Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Uwais Al-Qarni Menggendong Ibunya Dari Yaman Ke Mekah (Tabi'in Terbaik)

Dahulu di Yaman tinggalah seorang pemuda yang bernama Uwais Al Qarni. Dia berpenyakit sopak dan tubuhnya belang-belang. Walaupun bertubuh cacat, namun ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya.

Ibunya adalah seorang wanita tua yang sudah lumpuh. Uwais selalu merawat dan senantiasa memenuhi semua permintaan Ibunya. Namun hanya satu permintaan ibunya yang terasa cukup sulit untuk ia kabulkan.


Kisah Uwais Al-Qorni Menggendong Ibunya Dari Yaman Ke Mekah (Tabi'in Terbaik)


Ibunya pernah berkata: “Uwais anakku, mungkin Ibu sudah tidak lama lagi akan bersama denganmu, maka ikhtiarkanlah agar Ibu dapat mengerjakan ibadah haji,” pinta Ibunya.

Uwais sejenak tercenung. Perjalanan ke Mekkah itu sangatlah jauh dari Yaman, dan harus melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang yang ingin naik haji biasanya menggunakan unta untuk berangkat dan membawa banyak perbekalannya. Namun kenyataannya diri Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan seperti unta.

Uwais terus berpikir untuk mencari jalan keluar. Kemudian, ia pun membeli seeokar anak lembu. Kira-kira untuk apakah anak lembu itu? Tidak mungkin-lah dia pergi Haji dengan menaiki anak lembu.

Oalah,,,, lebih anehnya lagi ternyata Uwais kemudian membuatkan sebuah kandang di puncak bukit. Setiap pagi dia selalu bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit.

“Uwais gila.. Uwais telah gila…” demikian kata banyak orang-orang.

Yah, kelakuan dan sikap Uwais memang sungguh aneh.

Tidak pernah ada hari yang terlewatkan, setiap hari pasti ia menggendong lembu itu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu pun semakin besar, dan otomatis makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais untuk menggendongnya. Karena setiap hari latihan itu dilakukannya, sehingga lembu itu sudah tak terasa berat lagi baginya.

Setelah 8 bulan berlalu, maka sampailah musim Haji. Lembu Uwais beratnya telah mencapai 100 kg, dan begitu juga dengan tenaga dan otot Uwais yang semakin membesar. Ia menjadi lebih kuat mengangkat barang. Maka tahulah semua orang-orang sekarang bahwa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari itu. Ternyata itu untuk latihan agar ia kuat menggendong Ibunya.

Ya! Uwais telah berniat akan menggendong ibunya dengan berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! 

Subhanallah, sungguh begitu besar cinta Uwais pada ibunya. Dia rela menempuh perjalanan jauh dan sangat sulit, demi untuk memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan dengan tegap menggendong ibunya untuk tawaf di Ka’bah. Ibunya merasa sangat terharu dan bercucuran air mata karena telah bisa melihat Baitullah. 

Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu pun berdoa. “Ya Allah, ampunilah semua dosa ibuku,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu nak?” tanya ibunya heran. Uwais kemudian menjawab, “Dengan terampuninya dosa Ibu, maka Ibu akan bisa masuk surga. Cukuplah dengan ridho dari Ibu yang akan membawaku ke surga.” Jawab Uwais.

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang sangat tulus dan penuh cinta. Allah Ta'ala pun langsung memberikan karunianya. Uwais seketika itu juga disembuhkan Allah dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal satu bulatan putih kecil ditengkuknya. 

Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan yang disisakan di tengkuknya itu? Itulah kelak yang akan menjadi ciri dan tanda bagi Umar bin Khattab ra dan Ali bin Abi Thalib ra untuk dapat mengenali Uwais.

Beliau berdua telah lama dengan sengaja untuk mencari Uwais di sekitar Ka’bah, karena Rasulullah pernah berpesan “Di zaman kamu nanti akan ada seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah untuk mencari dia. 

Dia akan datang dari arah negeri Yaman, karena dia dibesarkan di Yaman. Dia nanti akan muncul di zaman kamu, maka carilah dia. Kalau telah berjumpa dengan dia, maka mintalah doanya untuk kalian berdua.”

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kehidupan Uwais Al-Qarni.

Pemuda itu bernama Uwais Al-Qarni. Ia hidup dan tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang pemuda yang terkenal fakir, kehidupannya sangat miskin. Uwais Al-Qarni juga adalah seorang anak yatim. Ayahnya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup dengan ibunya yang telah tua dan lumpuh. Bahkan mata ibunya juga telah buta. Kecuali ibunya, Uwais sudah tidak memiliki sanak family sama sekali.

Dalam kehidupan sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja menggembalakan domba-domba milik orang lain pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk nafkah dirinya dan ibunya.

Bila ada kelebihan rezeki, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang juga hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan dan keadaan Uwais Al-Qarni setiap harinya.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat dan berbakti kepada ibunya. Dia juga terkenal sebagai orang yang taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali berpuasa. 

Bila malam telah tiba, dia selalu berdoa dan memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya perasaan Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru saja datang dari Madinah. Mereka telah dapat bertemu dengan Nabi Muhammad, sedangkan dia sendiri belum pernah sekalipun berjumpa dengan Rasulullah.

Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat luka dan giginya patah telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera saat itu juga Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai rasa ungkapan cintanya kepada Nabi Muhammmad SAW, sekalipun dia belum pernah bertemu dengan beliau.

Hari demi hari terus berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw sudah semakin mendalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia akan dapat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dan memandangi wajah beliau dari dekat? Ia sangat rindu sekali ingin mendengar suara Rasulullah, sebuah kerinduan karena iman.

Akan tetapi bukankah dia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta, buta, dan juga lumpuh? Bagaimana mungkin dia tega untuk meninggalkan ibunya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu merasa bimbang dan gelisah memikirkannya . Siang dan malam pikirannya selalu diliputi oleh perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad SAW.

Akhirnya, kerinduan kepada Rasulullah yang selama ini dipendamnya sudah tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya. Dia mengeluarkan seluruh isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar dia diperkenankan untuk pergi menemui Rasulullah di Madinah.

Ibu Uwais Al-Qarni merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya itu. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai anakku! Temuilah Rasulullah di rumahnya. Dan bila engkau telah berjumpa dengannya, maka segeralah engkau kembali pulang menemui ibumu.”

Betapa sangat gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Dia pun segera berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa untuk menyiapkan segala keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya. Dia juga berpesan kepada tetangganya agar membantu mengawasi dan menemani ibunya selama dia pergi. Sesudah berpamitan, sembari mencium ibunya maka berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju ke Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi Menuju ke Madinah.

Setelah menempuh perjalanan yang jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai dikota madinah. Segera dia mencari rumah nabi Muhammad SAW. Setelah ia dapat menemukan rumah Nabi, maka diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam.

Tak lama kemudian keluarlah seseorang seraya membalas salamnya.

Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan tentang Nabi SAW yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi sedang tidak ada dirumahnya. Beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni pada saat itu hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw.

Betapa sedih dan kecewanya hati Uwais ketika itu. Dari jauh ia sudah rela datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, akan tetapi ketika itu Nabi SAW tidak dapat dijumpainya.

Didalam hati Uwais Al-Qarni bergejolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW pulang dari medan perang. Tapi kapankah Nabi akan pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan dari ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat-cepat pulang ke Yaman. “Engkau harus lekas pulang”. Demikian masih terngiang pesan ibunya.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, maka pesan dari ibunya dapat mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena tidak mungkin menunggu Nabi SAW, maka Uwais Al-Qarni pun pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkah kakinya dengan perasaan amat sedih.

Setelah itu, peperangan kaum muslimin dengan pihak kafir pun akhirnya usai, dan Nabi SAW telah bergerak pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi SAW menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang seorang pemuda yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni itu adalah pemuda yang taat kepada ibunya, dia adalah penghuni langit!

Mendengar perkataan Nabi SAW itu, Siti Aisyah ra dan para sahabat pun tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada seorang pemuda yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan, sehingga dia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Nabi Muhammad saw kemudian melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, si penghuni langit itu kepada para sahabatnya: “Kalau kalian ingin berjumpa dengannya, maka perhatikanlah ciri-cirinya, yaitu dia mempunyai sebuah tanda putih ditengah telapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi SAW memandang ke arah Ali ra dan Umar ra seraya berkata: “suatu ketika apabila kalian bertemu dengannya, maka mintalah doa dan istighfarnya. Doanya sangat makbul, karena sesungguhnya dia adalah 'penghuni langit', bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi SAW pun kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar telah digantikan oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat pada sabda Nabi SAW tentang Uwais Al-Qarni, si 'penghuni langit'. Beliau juga segera mengingatkan kembali sabda Nabi SAW itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra.

Sejak saat itu, setiap ada kafilah yang lewat dan datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni.

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam datang silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut serta bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra segera mendatangi mereka, dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.

Rombongan kafilah itu kemudian mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni memang ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta milik mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra pun segera pergi untuk menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberikan salam. Tapi rupanya ketika itu Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra, sambil mendekati kedua sahabat Nabi SAW itu dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Sewaktu berjabatan tangan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangannya Uwais. Dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais tersebut (seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi SAW).

Dan ternyata memang benar! Tampaklah sebuah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni ketika itu tampak seakan bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra kemudian menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais itu, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka itu kemudian diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah wafat. Itulah sebabnya, ketika itu Uwais dapat turut serta pergi bersama rombongan kafilah dagang itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais mau membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais awalnya enggan dan berkata kepada Khalifah, “Saya-lah yang seharusnya meminta doa kepada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais itu, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk memohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat Rasulullah ini, Uwais Al-Qarni akhirnya bersedia mengangkat tangannya untuk berdoa dan membacakan istighfar.

Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang kas negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera Uwais menampik dengan berkata, “Saya mohon dengan sangat, agar supaya cukup pada hari ini saja diri saya diketahui oleh orang lain. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba Allah yang fakir ini tidak diketahui oleh orang lain lagi.”

Fenomena Yang Terjadi Ketika Uwais Al-Qarni Wafat.

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni pun berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak saja orang-orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada saja orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. 

Demikian pula ketika penduduk setempat hendak pergi menggali kuburannya, disana ternyata sudah hadir orang-orang tidak dikenal yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk ikut mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan penduduk dan masyarakat kota Yaman. Saat itu banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. 

Sedemikian banyaknya orang-orang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal semasa hidupnya Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak pernah dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka kemudian saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tidak memiliki apa-apa, yang pekerjaan sehari-harinya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta?

Tetapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal sebelumnya. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka itu adalah para malaikat yang diturunkan Allah ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita tentang meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru pada saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni.

Selama ini tidak ada orang pun yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni itu, disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah pada hari wafatnya mereka mengetahui dan mendengar tentang dirinya, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Yunita
Yunita Saya seorang ibu rumah tangga yang gemar menulis.

Post a Comment for "Kisah Uwais Al-Qarni Menggendong Ibunya Dari Yaman Ke Mekah (Tabi'in Terbaik)"