Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Resiko Usaha Gas Elpiji dan Cara Mitigasinya

Resiko Usaha Gas Elpiji dan Cara Mitigasinya

Berjualan LPG masih menjadi magnet bagi orang yang ingin memiliki usaha. Pengguna LPG yang sangat besar apalagi di perkotaan membuat permintaan untuk LPG terus meningkat. Tapi, resiko usaha gas elpiji tak bisa diabaikan begitu saja. Dibalik potensi keuntungan dan perputaran barang yang cepat, ada hal-hal yang perlu diwaspadai.

Sejak pemerintah menerbitkan aturan tentang konversi minyak tanah ke LPG di tahun 2006, permintaan LPG meningkat. Seiring itu, penjual LPG baik berupa agen, pangkalan, dan pedagang eceran pun meningkat. 

Tetapi, usaha gurih ini ternyata menyimpan resiko-resiko yang jika tidak dimitigasi bisa mengancam kelangsungan usaha.

Nah, Apa Saja Resiko Usaha Gas Elpiji dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Yuk kita ulas hingga tuntas!

Kenali Resiko Usaha Gas Elpiji Agar Tidak Rugi

Ada banyak orang yang tergiur berjualan Elpiji karena memang mendatangkan keuntungan yang tinggi. 

Skala yang paling kecil adalah pengecer, dimana barang biasa didapatkan dari pangkalan Elpiji. Karena mayoritas masyarakat menggunakan Elpiji, produk ini selalu diburu dan penjualnya pasti mendapatkan pembeli tanpa perlu repot-repot mempromosikan.

Namun begitu, sebenarnya usaha ini memiliki resiko-resiko yang harus dimitigasi. Mengenali resiko usaha penting untuk meminimalisir kerugian dan menjaga bisnis tetap berjalan. 

Jadi jangan terlalu terburu-buru berjualan Elpiji, sebelum memulai sebaiknya kenali dulu resikonya. 

Ini dia daftarnya:

1.  Resiko Modal Besar di Awal

Untuk bisa memiliki usaha berjualan Elpiji, seseorang harus mengeluarkan modal yang besar. Apalagi jika skema yang dipilih adalah menjadi agen atau pangkalan elpiji. 

Untuk bisa menjadi agen atau pangkalan, seseorang harus menyediakan lokasi penyimpanan berukuran sedikitnya 165 m2. Belum lagi agen harus bisa menjual minimal 1000 kg sehari.

Jika dihitung secara kasar, supaya bisa menjadi agen atau pangkalan, maka dibutuhkan sedikitnya dana 100 juta Rupiah. 

Bagaimana dengan menjadi penjual Elpiji eceran? Modal yang diperlukan memang tidak sebesar agen atau pangkalan, namun pengecer harus tetap mengeluarkan uang untuk membeli tabung beserta isinya di awal. Yang mana ini cukup besar modalnya bagi pedagang kecil.

2.  Sering Terjadi Kelangkaan Pasokan

Elpiji hanya bisa didapat dari Pertamina melalui anak perusahaannya, yang kemudian menyalurkan Elpiji kepada para agen. Walaupun selalu diklaim kalau pasokan dari Pertamina lancar, kenyataannya sering dijumpai permasalahan pasokan di masyarakat. Yang paling sering kena imbas adalah sub agen dan juga pengecer.

Kelangkaan ini tak jarang membuat harga Elpiji melambung. Akibatnya, pengecer selalu jadi sasaran pertama keluhan masyarakat. 

Masalah lain adalah faktor transportasi, perawatan depot, sampai ke bencana alam. Sayangnya, pedagang kecil seolah tidak bisa berbuat apa-apa untuk memitigasi masalah pasokan ini karena sama sekali tidak memiliki kontrol kepada masalah jalur pasokan.

3.  Resiko Tabung Bocor dan Meledak

Elpiji merupakan gas alam yang dicairkan dan memiliki resiko meledak (apabila terjadi kebocoran tabung). Jika tabung bocor, maka gas akan menguar dan gas sangat mudah terbakar. 

Kebocoran bisa karena memang tabung sudah bocor dari awalnya, atau karena pekerja yang kurang memperhatikan faktor keamanan. Elpiji 3 kg umumnya paling sering mengalami kebocoran tabung.

Kesalahan cara memindahkan atau meletakkan tabung oleh karyawan bisa jadi salah satu penyebab kebocoran. Misalnya memindahkan dengan cara melempar, atau meletakkan tidak hati-hati. 

Minimnya ventilasi serta sesaknya tempat penyimpanan juga meningkatkan resiko meledak dan kebakaran apabila terjadi kebocoran tabung.

Info Menarik Lainnya : Toko Kelontong Modal 50 Juta, Yuk Merintis Usaha Kerakyatan

4.  Persaingan Ketat

Pada level pengecer, resiko usaha jualan gas Elpiji adalah pada persaingan yang sangat ketat. Sebagai contoh, di daerah padat penduduk, dijumpai banyak toko kelontong di satu ruas jalan yang sama. Rata-rata setiap toko kelontong pasti menjual Elpiji. Padahal, jumlah pembeli cenderung tidak bertambah.

Persaingan tak hanya datang dari sesama toko kelontong, minimarket pun menjual Elpiji walaupun bukan ukuran 3 kilogram. Bagi penjual Elpiji 12 dan 5 kilogram tentu juga akan merasa tersaingi dengan minimarket ini, bukan?

5.  Resiko Perizinan

Sebenarnya, Pertamina tidak mendistribusikan gas Elpiji (khususnya Elpiji 3 kilogram) ke pengecer. 

Jalur distribusi berakhir di pangkalan, dimana seharusnya pangkalan mendistribusikan langsung ke masyarakat. Maka dari itu, sebenarnya pangkalan tidak boleh menjual ke pengecer karena bisa menyebabkan melonjaknya harga.

Karena tidak ada peraturan yang mengatur soal pengecer, ditambah lagi pengecer sebenarnya tidak dibolehkan, maka berjualan Elpiji secara eceran termasuk beresiko dari sisi legalitas. 

Apalagi umumnya pengecer sering mengabaikan aspek keamanan dalam hal penyimpanan Elpiji itu sendiri. Sedangkan menjadi agen dan pangkalan harus melewati inspeksi ketat dari Pertamina terutama soal keamanan penyimpanan.

Info Menarik Lainnya : Berapa Modal Usaha Sembako? Dan Apa Saja Tips Suksesnya? Yuk Kita Ulas

6.  Adanya Resiko Komplain Masyarakat

Pangkalan Elpiji yang berlokasi di lingkungan padat penduduk seringkali menjadi sumber gangguan, terutama saat proses bongkar muat. 

Masyarakat umumnya mengeluhkan suara berisik dari tabung-tabung yang dipindahkan, dan keriuhan proses bongkar muat itu sendiri. Belum lagi truk tabung yang terparkir lama membuat arus kendaraan lain sering tersendat.

Masyarakat juga umumnya masih menganggap Elpiji sebagai barang yang berbahaya, karena memang resiko meledaknya tinggi. Akibat dari ledakan pun biasanya fatal karena bisa menyebabkan kebakaran besar dan korban jiwa. 

Jadi resiko terbesar memiliki pangkalan, atau usaha Elpiji yang lokasi penyimpanannya di tengah rumah-rumah penduduk adalah santernya komplain masyarakat.

7.  Resiko Sulitnya Tenaga Kerja

Konsumen saat ini sangat senang dimanjakan bahkan pada level terendah sekalipun. Orang cenderung senang membeli Elpiji dari penjual yang menyediakan jasa pesan antar. 

Tetapi sayangnya, tidak semua pemilik usaha Elpiji bisa mempekerjakan orang untuk mengantar pesanan ini. Akibatnya, toko menjadi kalah saingan dengan toko lain yang menyediakan jasa pesan antar.

Menekan Resiko Usaha Gas Elpiji

Tidak bisa dipungkiri, kebutuhan akan gas Elpiji sangat tinggi terutama di perkotaan. 

Masyarakat tidak terlalu peduli lagi darimana mereka mendapatkan produk, apakah itu dari pengecer yang notabene dilarang, atau langsung membeli ke pangkalan. Selama bisa memenuhi kebutuhan, masyarakat tidak mempermasalahkan.

Tapi bagi pengusaha sendiri, sebenarnya menjalankan usaha dengan benar menjamin kelangsungan usaha. 

Misalnya bagi level agen dan pangkalan, disarankan memenuhi semua persyaratan perizinan mulai dari dokumen, spesifikasi lokasi, cara penyimpanan, pemahaman karyawan akan aspek keamanan, sampai kepada bagaimana Elpiji didistribusikan.

Info Menarik Lainnya : Rincian Modal Usaha Minimarket Mandiri (Panduan Lengkap)

Jika semua aspek keamanan dijaga, maka kemungkinan besar resiko kecelakaan dan kerugian bisa ditekan. 

Yang paling penting dan harus dihindari adalah jangan mengoplos gas Elpiji ini demi meraup lebih banyak untung. Selain merugikan dan mencurangi konsumen, tindakan ini sangat berbahaya. Ada resiko meledaknya tabung yang akibatnya sangat fatal.

Kemudian, sebelum membuka usaha gas Elpiji, tengok kembali kemampuan dari segi modal dan manajemen usaha. Jika modal sudah ada namun tenaga kerja belum mencukupi, maka usahakan mencari dulu tenaga kerjanya. Minimal jalankan sendiri bersama satu orang lagi untuk membantu kegiatan operasional.

Itulah diatas ulasan mengenai resiko usaha gas Elpiji. 

Dibalik resikonya yang tinggi, usaha ini sangat menguntungkan. Sebab, Elpiji merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang sepertinya sulit digantikan dengan produk lain. Oleh karenanya, agar keuntungan terus bertambah dan usaha berjalan lancar, jalankan usaha sesuai standar prosedur yang benar.

Semoga bermanfaat.

Rianda
Rianda Saya seorang penulis freelance

Post a Comment for "Resiko Usaha Gas Elpiji dan Cara Mitigasinya"