Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kelemahan Usaha Toko Bangunan dan Tips Mengatasinya

Kelemahan Usaha Toko Bangunan dan Tips Mengatasinya

Membuka bisnis menjual material memang bisa sangat menguntungkan. Namun jangan lupa bahwa kelemahan usaha toko bangunan juga cukup menantang sehingga harus disiasati dengan benar. 

Permintaan yang terus ada membuat banyak orang tetap tergiur ingin berkecimpung di pekerjaan ini.

Kebutuhan terkait barang-barang untuk membangun hunian, kantor, apartemen, atau ruko selalu ada. Itu sebabnya bisnis matrial terus tumbuh tidak perduli rintangannya juga berat. Pasalnya, ketika musim ramai, toko bisa kebanjiran order dan mendulang keuntungan yang tidak sedikit. 

Lalu, apa saja hal-hal yang harus diantisipasi supaya usaha terus cuan?

Yuk kita ulas!

Potensi Usaha Toko Bangunan

Termasuk bisnis yang selalu memiliki pasar dan layak dijalankan dimana saja. Pasalnya, permintaan akan matrial tidak pernah turun dan cenderung meningkat. Walaupun pada saat pandemi virus corona orang cenderung menunda untuk membangun atau merenovasi hunian, nyatanya demand tetap ada.

Jadi, bisa dikatakan kalau potensi usaha ini besar. Yang membuat semakin menggiurkan adalah keuntungan besar dari setiap barang yang terjual. Apalagi untuk jenis produk dengan tingkat penjualan tinggi seperti semen, hebel, batu bata, besi, dan juga pasir.

Di daerah-daerah yang pertumbuhan penduduknya pesat, lahan kosong banyak tersedia, dan juga perekonomiannya meningkat pasti diiringi dengan bertambahnya jumlah pembangunan gedung atau hunian. Maka, keberadaan toko bangunan sangat dibutuhkan dan membuat peluang semakin besar.

Menariknya lagi, tidak ada kekhawatiran soal produk karena bukan merupakan komoditi yang mudah rusak atau turun harganya. Jadi, menyimpan barang dalam waktu yang lama bukanlah sebuah masalah selama tempat penyimpanan memadai.

Walaupun akan ada masa-masa penjualan menurun atau sepi, seperti sekarang ini, usaha ini tetap potensial karena permintaan tetap ada. Apalagi jika lokasi toko strategis, jenis barang komplit, kualitas bagus, maka tidak ada kekhawatiran akan gulung tikar. Bisa dibilang, bisnis ini merupakan penyedia kebutuhan pokok masyarakat.

Jadi, jika boleh dikatakan, usaha ini menguntungkan jika dijalankan dengan manajemen yang benar. Tantangan yang ada bisa diatasi melalui berbagai tindakan mitigasi. Secara umum, membuka bisnis material bisa menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan.

Kelemahan Usaha Toko Bangunan

Dibalik potensi untung yang besar, tentu ada kekurangan yang selalu membayangi para pelakunya. Sebelum memutuskan menjalankan usaha toko material, ada baiknya mengetahui apa saja kelemahannya. 

Berikut ini daftarnya:

1.  Padat Modal

Menjual bahan bangunan merupakan bisnis yang memerlukan kucuran dana tidak sedikit sejak awal pembukaannya. Butuh setidaknya ratusan juta agar bisa membuka toko yang menyediakan produk material yang komplit. 

Kebutuhan modal awal ini digunakan untuk menyewa/membeli lahan, kulakan barang, pengadaan kendaraan, serta biaya operasional.

Walaupun harus menggelontorkan dana yang besar untuk memulai bisnis ini, perputarannya sangat cepat. Sehingga bisa apa yang sudah dikeluarkan bisa kembali dalam waktu yang tidak lama. 

Disarankan untuk tidak terlalu banyak kulakan barang yang lama terjual. Perbanyak produk dengan permintaan tinggi dan rutin seperti semen, bata, hebel, pasir, dan besi.

Info Menarik Lainnya : Ulasan Modal Usaha Toko Bangunan, Keunggulan & Keuntungannya

2.  Butuh Lahan yang Luas dan Strategis

Agar bisa menampung semua barang dagangan, toko bangunan harus berdiri di tempat yang memadai. 

Jika tidak memiliki tanah sendiri, mau tidak mau harus menyewa dan mencari lahan luas serta strategis adalah tantangan tersendiri. Barang-barang seperti besi, pipa, dan kayu tidak bisa asal tumpuk. Mereka perlu diatur sedemikian rupa dan ini tak bisa dilakukan di tempat sempit.

Lokasi strategis artinya mudah dijangkau dengan akses yang baik. Yaitu, mobil bisa keluar masuk dengan bebas, dekat dengan jalan raya dan permukiman warga. Akan lebih baik lagi jika berdekatan dengan tempat-tempat seperti perumahan, perkantoran, dan apartemen.

3.  Beberapa Barang Lama Terjual

Walaupun cenderung memiliki perputaran produk yang cepat, namun hal sebaliknya terjadi pada beberapa jenis komoditi. 

Contohnya seperti barang-barang kelistrikan, closet, pintu kamar mandi, keran, dan yang sejenisnya. Tentu ini merupakan hambatan bagi arus kas serta berpotensi mengalami kerusakan apabila ditumpuk terlalu lama.

Belum lagi jika produsen sudah tidak memproduksi barang-barang di atas, membuat toko bangunan tidak bisa melakukan retur jika ada yang rusak. Konsumen pun cenderung menghindari stok lama karena takut fungsinya sudah tak maksimal lagi. 

Antisipasinya adalah tidak menimbun terlalu banyak produk yang lama terjual.

Info Menarik Lainnya : Modal Awal Usaha Daur Ulang Plastik (Rincian Lengkap)

4.  Beban Tenaga Kerja Tinggi

Apabila ingin menjadi toko bangunan yang besar, maka harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar karyawan. 

Usaha retail dengan jenis produk yang sangat banyak seperti ini membutuhkan banyak orang untuk menanganinya. Setidaknya 2-3 orang di etalase menangani pembeli serta berfungsi sebagai kasir. Kemudian, bagian bongkar muat, delivery, driver, serta pengawas.

Pembagian kerja yang cukup kompleks ini menjadi salah satu kelemahan usaha ini karena membutuhkan pengaturan yang teliti. Belum lagi pengawasan dan pengelolaan karyawan harus dilakukan dengan seksama. 

Perlu diingat juga bahwa turn over tenaga kerja sangat tinggi di bisnis ini. Apabila tidak diantisipasi bisa menimbulkan gangguan pada kegiatan jual beli di toko.

5.  Harga Produk Sering Berubah

Bahan bangunan merupakan komoditi yang harganya sangat fluktuatif. Naik turun seringkali terjadi dimana ini besar pengaruhnya terhadap biaya dan keuntungan. 

Harga jual yang diberikan pemilik toko kepada konsumen sangat dipengaruhi oleh nilai saat kulakan. Seringnya, ketika terjadi kenaikan, pelanggan cenderung mencari toko lain.

Antisipasinya, tentukan margin yang ingin diambil untuk setiap barang dengan memperhitungkan fluktuasinya. Cermat melakukan perhitungan harga jual sangat berpengaruh terhadap untung rugi yang nantinya dialami usaha.

Info Menarik Lainnya : Cara Membuat Paving Block Secara Mandiri, Lihat Yuk!

6.  Sulitnya Mencari Supplier

Di awal usaha, mendapatkan pemasok yang bisa menyediakan barang dengan lancar dan tentu saja harga yang miring bukan perkara mudah. Ini merupakan salah satu kelemahan bisnis toko bangunan. 

Akan ditemui masa-masa pemasok tidak dapat menyediakan produk, bahkan barang substitusinya berkualitas buruk.

Mitigasinya adalah dengan menggandeng banyak supplier dan jika memungkinkan menjalin kerjasama langsung ke distributor besar. Tujuannya untuk memangkas jalur distribusi sehingga ongkos bisa dipangkas. Memiliki banyak pemasok bisa digunakan untuk menjamin ketersediaan barang.

7.  Pembayaran Tempo Hambat Cash Flow

Kelemahan usaha toko bangunan yang selanjutnya adalah bisnis ini identik dengan pembayaran tempo. 

Ini umumnya justru datang ketika mendapat order besar seperti menyuplai untuk pembangunan perumahan atau gedung. Perusahaan pemborong cenderung menggunakan metode termin. Ketika pada saat due date dana belum dibayarkan, tentu ini bakal mempengaruhi kas toko.

Sialnya lagi, jika menolak pembayaran ini, klien bisa beralih ke tempat lain yang mau menerima skema ini. Jadi, mau tidak mau, harus ada kas cadangan yang disediakan guna mengantisipasi apabila pembayaran dari konsumen terlambat. Artinya, dibutuhkan suntikan dana yang lebih besar lagi.

Itulah tadi beberapa kelemahan usaha toko bangunan. Namun, jangan sampai kekurangan di atas menghalangi niat menjalankan usaha ini. Karena bagaimanapun juga, permintaan tidak pernah berkurang atas produk-produk material. Pembangunan dan renovasi terus terjadi selama manusia masih ada dan membutuhkan hunian.  

Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk Anda semua.

Rianda
Rianda Saya seorang penulis freelance

Post a Comment for "Kelemahan Usaha Toko Bangunan dan Tips Mengatasinya"