Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Elsa, Adikku Sayang Adikku Malang (Cerpen)

Siang itu waktu sudah menunjukan pukul 14.30.

Dalam suatu seminar tampak seorang wanita berumur sekitar 29 tahun sedang berbicara dengan penuh semangat diatas podium. Dari materi pembicaraa jelas sekali wanita ini sangat fasih dan menguasai dibidangnya.

Sinta nama wanita itu, dia adalah pimpinan dari sebuah perusahaan dibidang kontraktor ternama.

Sebenarnya perusahaan itu dulu milik ayahnya, suatu saat ayahnya terkena sakit parah. Sebelum meninggal, ayahnya berwasiat supaya perusahaan dia kelola sepenuhnya , karena ayahnya melihat sintalah yg paling pantas untuk meneruskan perusahaan milik keluarga itu.

Sinta jauh lebih ambisius dibandingkan dengan adiknya elsa.
Karakter itu sudah tampak jelas sejak masa sekolah, sinta pekerjaannya hanya belajar dan berkutat pada buku.

Romantika masa muda sebagaimana kebanyakan anak-anak remaja seolah tidak berlaku baginya. Hari-harinya hanya sibuk dengan berbagai kegiatan OSIS, lomba ilmiah dan berbagai aktifitas lainnya.

Sampai pada masa kuliah sinta sangat dikenal sebagai mahasiswi yg berprestasi. Berbagai piala dan piagam penghargaan dari bermacam-macam lomba dan even telah diraihnya. Prestasinya terus berlanjut sampai tamat kuliah.

Karena prestasinya yang sangat luar biasa itulah, akhirnya ayahnya mempercayakan perusahaan miliknya ke tangan sinta. Dan memang terbukti perusahaan itu bisa maju pesat ditangannya.

ELSA, ADIKKU SAYANG ADIKKU MALANG (Cerpen)

Adik sinta bernama elsa.

Dibandingkan dengan kakaknya, elsanya ini karakternya bagaikan langit dan bumi.

Sifatnya yang ceria, manja dan supel.
Bila sedang berbicara bukan hanya mulutnya saja yang bergerak, tapi tangan dan irama tubuhnya seakan juga ikut berbicara.
Seolah-olah mulut saja tidak cukup untuk menyampaikan apa isi hati dan isi kepalanya.
Pecicilan istilah kata anak muda sekarang.
Elsa berumur sekitar 26 tahun.
Dia sedang diruang tamu menyelesaikan tugas tahap akhir studi S2nya

Tiba-tiba datang seorang laki-laki mengetuk pintu.
"Maaf, mbak sintanya ada"? tanya laki-laki itu.
"Oh iya ada mas, itu dia sedang ada dalam" jawab elsa agak malu-malu.

Pria itu bernama herman, partner bisnis perusahaan sinta.
Dia datang untuk mendiskusikan proyek yang baru saja dimenangkan tendernya oleh sinta.
Tak lama kemudian sinta keluar dari dalam ruangan, "eh kamu rupanya man, ayo silahkan masuk" sahut sinta.

Elsa segera beranjak ke arah kamarnya, berjalan pelan dengan sudut mata sedikit melirik ke arah herman.

"Bagaimana man?" izin proyek itu udah tembus" tanya sinta.
"Udah sin, beres,,..aman,,,,tinggal dilanjut aja" sahut herman.
Herman adalah seorang pengusaha muda yang baru bergerak dibidang yang sama dengan sinta.

Sudah sekitar setahun dia menjalin hubungan kerjasama dengan sinta. Telah beberapa proyek yang mereka kerjakan, semuanya sukses.

Herman kagum dengan tangan dingin sinta, dia wanita yang sangat perfeksionis. Dalam soal pekerjaannya, bisa dibilang sinta sudah mencapai tingkat expert, hampir mendekati sempurna. Oleh karena itulah herman suka dan cocok bekerja sama dengannya.
Sebenarnya diam-diam herman ada menaruh hati kepada sinta.

Dia mengagumi kemandirian sinta, tapi justru kekaguman itu pula yang membuat hatinya bimbang. Sinta terlalu superior, wanita karir yang sukses. Rasanya sinta terlalu 'tinggi' bagi dia.

Hal lain yang menyurutkan hatinya, herman melihat sinta sepertinya tidak pernah memikirkan soal laki-laki.

Sinta selalu hanya sibuk dengan pekerjaannya, seolah-olah pekerjaan itulah 'kekasih'nya. Oleh karena itu herman hanya bisa menyimpan dalam-dalam perasaannya itu.
Mundur teratur.
Tapi dalam hubungan pekerjaan mereka berdua tetap kompak, profesional.
Setahun kemudian, Sinta semakin banyak memenangkan tender proyek. Herman semakin sering berdiskusi masalah pekerjaan kerumah sinta. Yang paling bergembira tiap herman datang kerumah adalah elsa, ternyata dia telah kepincut sejak pertama kali herman datang kerumahnya dulu.

Wajar saja elsa suka kepada herman, karena herman termasuk laki-laki yang berwajah tampan, cara berbicaranya sopan dan teratur, sebuah profil yang cukup menarik bagi seorang wanita.
Suatu hari, herman datang lagi membicarakan masalah proyek ke rumah sinta. Tiba-tiba saja elsa langsung lari berhamburan keluar kamarnya, padahal baru terdengar suara mobil yang datang dan herman pun belum turun dari mobilnya.

Melihat tingkah adiknya itu, sinta heran dan bertanya,
"lo kenapa sih elsa??, aneh banget! "
"Gak ada apa-apa kok kak, biasa aja" jawab elsa, singkat.
Kebetulan saat itu sedang ada tamu berkumpul diruang tamu, ada paman dan bibi sinta yang datang dari kampung.

Paman sinta kemudian menimpali : "Sinta,,,,,, masa kamu tidak paham sih? dari gelagatnya itu tandanya adikmu sedang jatuh cinta sama laki-laki itu,,,,"

"om aja yang sudah tua bisa tau, masa kamu yang masih muda gak tau,,,,,?"
"benerkan kamu sedang jatuh cinta nduk,,,?" Tanya pamannya kepada elsa.
"Aaah gak kook,,, biasa ajah!", sahut elsa dengan wajah memerah sambil beranjak cepat kembali lagi ke kamarnya.
Paman dan bibinya pun tersenyum, sinta hanya diam. Ibunya mencoba memaksakan diri untuk tersenyum, sesekali dia pandangi anak sulungnya itu, pada air mukanya tersimpan ada seribu makna kegundahan hati.
Sinta akhir-akhir ini mulai sering ditanya oleh ibunya tentang bagaimana dengan masalah jodohnya.

Sinta hanya menjawab, "nanti saja bu, sekarang sinta sedang banyak proyek, sibuk". Liat bagaimana nanti aja", tegasnya.
Paman, bibi dan kerabatnya sudah sering menyodorkan calon suami untuk sinta, tapi sinta hanya menanggapinya dengan dingin, "nanti saja pak de, buk de, jodoh toh gak akan kemana", jawaban klasik.
Karena sering bertemu dirumah itu, herman dan elsa akhirnya menjadi semakin akrab.

Lama kelamaan herman merasa nyaman dengan keceriaan dan kemanjaan elsa. Telah tumbuh perasaan cinta kepada adik atasannya itu. Rasa kasing sayang telah terjalin erat diantara mereka berdua, walaupun kata-kata tidak pernah terucap, tapi rasa itulah yang jauh lebih berbicara.
Suatu hari herman mengajak elsa liburan dan jalan-jalan ke Yogya, pergi berkunjung ke rumah kerabat dan keluarganya. Saat sedang jalan berdua di malioboro, herman akhirnya berterus terang mengutarakan isi hatinya, dan bila elsa mau menerimanya, herman pun akan memasangkan cincin ke jari manisnya.
Elsa sama sekali tidak punya alasan untuk menolak. Hatinya berbunga-bunga. Hari itu seolah tidak ada lagi yang lebih indah baginya selain dari tiga patah kata yang telah diucapkan herman itu.
Enam bulan kemudian herman dan elsa bertunangan.
Lain pula halnya dengan sinta, akhir-akhir ini sikapnya agak berubah, tidak aktif seperti dulu lagi. Lebih banyak bermenung diri dikamar. Entah kenapa dia mulai merasa ada suatu perasaan ganjil yang menghinggapi hatinya.

Dia seperti kesepian.

Tapi dia bingung dan tidak tahu harus memulai darimana. Dia tidak terbiasa menjalin hubungan khusus dengan seorang laki-laki. Sedangkan desakan dari ibu dan adiknya semakin kuat menyuruh supaya dia segera menikah. Bagaimanapun elsa tidak mau melangkahi kakaknya, tidak sampai hatinya. Karena dia sangat menjaga perasaan kakaknya itu.
"Apakah yang harus kulakukan??"
"Huuhhh,,,,,!"

Keluh sinta menarik nafas panjang, nafasnya terasa berat, merebahkan diri sambil menatap ke langit-langit kamarnya. Tiba-tiba air matanya berlinang dan mengalir dengan deras.

Barulah terasa sekarang baginya, apa yg terlalu dikejar-kejarnya selama ini tidaklah mendatangkan kebahagiaan. Dulu dia sangat terobsesi dan berambisi sekali ingin menjadi wanita karir yang sukses.
Tapi sekarang, apakah yang dia dapatkan dari semua keberhasilan itu?
Dengan membabi buta mengorbankan waktu dan segalanya!
Sekarang apakah yang dia dapatkan??

Paling-paling ucapan orang hanya sebatas pujian,
"Waaah, sinta sudah sukses ya",
"wah sinta hebat ya",
"sinta sudah ini ya, sudah itu ya,,,,,,,"

Tapi semua ucapan itu hanya BERHENTI sampai ujung dimulut saja, buat apa,,,,???!
Kenyatannya aku tidak pernah merasa bahagia!
Aku tidak butuh semua pujian-pujian itu,,,,!!!
Kesuksesan yang telah mati-matian kuraih, malah membuatku semakin sulit menjalin hubungan. Aku menjadi terlalu kaku, sedangkan umurku terus bertambah.
Laki-laki yang melihat status, prestasi dan jabatanku pun sepertinya merasa minder dekat denganku.
Selain itu umurku juga sudah masuk kepala tiga,
makin sulit saja rasanya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Baca juga : Samsul (Cerpen)

Suatu malam, sepulang dari bekerja, tiba-tiba elsa jatuh pingsan.

Dokter keluarga pun segera datang. Setelah diperiksa, dokter menyarankan supaya elsa segera dibawa kerumah sakit, agar bisa di diagnosa lebih mendalam. Akhirnya elsa dirujuk ke rumah sakit cipto, setelah pemeriksaan intensif, hasilnya elsa di vonis menderita tumor otak ganas.
Elsa dirawat tetap di sebuah ruangan kelas VVIP rumah sakit Cipto.

Sudah berjalan tiga bulan dia dirawat, tapi kondisinya belum juga membaik. Herman, sinta, dan ibunya rutin bergantian untuk menjaga elsa. Terapi rutin kemoterapi itu sangat menyiksa elsa, rambutnya mulai kelihatan menipis, badannya mulai kurus.

Karena dirawat tetap, elsa terpaksa cuti dari pekerjaannya, untuk sementara semua tugasnya di handle oleh kakaknya sinta dan herman.
Enam bulan perawatan.
Kondisi elsa makin memburuk.
Selang oksigen makin sering terpasang di hidungnya. Kemoterapi itu benar-benar merontokkan rambutnya. Tersisa hanya beberapa helai rambut, badannya makin kurus, kalau berbicara semakin sulit dan sesak. Ibunya tidak henti-hentinya menitikkan air mata melihat kondisi anaknya.


Sinta sudah jauh berubah sejak elsa jatuh sakit.
Dia jadi lebih lembut penyayang dan perhatian. Baru dia sadari bahwa ada harta yang jauh lebih berharga daripada gelimang kesuksesan materi. Baru dia sadari, perasaan kasih dan sayang itu tidak dapat dibeli dan diberikan oleh harta!
Harta yang paling berharga itu adalah keluarga!
8 bulan perawatan kondisi elsa semakin menurun.
Sering muntah-muntah, pandangan matanya mulai layu, efek kemoterapi itu bahkan membuat dia lupa akan keluarganya, sinta herman dan ibunya, bahkan dia sampai lupa dengan namanya sendiri!.

Melihat penderitaan elsa itu, sinta dan ibunya sudah tak mampu berkata apa-apa lagi, mereka hanya bisa menangis,,,,,,,,,
Herman masih tetap setia menjaga elsa walau bagaimanapun keadaannya, sambil mengecup kening kekasihnya itu, herman berbisik pelan dengan suara, bibir dan tubuh yg bergetar :

"cepatlah sembuh ya sayang,,,,,,"
"supaya dapat kita jelang hari kebahagiaan kita",
"hari pernikahan kita.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,".
10 bulan perawatan kondisi elsa makin kritis.
Dia sudah mulai sering pingsan. Dokter memvonis elsa sudah tidak bisa tertolong lagi, hanya menunggu waktu saja.

Suatu malam disaat kondisinya makin kritis, tiba-tiba elsa memanggil ibunya, sinta dan herman. Nafasnya sudah tinggal satu-satu, nampak sekali ada yang ingin diucapkannya dengan amat pengharapan. Diujung nafasnya, dia masih berusaha untuk berkata :
" Ibu,,,,,,,,,,,,, mohon maafkanlah semua kesalahan elsa ya bu, elsa ingin beristirahat, ayah sudah sedang menanti elsa disana,
sungguh tempat itu luar biasa indah bu,,,,,,,
indah sekali,,,,,,,,,,
"Kak sinta, bang herman, sebelumnya elsa mohon maaf atas semua kesalahan-kesalahan elsa sama kakak dan bang herman".
"kakak, abang,,,,,,"
"tiba-tiba sesaat nafas elsa tersengal-sengal, tampak kepayahan sekali, tapi elsa terus berusaha untuk bisa berkata.
"ada satu permintaan sebelum elsa pergi, mohon abang herman dan kak sinta jangan menolaknya,,,,,,,,,,,,,,"
Sinta dan herman saling berpandangan, kemudian bertanya,
"permintaan apa itu elsa?"
"Elsa minta mohon, kak sinta dan abang herman menikahlah,,,,,,,,"
" Elsa ingin abang dan kakak berbahagia,,,,,,,"

Tiba pecah tangis herman dan sinta, sambil dua-duanya berkata :
"mohon jangan ngomong kayak gitu deeeeek, kamu pasti akan sembuh,,,,,,,,,,,,,,," jawab herman dan sinta.
"Gak kak, abang,,,,,,,"
"elsa sudah mau beristirahat, semoga kalian berdua berbahagia, jangan lupa urus ibu dimasa tuanya,,,,,,,"
"maafkan elsa ibu, kak sinta, bang herman,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,"
Tiba-tiba tubuh ringkih itu diam tak bergerak dan kepalanya terkulai lemah, wajahnya tampak tenang dengan sedikit senyum yang tersungging di bibirnya.
Elsa telah meninggalkan wasiat bagi kakak, herman dan ibunya.
Elsa telah berpulang dengan tenang ke pangkuanNya.
Berbahagia di sisiNya,,,,,,,,,,,

Baca juga : CACAT (Cerpen)

Original cerpen by : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

Post a Comment for "Elsa, Adikku Sayang Adikku Malang (Cerpen)"