Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Runtuhnya Era Penjahit Tailor dan Berganti Menjadi Usaha Permak Pakaian/Jeans/Levis

Assalamualaikum.

Hai teman-teman semua.

Pada tulisan kali ini saya ingin mengulas tentang salah satu bidang usaha warisan keluarga saya.

Yup!
Penjahit tailor merupakan profesi keluarga besar saya, diwarisi secara turun temurun sejak zaman kakek buyut kami dahulu. Dan saya adalah generasi terakhir yang sempat menjalani profesi ini, sebelum beralih menjadi pedagang pada awal tahun 2002.

Mungkin ada diantara teman-teman yang bertanya : "kenapa bang izal tidak meneruskan profesi warisan keluarga tersebut?"

Nanti saja sekalian saya ceritakan dibawah ya.

Sekarang akan kita bahas terlebih dahulu tentang pengertian penjahit tailor.

Penjahit tailor adalah sebuah profesi yang lebih ekslusif dibandingkan garmen atau konveksi. Jika pada garmen dan konveksi pangsa pasar (pendistribusiannya) untuk mall dan supermarket, maka pada penjahit tailor (umumnya) hanya menerima pesanan secara orang perorangan.

Maksudnya begini :

Kalau pada garmen dan konveksi itu, mereka memproduksi pakaian jadi secara massal. Pola dan ukurannya dibuat 'pukul rata/general' berdasarkan perkiraan ukuran umum. Ukurannya dibagi-bagi menjadi S untuk ukuran paling kecil, M ukuran agak besar, L ukuran besar, dan XL untuk ukuran lebih besar.

Kelemahan utama produk garmen dan konveksi adalah : potongan pola dan jahitannya tidak dibuat secara mendetail dan serapi mungkin. Prinsip mereka yang penting produksi berjalan cepat dan produknya bisa dijual dengan harga murah

Sehingga potongan, rancangan pola, hingga kerapatan jahitannya masih 'kasar'. Maksudnya rancangan potongan polanya tidak teliti, dan jahitannya jarang-jarang.

Jadi pembeli pakaian yang mendapatkan produk hasil produksi garmen/konveksi di mall dan supermarket, sifatnya untung-untungan. Ukuran dan desainnya tidak selalu pas dengan potongan tubuh kita.

Kalau ukurannya kebetulan pas, berarti anda sedang beruntung. Tapi kalau tidak pas, berarti harus diperbaiki kembali sampai ukurannya pas, sesuai dan enak dipakai oleh kita. Dari situlah akhirnya muncul peluang usaha tukang permak pakaian/jeans/levis yang akan saya bahas lebih mendalam nanti dibawah. 

Nah, pada penjahit tailor dalam pengerjaannya benar-benar ekslusif sesuai pesanan. Prosesnya benar-benar mendetail mulai dari mengukur postur tubuh, merancang mode yang di inginkan, hingga mencari kualitas bahan yang diminta oleh si pemesan.

Singkatnya penjahit tailor ini adalah profesi yang khusus menerima dan mengerjakan pakaian formal dan semi-formal (seperti setelan jas, kemeja, celana bahan, dan lain-lain).

Jadi penjahit tailor ini benar-benar menjaga mutu dan jaminan sesuai seperti yang diminta oleh pemesan. Penjahit spesialis! Oleh karena itulah banderol harga jasa/tarif penjahit tailor jauh lebih tinggi dari pada tarif jahitan hasil garmen atau konveksi.

Namun karena faktor spesialisasi inilah yang membuat 'runtuh' dan berakhirnya era penjahit tailor, kemudian berganti menjadi usaha permak pakaian/jeans/levis.

RUNTUHNYA ERA PENJAHIT TAILOR, KEMUDIAN BERTRANSFORMASI MENJADI USAHA PERMAK  PAKAIAN/JEANS/LEVIS

Apa penyebab keruntuhannya?

Mari kita flashback sejenak kebelakang, yaitu pada era tahun 50an - 80an silam.

Era tahun 50an hingga tahun 70an adalah masa-masa keemasan profesi penjahit tailor.

Saat itu disetiap pasar tradisional ataupun disepanjang jalan-jalan strategis pasti akan mudah ditemukan orang yang menjalani profesi ini. Salah satu dari sekian banyak orang itu adalah kakek saya (pada era tahun 60-70an), dan kemudian digantikan oleh ayah saya (era tahun 80an - sekarang).

Pada era tahun 50an hingga 70an, orang-orang masih lazim menggunakan pakaian semi formal bergaya necis dan rapi. Yaitu setelan celana bahan dan baju kemeja. Cobalah teman-teman lihat foto kakek kita dimasa mudanya dulu, pasti gaya pakaiannya seperti itu. Lengkap dengan potongan sisiran rambut belah pinggir klimis yang hitam pekat mengkilat karena diberi minyak rambut Lavender.

Ganteng beud dah! ☺

Orang-orang dulu memang necis dan punya selera tinggi dalam hal bergaya. hehehe ☺☺☺

Jadi karena pakaian semi formal menjadi trend anak-anak muda ketika itu, sehingga wajar kalau saat itu menjadi masa kejayaan penjahit tailor. Selain itu, pada tahun 50an - 70an itu sangat jarang sekali ada mall dan supermarket, yang notabene biasanya menjadi tempat pusat penjualan pakaian santai (kasual) seperti baju kaos dan celana jeans. Kalaupun ada, hanya tersedia dipusat kota-kota besar seperti dijakarta. Jumlahnya pun masih bisa dihitung dengan jari.

Artikel rekomendasi : USAHA JASA OBRAS DAN TOKO ALAT JAHIT

Kejayaan penjahit tailor mulai meluntur ketika memasuki era tahun 80an. Pada saat itu mulai banyak anak-anak muda yang beralih mengenakan setelan pakaian bergaya kasual (santai). 

Gaya pakaian yang sedang nge-hits pada saat era tahun 80an itu adalah baju kaos oblong (bagian lengan digulung hingga bahu), dipadu dengan celana jeans model baggy (bagian bawahnya sangat pas sekali dengan ukuran mata kaki).

Saking sempitnya, sehinggga ketika ingin memakai celana tersebut, kaki harus dipasang plastik kresek dulu. Maksudnya supaya licin sehingga bagian bawah celananya bisa masuk/melewati tumit.

Kok saya bisa tahu?

Ya tahu doooong!

Lha wong saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri (waktu masih SD, sekitar tahun 1987) dikota pekanbaru dulu.

Ketika itu ada tetangga saya (dia sudah SMA) yang sedang kerepotan setengah mati memakai celananya. Penyebabnya karena saking kecilnya ukuran dibagian bawah celananya itu. Hehehe ☺

Oke, back to topic!

Pudarnya kejayaan penjahit tailor juga semakin bertambah karena banyaknya bermunculan mall dan supermarket baru di kota-kota besar. Efeknya membuat semakin subur bermunculan usaha garmen dan konveksi baru. Penyebabnya berbanding lurus dengan pertambahan mall dan supermarket tersebut.

Seperti sama-sama kita ketahui, antara mall/supermarket dan garmen/konveksi adalah dua bidang usaha yang tidak mungkin bisa terpisahkan. Antara keduanya terjalin hubungan mutualis simbiosisme. Mall membutuhkan banyak pakaian jadi dengan harga murah, sedangkan garmen/konveksi membutuhkan mall sebagai lahan/pangsa pasar potensial untuk mendistribusikan produknya.

Sehingga jika semakin banyak bermunculan mall, maka pasti akan semakin banyak pula bermunculan garmen dan konveksi.

Artinya apa?

Memasuki penghujung era tahun 80an lengkaplah sudah akhir dari masa kejayaan penjahit tailor. 

Penyebab utamanya gabungan antara 'trilogi' :

-pergeseran mode gaya berpakaian anak-anak muda (dari gaya semi-formal ke gaya pakaian santai/kasual).

-semakin banyak berdiri mall/supermarket yang menjual pakaian jadi dengan harga murah.

-semakin menjamurnya garmen dan konveksi.

Lengkaplah sudah senjakala penjahit tailor.

Penjahit tailor semakin memasuki masa 'mati suri' di era tahun 90an. Nah, pada tahun 90an inilah saya mulai belajar menjahit kepada ayah saya. Tepatnya saya mulai belajar menjahit pada tahun 1993. Pada saat itu saya masih duduk dibangku kelas 3 SMP.

Sebagai sebuah profesi warisan keluarga, saya 'diwajibkan' oleh ayah harus bisa menguasai ilmu menjahit tersebut. Dan memang akhirnya ilmu menjahit tersebut bisa saya kuasai.

Pada tahun 1998 (setelah lulus SMA) saya mulai bekerja menjadi tukang jahit tailor. Diantaranya bekerja di usaha tailor milik paman saya, setelah itu pernah juga bekerja di beberapa usaha tailor milik orang lain. 

Tetapi,,,,, setelah lama saya amati dan renungkan, memasuki tahun 2000an itu saya lihat semakin jelas saja tanda-tanda telah berakhirnya masa kejayaan penjahit tailor. Banyak saya lihat dan dengar penjahit tailor yang mengeluh karena semakin sepi orderan. Sebagian besar dari mereka akhirnya memilih menutup usahanya dan beralih menempuh usaha lain. Sebagiannya lagi bertransformasi dengan membuka usaha permak pakaian, diantaranya paman saya sendiri dan mantan bos tailor saya tersebut.

Dan saya sendiri akhirnya memutuskan untuk mulai belajar menjadi pedagang.

Tempat perantauan saya pertama kali adalah kota Pandeglang Banten. Kisahnya telah pernah saya tulis lengkap sekali di artikel ini : CATATAN PERJALANAN USAHAKU Bagian 2 (Jualan kaset VCD di Pandeglang)

Tapi kebanyakan, diantara penjahit tailor tersebut lebih memilih bertransformasi menjadi usaha permak pakaian.

Apa sebabnya mereka beralih membuka permak pakaian?

Teman-teman masih ingatkan 'kan dengan ulasan saya pada pembukaan artikel diatas?

Bahwa pakaian jadi hasil produksi garmen dan konveksi amat jarang yang benar-benar langsung cocok dipakai oleh kita.

Kalaupun ada yang ukurannya benar-benar pas, berarti anda sedang beruntung.

Tapi dari 100 pembeli, paling-paling hanya 5 orang saja yang benar-benar pas ukurannya. Sisa 95 orang lainnya, pasti akan ada bagian dari pakaian tersebut yang tidak pas dengan potongan tubuhnya. Paling tidak, pasti ukuran celananya kepanjangan, sehingga mesti dipotong dulu ke tukang permak pakaian/jeans/levis.

Peluang tersebutlah yang dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para penjahit tailor, yaitu dengan beralih menjadi tukang servis pakaian/jeans/levis.

Usaha permak pakaian ini cukup menjanjikan lho teman-teman, buktinya paman saya sendiri yang dahulunya penjahit tailor akhirnya beralih menjadi penjahit permak pakaian dan jeans. 

Kenapa saya katakan menjanjikan?

Coba teman-teman bayangkan, berapa banyak orang yang membeli pakaian jadi di mall/supermarket setiap momen bulan puasa dan menjelang lebaran?

Jumlahnya bejibun!

Selama bulan puasa, kita asumsikan didaerah sekitar usaha kita ada 10.000 orang yang membeli pakaian jadi, dan 95% diantaranya ternyata ukurannya tidak pas. Jadi ada 9.500 orang yang akan mem-permak pakaiannya.

Nah kita anggaplah ada sekitar 10 usaha tukang permak didaerah kita.

Jadi 9.500 pakaian itu dibagi 10. Artinya apa? artinya ada peluang masing-masing tukang permak untuk mendapatkan 950 pcs orderan servis pakaian.

Biaya jasa servis/permak untuk memotong bagian bawah celana saja, setahu saya pada saat ini sekitar Rp.7.000. Biaya jasa permak mengecilkan ukuran pinggang celana sekitar Rp.15.000 - 20.000 (tergantung kerumitannya). Biaya ganti resleting jeans sekitar Rp. 13.000. Dan banyak lagi bagian permak lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan biayanya satu persatu.

Lumayan 'kan teman-teman? Bangeeeet! ☺

Coba kita hitung perkiraan penghasilan kasarnya selama bulan puasa tersebut. Kalau kita hitung 950 pcs pakaian dibagi 30 hari, berarti ada masuk sekitar 31 buah permak pakaian setiap harinya. Nah karena tarifnya berbeda-beda antara potong kaki, pasang resleting, mengecilkan pinggang, dan lain-lain, maka kita ambil tarif gabungan rata-ratanya saja. Yaitu Rp.15.000 per pakaian.   

Jadi Rp. 15.000 x 31 pcs = Rp.465.000 pendapatan perhari.
Rp.465.000 x 30 hari = 13.950.000 pendapatan kotor perbulan.

Karena usaha permak ini adalah termasuk bidang jasa, maka persentase keuntungannya terbilang besar teman-teman. Keuntungan bersihnya bisa mencapai 75%, karena usaha ini lebih banyak menjual keahlian dan tenaga.

Paling-paling modal materi (baca : uang) yang terpakai hanya berupa benang, resleting dan listrik yang besarnya tidak seberapa. Jadi pada penghasilan kotor 13 juta lebih diatas, seorang tukang permak pakaian bisa mengantungi keuntungan bersih 10 jutaan dalam sebulan puasa tersebut.

Gimana teman-teman? Peluang yang cukup menjanjikan bukan? ☺

(Catatan : tarif diatas bukan tarif baku, karena besaran tarif antara tukang permak satu dengan lainnya bisa berbeda-beda, dipengaruhi oleh lokasi dan biaya sewa tempat tukang permak tersebut. Begitu juga dengan jumlah orderan permak, bisa jadi ada dilokasi lain yang jumlah orderannya jauh lebih banyak daripada yang saya cantumkan diatas)

Maka tidaklah mengherankan jika dari hasil usaha permak pakaian/jeans/levis ini, paman saya bisa membeli sebidang tanah seluas 100 meter persegi dan membangun rumah cukup permanen diatasnya. Itulah hasil kristalisasi keringat paman saya dalam membuka usaha permak pakaian. Tempat usahanya berlokasi didaerah Pasar Palsi Gunung Cimanggis Depok. Beliau mulai membuka usahanya sejak awal tahun 2000an. 

"Apa kelemahan usaha permak levis ini bang izal?"

Pertanyaan bagus!

Kalau ada sisi kelebihan, tentu juga ada sisi kelemahannya. Begitu pula dengan usaha permak levis ini. Kelemahan yang paling utama sekali adalah sangat minimnya saat ini sumber daya manusia dibidang jahit-menjahit ini. Sehingga jika dikelola sendirian, kita akan kewalahan, apalagi ketika banjir orderan di momen bulan puasa dan menjelang lebaran.

Ada sebagian tukang permak pakaian/jeans/levis yang terpaksa menolak orderan ketika sudah dekat waktunya lebaran. Mereka khawatir nanti tidak bisa menyelesaikannya, sehingga membuat para pelanggan kecewa.

Saat ini memang terbilang cukup jarang ada anak muda yang mau belajar menjahit, penyebabnya mungkin karena telah terlanjur tertanam image di fikirannya bahwa usaha penjahit telah 'mati'. Padahal itu tidaklah sepenuhnya benar, memang betul tukang jahit tailor telah 'mati suri', tapi toh tetap ada peluang lain dibidang yang sama dan masih menjanjikan prospeknya, contohnya usaha permak pakaian ini. 

Jadi buat anak-anak muda yang kebetulan sedang menganggur karena sulitnya mendapatkan pekerjaan (setiap melamar selalu belum beruntung/ditolak), maka usaha permak pakaian ini adalah salah satu alternatif peluang usaha yang cukup menjanjikan.

"Pengen sih belajar menjahit bang izal, tapi saya bukan dari kalangan keluarga penjahit. Lantas, kira-kira kemana tempat belajar paling tepat?"

Hmmmh,,,, saya punya 2 solusi, yaitu :

#1. Jika teman-teman punya cukup biaya, maka belajarlah ke tempat kursus-kursus menjahit. Salah satu tempat kursus menjahit terkenal dan telah punya reputasi adalah kursus menjahit Juliana Jaya.

Cobalah teman-teman jalani belajar disitu, minimal sampai tahu dasar-dasar cara menjahit. Karena untuk membuka usaha permak pakaian/jeans/levis, kita tidaklah dituntut mesti harus ahli layaknya penjahit tailor.

Untuk membuka usaha permak pakaian/jeans/levis, jika kita sudah menguasai cara mengganti resleting, cara memperkecil/memperbesar pinggang, cara memotong bagian bawah kaki celana, dan lain-lain, maka skill tersebut sudah cukup sebagai modal untuk membuka usaha permak pakaian/jeans/levis. 

#2. Namun jika teman-teman tidak punya biaya berlebih untuk belajar kursus menjahit, masih ada cara alternatif, yaitu dengan cara menjadi karyawan sementara pada usaha permak levis orang lain. Kita bekerja sambil menimba ilmu di tempat permak pakaian tersebut. Sampai nanti ilmunya sudah cukup kita dapatkan, nah barulah kita mulai untuk buka usaha secara mandiri.

Rekomendasi artikel : BEBERAPA JENIS USAHA MODAL KECIL DENGAN KEUNTUNGAN BESAR YANG PATUT ANDA COBA

"Nah, ilmu sudah kita dapatkan nih bang izal,,,, tapi modal untuk membuka usahanya masih belum cukup nih, gimana donk, ada solusi lagi nggak?"  ☺☺☺

Walaaaaah kok kagak abis-abis sih masalahnye?  Wkwkwkwkwk 😕😕😕

Baiklah,,,, kalau kondisinya seperti itu, masih ada jalan keluarnya kok,,, asalkan kita punya tekad kuat dan mau bekerja keras. Caranya yaitu dengan menjadi tukang permak pakaian/jeans/levis keliling. Saya yakin pasti teman-teman pernah melihat usaha kreatif yang satu ini. Modalnya hanya sebuah gerobak gowes yang dirancang sedemikian rupa dan berisi mesin jahit didalamnya.

Usaha kreatif ini rezekinya ada saja lho teman-teman, saya sering melihat usaha permak keliling ini pasti ada saja orang yang menggunakan jasanya. Nah, permak keliling ini dapat teman-teman tempuh sebagai sarana batu loncatan untuk mengumpulkan modal. Nanti kalau modalnya sudah cukup terkumpul, barulah kita buka kios permak pakaian. Jadi usahanya sudah menetap, tidak keliling lagi. hehehe ☺

Demikianlah, selama ada kemauan kuat, tidak ada yang mustahil, pasti akan selalu ada jalannya!

Akhirnya rampung juga saya tulis artikel tentang runtuhnya era penjahit tailor, dan bertransformasi menjadi usaha permak pakaian/jeans/levis.

Artikel kali ini termasuk dalam kategori artikel peluang usaha.

Jika teman-teman menyukai isi artikel ini, silahkan di share ulang agar dapat dibaca dan bermanfaat pula untuk rekan-rekan kita yang lainnya. Dan untuk saya, cukuplah amal jariyah sebagai balasannya, Aammiin.

Semoga sukses selalu untuk teman-teman semua.

Salam.

Penulis by : Bang izal.
Bang izal
Bang izal Saya Seorang Praktisi Bisnis Mainan. Sangat hobi menulis dan suka berdiskusi. Saya ingin sekali saling berbagi ilmu, dan pengalaman, dengan teman-teman semua melalui blog ini.

2 comments for "Runtuhnya Era Penjahit Tailor dan Berganti Menjadi Usaha Permak Pakaian/Jeans/Levis"

  1. ibuku juga penjahit bang, sampe sekarang masih menggeluti dunia pakaian, jahit sendiri dan dipasarkan sendiri ...
    modal dari potongan kain dari pabrik di poles menjadi beberapa hasil siap pake :) taplak, celana, baju, sprei dan laen2 ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah luar biasa ibunya ya om,,, Semoga keberkahan dan rahmat Tuhan selalu dilimpahkan kepada beliau, Aammiin :)

      Delete