aku seperti dibuang ke tempat yang jauh.”

“Ya Rasulullah, aku ini tidak meminta banyak harta darinya, dan aku tidak akan pernah menagih kepadanya yang bukan-bukan. Yang aku pinta darinya adalah: jadikanlah aku sebagai sahabat dalam kehidupannya. 

Jadikanlah aku sebagai pembantu didalam rumahnya, agar aku tetap bisa menatap dan memandangi wajahnya setiap saat. 

Namun sayangnya kini dia lebih mengutamakan isterinya daripada diriku. Dan selalu menuruti kata-kata isterinya, sehingga dia jadi berani menentangku. Sehingga akhirnya timbul amarah dihatiku kepadanya, hingga sampai akhirnya aku pun tidak ingin melihatnya lagi”

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam pun jadi sangat terharu setelah mendengar cerita ibu Al-Qomah. Kemudian Nabi memberitahukan bahwa kini Al-Qomah sedang sakit keras dan dalam keadaan sakaratul maut. Selanjutnya Nabi mengajak ibu Al-Qomah ke rumah anaknya, agar dia melihat Al-Qomah yang sedang sekarat dipembaringannya.

Nabi kemudian meminta ibu Al-Qomah agar memaafkan semua kesalahan anaknya, agar Al-Qomah dapat pergi meninggalkan dunia dengan tenang. Namun ibu Al-Qomah masih merasa enggan untuk memaafkan anaknya. "Perlakuannya selama ini kepadaku, masih terasa sangat pedih bagiku wahai Rasulullah" Ujar ibu Al-Qomah.

Mendengar jawaban ibu Al-Qomah tersebut, kemudian Nabi menyuruh Bilal untuk mencari kayu bakar. Nanti kayu bakar itu akan digunakan untuk membakar Al-Qomah hidup-hidup. 

Ketika ibu Al-Qamah mendengar perintah Nabi tersebut, dia pun sontak kaget. Dan ketika tubuh Al-Qomah telah diangkat dan siap dilemparkan kedalam api kayu bakar yang sedang menyala, maka ibu Al-Qomah langsung menghadang dengan tergopoh-gopoh. 

Kemudian dia berkata dengan tangisan dan suara yang terputus putus: “Wahai Rasullullah, apakah engkau hendak membakar anakku di depan mataku? Bagaimana mungkin hatiku dapat menerimanya? 

Ya Rasulullah, walaupun usiaku sudah lanjut, punggungku telah bungkuk, tangganku mulai bergetar, tapi Al-Qomah tetap adalah anakku. 

Walaupun dia tidak pernah menghampiriku lagi, tetapi sebenarnya rasa cintaku kepadanya masih seperti dulu, masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Maka janganlah engkau bakar anakku hidup-hidup wahai Rasulullah!”

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam kemudian bersabda: “Siksa Allah itu jauh lebih berat dan kekal! Oleh karena itu, jika kamu ingin Allah mengampuni dosa-dosa anakmu itu, maka hendaklah kamu memaafkannya. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak akan berguna sholat, puasa, dan sedekahnya Al-Qomah, selagi ibunya masih murka kepadanya.”

Mendengar ucapan Nabi itu, kemudian ibu Al-Qomah mengangkat kedua tangannya, sambil berdoa: “Wahai Rasullullah, aku bersaksi kepada Allah yang ada di langit dan bersaksi kepadamu ya Rasullullah, dan juga bersaksi dihadapan mereka-mereka yang hadir disini, bahwa aku telah ridho dan memaafkan anakku Al-Qomah!”

Setelah mendengar ucapan ibu Al-Qomah tersebut, kemudian Rasulullah saw menatap ke arah Bilal ra, dan berkata: “Pergilah kamu wahai Bilal, dan lihatlah bagaimana keadaan Al-Qomah. Apakah dia sudah bisa mengucapkan kalimat syahadat atau tidak? Sebab aku khawatir, kalau-kalau ibu Al-Qomah mengucapkan perkataannya itu semata-mata hanya karena aku, dan bukan karena ikhlas dari hatinya,”

Bilal pun akhirnya sampai di rumah Alqomah, tiba-tiba terdengar suara Al-Qomah menyebut: “La ilaha illallah”. 

Kemudian Bilal berkata, “Wahai semua orang yang hadir di sini. Ketahuilah! Bahwa sesungguhnya kemarahan seorang ibu kepada anaknya juga bisa mendatangkan kemarahan Allah, dan sebaliknya ridho seorang ibu akan bisa membuat keridhoan-Nya .” Maka akhirnya kita sama-sama menyaksikan Al-Qomah dapat wafat dengan tenang pada hari ini, innalillahi wa innailaihi rojiun”

Setelah itu Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabat segera memandikan, mengkafankan dan menyolatinya. 

Sesudah Al-Qomah dikuburkan, beliau bersabda: “Wahai sahabatku kaum Muhajirin dan Anshar, Ingatlah! Siapa saja yang lebih mengutamakan isterinya daripada ibunya, maka dia akan dilaknat oleh Allah dan semua ibadahnya tidak diterima. Oleh karena itu hendaknya selalu muliakanlah ibu kalian!” 

Wallahu’alam

Penulis: Bang izal.
Yunita
Yunita Saya seorang ibu rumah tangga yang gemar menulis.

Post a Comment for "Kisah Al-Qomah Sulit Sakaratul Maut Akibat Terlalu Mencintai Istri Daripada Ibunya "